pengertian imperialisme

Memahami Pengertian Imperialisme, Jenis, dan Penyebabnya

Memahami Pengertian Imperialisme, Jenis, dan Penyebabnya
pengertian imperialisme

JAKARTA - Pengertian imperialisme adalah konsep dan kebijakan di mana suatu negara berupaya menguasai atau mengendalikan negara lain. 

Istilah ini mulai dikenal luas sejak akhir abad ke-19, saat banyak negara berlomba-lomba melakukan invasi demi memperluas pengaruh dan wilayah kekuasaannya.

Meski sering disamakan dengan kolonialisme karena keduanya bertujuan menguasai wilayah lain, sebenarnya imperialisme dan kolonialisme memiliki perbedaan mendasar. 

Dalam tulisan ini, akan dijelaskan secara rinci mengenai pengertian imperialisme, berbagai jenisnya, serta bagaimana perbedaan antara imperialisme dan kolonialisme.

Pengertian Imperialisme

Pengertian imperialisme merujuk pada kebijakan yang diambil oleh sebuah negara kuat untuk mengendalikan atau menguasai wilayah lain agar dapat memperluas pengaruh dan kekuasaannya. 

Kata imperialisme sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni imperare atau imperium, yang berarti kekuasaan atau daerah yang dikuasai. 

Dalam sebuah buku oleh Puspa Swara berjudul Sistem Belajar Semalam: Ringkasan Materi Kumpulan Rumus, dijelaskan bahwa imperialisme adalah proses memperluas wilayah kekuasaan atau jajahan.

Ekspansi wilayah tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik secara halus dan saling menguntungkan melalui aspek ekonomi, budaya, atau ideologi, maupun secara paksa melalui kekuatan militer. 

Tujuan utama tindakan ini adalah untuk memenuhi kepentingan negara penguasa. Konsep imperialisme mulai dikenal sejak abad ke-19, pertama kali dikenalkan oleh Perdana Menteri Inggris saat itu, Benjamin Disraeli. 

Namun, hasrat untuk menguasai wilayah lain telah berlangsung sejak jatuhnya Konstantinopel, yang merupakan pusat perdagangan strategis sebelum diambil alih oleh Kesultanan Utsmaniyah.

Dengan jatuhnya Konstantinopel, para pedagang Eropa kehilangan akses mudah ke wilayah tersebut dan harus mencari jalur baru untuk memperoleh rempah-rempah dan komoditas penting lainnya. 

Hal ini mendorong bangsa Eropa melakukan ekspedisi keliling samudra untuk menemukan dan menguasai wilayah baru di Asia dan sekitarnya. 

Meskipun demikian, praktik penguasaan wilayah oleh penguasa atas daerah lain bukanlah hal baru; sejak dahulu para raja dan penguasa sering merebut wilayah untuk memperbesar kekuasaannya, yang kini dikenal dengan istilah imperialisme.

Imperialisme juga sering dikaitkan dengan paham kapitalisme, karena sifatnya yang tumbuh dari sistem ekonomi tersebut. 

Ada beberapa jenis imperialisme, seperti imperialisme yang bersifat royal (monarki) atau liberal, serta bentuk campuran antara keduanya. 

Pada dasarnya, imperialisme merupakan paham yang bertujuan memperluas kekuasaan di luar wilayah asal, baik melalui penaklukan dengan perang, perjanjian damai, atau penguasaan wilayah yang belum memiliki penguasa tetap.

Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa imperialisme adalah sebuah sistem penguasaan negara lain yang dilakukan demi keuntungan dan kepentingan pihak yang menguasai.

Jenis-jenis Imperialisme

Imperialisme merupakan sebuah sistem yang memiliki variasi berdasarkan bentuk dan tujuan pelaksanaannya. Mengacu pada buku Sari Sejarah Jilid I: Asia-Afrika karya Soebantardjo, berikut ini dijelaskan berbagai macam jenis imperialisme.

Dilihat dari Bentuknya

Imperialisme dapat dibagi menjadi dua kategori berdasarkan bagaimana sistem tersebut diterapkan:

  • Imperialisme tradisional atau kuno, yang memiliki motto berupa pencarian kekayaan (emas), kemuliaan (kejayaan), dan penyebaran agama.
  • Imperialisme modern, yang fokus utamanya adalah menguasai aspek ekonomi, misalnya mendapatkan wilayah yang kaya akan bahan baku, mengembangkan pasar untuk produk industri, serta sebagai sarana investasi jangka panjang.

