JAKARTA - Inovasi transportasi terus dilakukan guna menjawab kebutuhan mobilitas masyarakat urban yang kian meningkat. Salah satu terobosan yang kini hadir adalah pengoperasian rute Transjabodetabek Bekasi–Dukuh Atas yang memanfaatkan jalur Tol Becakayu sebagai koridor utama. Langkah ini menjadi bagian dari strategi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memperluas jangkauan layanan transportasi umum yang nyaman, terjangkau, dan efisien lintas wilayah metropolitan.
Layanan ini secara resmi diluncurkan di Halte Galunggung, Setiabudi, Jakarta Selatan, dan merupakan buah kerja sama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Pemerintah Kota Bekasi. Dalam sambutannya, Gubernur Jakarta Pramono Anung menyampaikan bahwa kehadiran layanan ini merupakan bentuk upaya mengintegrasikan kawasan penyangga dengan pusat kota melalui moda transportasi publik yang lebih baik.
“Dari Bekasi melewati Tol Becakayu, kemudian turun ke DI Panjaitan, Kampung Melayu, dan seterusnya, sampai ke pusat kota Jakarta yaitu Dukuh Atas atau Halte Galunggung,” kata Pramono menjelaskan alur layanan baru tersebut.
Sebanyak 15 unit bus disiapkan untuk melayani rute ini dengan jadwal keberangkatan setiap 10 menit pada jam sibuk, dan setiap 20 menit di luar jam sibuk. Dengan pola operasi yang intensif, pemerintah menargetkan layanan ini dapat menjangkau hingga 3.000 penumpang setiap harinya. “Harapannya, kami merencanakan untuk 15 bis itu bisa sampai dengan 3.000 (penumpang) setiap harinya,” tambah Pramono.
Alternatif Transportasi Efisien Bagi Warga Bekasi
Pengoperasian rute Transjabodetabek ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk dari kalangan pengamat transportasi. Salah satunya datang dari Ki Darmaningtyas, Peneliti Inisiatif Strategis Transportasi atau INSTRAN, yang menilai kebijakan ini sebagai langkah strategis dalam upaya mengurangi kemacetan di wilayah Jabodetabek.
Mengutip data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) pada tahun 2018, Darmaningtyas menyebut ada sekitar dua juta sepeda motor masuk ke Jakarta setiap harinya. Angka ini menunjukkan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi. “Kalau ada layanan transportasi publik yang aman, nyaman, dan terjangkau, itu akan mendorong peralihan dari kendaraan pribadi,” ujar Darmaningtyas dalam wawancara dengan RRI Pro1 Jakarta.