Dilihat dari Tujuannya

Berbeda dengan klasifikasi berdasarkan bentuk, pembagian imperialisme berdasarkan tujuan terbagi menjadi empat jenis:

  • Imperialisme yang berkaitan dengan politik, yang menargetkan pengaruh dan kontrol atas sistem politik suatu negara.
  • Imperialisme di bidang ekonomi, yang bertujuan untuk menguasai sektor ekonomi dan sumber daya suatu wilayah.
  • Imperialisme dalam ranah kebudayaan, yang berfokus pada dominasi nilai-nilai dan budaya suatu masyarakat.
  • Imperialisme militer, yang bertujuan untuk mengendalikan lokasi strategis demi memperkuat posisi pertahanan sebuah negara.

Penyebab Munculnya Imperialisme

Dorongan untuk menguasai wilayah lain muncul karena beberapa alasan utama yang memicu praktik imperialisme. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya imperialisme.

Ambisi Menjadi Negara Besar

Suatu bangsa memiliki hasrat untuk menjadi kekuatan utama dan berpengaruh di dunia. Oleh karena itu, negara-negara yang bersifat imperialis berusaha mengambil alih wilayah lain sebagai langkah memperluas pengaruh dan kekuasaannya.

Keyakinan Akan Keunggulan Ras

Rasa bahwa bangsa sendiri lebih unggul dibandingkan bangsa lain menjadi motivasi bagi beberapa negara untuk menerapkan imperialisme. Hal ini juga berkaitan dengan upaya menjaga kebanggaan dan meningkatkan martabat bangsa tersebut.

Keinginan Menyebarkan Agama dan Ideologi

Salah satu alasan munculnya imperialisme adalah dorongan untuk menyebarkan agama dan paham yang dianut oleh negara penguasa. Dengan cara ini, mereka ingin menguasai pikiran dan jiwa masyarakat di wilayah jajahan.

Letak Geografis yang Kurang Menguntungkan

Negara-negara yang posisi geografisnya kurang strategis atau kurang menguntungkan cenderung terdorong untuk menguasai wilayah lain yang dianggap lebih strategis demi kepentingan mereka.

Motif Ekonomi

Permasalahan ekonomi menjadi salah satu faktor utama munculnya imperialisme, terutama pada masa modern. Beberapa alasan ekonomi yang mendorong imperialisme antara lain:

  • Keinginan memperoleh kekayaan dari wilayah tertentu.
  • Keinginan ikut serta dalam perdagangan internasional.
  • Upaya menguasai jalur dan pasar perdagangan.
  • Usaha menjamin kelangsungan dan perkembangan industri dalam negeri.

Perbedaan antara Imperialisme dan Kolonialisme

Imperialisme dan kolonialisme memiliki beberapa kesamaan, salah satunya adalah tindakan menguasai wilayah lain demi keuntungan sepihak. 

Dalam prosesnya, wilayah yang dikuasai justru mengalami kerugian besar. Karena adanya kemiripan tersebut, banyak orang sering menyamakan kedua konsep ini.

Jika merujuk pada pengertian kolonialisme yang telah dibahas sebelumnya, secara umum sistem ini tampak serupa dengan imperialisme karena sama-sama bertujuan mengambil alih kendali atas suatu daerah demi kepentingan sendiri. 

Namun, walau memiliki kesamaan dalam hal tujuan dominasi, keduanya tetap mempunyai perbedaan yang cukup jelas. Berikut penjelasan perbedaannya:

Tujuan Utama

Kolonialisme berfokus pada pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki oleh wilayah yang dikuasai. 

Sementara itu, imperialisme lebih menitikberatkan pada upaya menanamkan pengaruh secara menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di wilayah tersebut, mulai dari politik, ekonomi, hingga budaya.

Bentuk Penguasaan

Dalam kolonialisme, pengendalian biasanya dilakukan pada sektor-sektor tertentu seperti ekonomi dan politik, sesuai dengan kebutuhan negara penguasa. 

Sebaliknya, imperialisme menjangkau pengaruh yang lebih luas, mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat di wilayah yang didominasi, baik dengan cara terbuka (langsung) maupun tersembunyi (tidak langsung).

Aspek Kedaulatan

Kolonialisme kerap kali melibatkan penguasaan mutlak hingga pendudukan wilayah secara fisik dan berlangsung dalam jangka panjang. 

Sedangkan dalam praktik imperialisme, kendali dapat dijalankan melalui pengaruh terhadap kedaulatan wilayah tanpa harus mengambil alih secara langsung, melainkan melalui pengaruh kebijakan atau kekuasaan yang tidak selalu tampak secara formal.

Imperialisme dan Kolonialisme di Indonesia

Indonesia dikenal luas sebagai wilayah yang memiliki kekayaan rempah-rempah yang melimpah. 

Bahan-bahan ini sangat diminati oleh bangsa-bangsa Eropa karena diyakini berkhasiat untuk menghangatkan tubuh dan berfungsi sebagai bahan alami untuk mengawetkan makanan. 

Selain karena nilai ekonominya yang tinggi, rempah-rempah pada masa itu juga dianggap sebagai lambang kemegahan dan kejayaan bagi para raja. 

Berangkat dari alasan-alasan tersebut, banyak bangsa Eropa yang berambisi mencari dan menguasai daerah yang menghasilkan rempah, dan wilayah Nusantara menjadi salah satu tujuan utama mereka.

Motivasi Bangsa Eropa Menjelajah ke Wilayah Nusantara

1. Bangsa Portugis

Penjelajahan laut pertama dari Portugis dilakukan oleh Bartholomeus Diaz yang pada tahun 1488 berhasil mencapai ujung selatan Benua Afrika, yang kemudian dikenal dengan nama Tanjung Harapan. 

Upaya ini dilanjutkan oleh Vasco da Gama yang pada 1498 tiba di Gowa, India, dan kembali ke tanah kelahirannya di Lisboa dengan membawa banyak jenis rempah.

Keberhasilan ini mendorong Portugis untuk semakin serius mencari sumber rempah-rempah secara langsung. 

Maka, mereka melanjutkan pelayaran ke wilayah timur dengan mengutus Alfonso d’Albuquerque yang berhasil menaklukkan Malaka pada 10 Agustus 1511. Malaka kemudian dijadikan pusat distribusi rempah-rempah di kawasan Asia Tenggara.

2. Bangsa Spanyol

Spanyol memulai ekspedisinya melalui pelayaran yang dipimpin oleh Christopher Columbus. Pada tahun 1492, ia melakukan pelayaran ke arah barat menyeberangi Samudra Atlantik dan akhirnya sampai di kawasan Amerika. 

Saat itu, Columbus menyangka bahwa wilayah tersebut adalah India, sehingga ia menyebut penduduk lokal yang ditemuinya dengan sebutan “Indian”.

Penjelajahan laut berikutnya dilakukan oleh Ferdinand Magelhaens yang bertolak dari Spanyol menuju arah barat daya, melewati ujung selatan Amerika dan menyebrangi Samudra Pasifik hingga akhirnya mencapai wilayah Filipina pada tahun 1521.

Penjelajahannya sangat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan karena membuktikan bahwa bentuk bumi itu bulat.

Setelah Magelhaens wafat, ekspedisi tersebut diteruskan oleh Sebastian del Cano, yang pada tahun yang sama berhasil mencapai Tidore. 

Namun, kehadiran mereka di sana dianggap melanggar Perjanjian Tordesillas, sehingga Portugis dan Spanyol akhirnya sepakat untuk menandatangani Perjanjian Saragosa pada tahun 1529 sebagai bentuk penyelesaian konflik wilayah.

3. Bangsa Belanda

Pada tahun 1596, rombongan pelaut dari Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman berhasil mencapai wilayah Banten. 

Namun, sikap mereka yang terkesan tidak bersahabat serta keinginan untuk menguasai perdagangan secara sepihak memicu kemarahan dari penguasa Banten saat itu. Karena ketegangan tersebut, perjalanan ini dianggap tidak berhasil.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya antara tahun 1598 hingga 1600, para pedagang dari Belanda kembali datang. Kali ini, mereka dipimpin oleh Jacob van Neck yang berhasil mencapai Kepulauan Maluku dan membawa pulang rempah-rempah.

Keberhasilannya ini membuka jalan bagi semakin banyaknya pedagang Belanda yang berdatangan ke wilayah Nusantara.

4. Bangsa Inggris

Kedatangan Inggris ke wilayah kepulauan Indonesia juga dipicu oleh keinginan untuk mendapatkan hasil bumi seperti rempah-rempah. Dua tokoh penting dalam ekspedisi maritim mereka adalah Sir Henry Middleton dan James Cook. 

Henry Middleton memulai pelayarannya pada tahun 1604 dari Inggris, menelusuri perairan Cabo da Roca di Portugal dan melewati Pulau Canary.

Ia melanjutkan perjalanannya ke kawasan sekitar Afrika Selatan, masuk ke Samudra Hindia, hingga akhirnya mencapai Sumatra dan kemudian ke Banten menjelang akhir tahun 1604. 

Dari sana, ia berlayar ke Ambon pada tahun berikutnya, kemudian ke wilayah Ternate dan Tidore, serta berhasil membawa pulang berbagai jenis rempah seperti cengkeh dan lada. 

Sementara itu, James Cook mengunjungi Batavia pada tahun 1770 dalam pelayarannya setelah menjelajahi wilayah Australia.

Perkembangan Kekuasaan Bangsa Eropa di Indonesia

Dari berbagai bangsa asing yang pernah datang ke wilayah Nusantara, Belanda adalah salah satu yang bertahan paling lama. Mereka bahkan sampai mendirikan sebuah perusahaan dagang yang beroperasi di Indonesia. 

Meski kini sudah tidak beroperasi, perusahaan tersebut masih tercatat sebagai salah satu yang memiliki kekayaan terbesar dalam sejarah dunia. Bisa menebak apa nama perusahaan tersebut?

Perusahaan yang dimaksud adalah Vereenigde Oostindische Compagnie atau disingkat VOC. Perusahaan ini didirikan pada 20 Maret 1602 oleh Johan van Oldenbarnevelt. 

Kepemimpinan dalam VOC dijalankan oleh sebuah dewan beranggotakan 17 orang pemegang saham yang dikenal dengan sebutan Heeren Zeventien, dan berbasis di Amsterdam, Belanda. Pembentukan VOC didorong oleh beberapa tujuan utama, yaitu:

  • Menghindari konflik dan persaingan antara sesama pedagang dari Belanda.
  • Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi kompetitor dari negara Eropa lainnya.
  • Menguasai jalur perdagangan rempah-rempah di kepulauan Indonesia.

Peran VOC tidak hanya terbatas sebagai entitas bisnis, tetapi juga memiliki kekuasaan politik. 

VOC diberikan hak istimewa yang disebut octrooi, yang mencakup wewenang untuk membuat perjanjian dengan negara lain, menyatakan perang, menjalankan kekuasaan hukum, mencetak uang sendiri, memungut pajak, membentuk angkatan bersenjata, mendirikan benteng, serta melakukan pengawasan penuh atas perdagangan.

Beberapa kebijakan penting yang dijalankan oleh VOC antara lain:

  • Contingenten: sistem pajak wajib dalam bentuk hasil bumi yang diserahkan langsung kepada VOC.
  • Verplichte leverantie: penyerahan hasil bumi secara paksa dengan harga yang sudah ditentukan oleh VOC, diterapkan di daerah yang tidak sepenuhnya berada di bawah kendali langsung, seperti wilayah Kesultanan Mataram.
  • Ekstirpasi: penebangan tanaman berlebih agar produksi rempah tidak melimpah dan harga tetap stabil di pasar.
  • Pelayaran Hongi: patroli laut menggunakan kapal tradisional kora-kora untuk mengawasi aktivitas pertanian dan perdagangan rempah oleh masyarakat lokal.

Namun, kejayaan VOC tidak bertahan selamanya. Pada tahun 1799, perusahaan ini dinyatakan bangkrut karena sejumlah faktor, termasuk korupsi di kalangan pegawainya, beban utang akibat berbagai konflik bersenjata, dan merosotnya etika kerja dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. 

Setelah pembubarannya, seluruh kekuasaan dan aset VOC di Nusantara diambil alih oleh pemerintahan Belanda yang pada masa itu berada di bawah pengaruh kekuasaan Prancis.

Apa yang Dimaksud dengan Anti Imperialisme dan Kolonialisme?

Banyaknya tindakan perebutan kekuasaan yang terjadi di berbagai belahan dunia telah mendorong munculnya sejumlah gerakan penolakan terhadap dominasi negara asing. 

Aksi-aksi tersebut dikenal sebagai bentuk perlawanan terhadap praktik penjajahan dan dominasi kekuasaan dari negara kuat terhadap negara lain.

Tujuan utama dari gerakan ini adalah untuk menghapus praktik ketidakadilan yang dilakukan oleh bangsa penjajah terhadap bangsa yang ditaklukkan. 

Selain itu, gerakan ini juga menjadi wujud perjuangan agar setiap negara memiliki peluang untuk berkembang, dihormati, serta dapat berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia dalam hal kedaulatan dan martabat.

Sebagai penutup, dengan memahami pengertian imperialisme, kita dapat mengenali dampak kekuasaan sepihak dan pentingnya menjaga kedaulatan setiap bangsa.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index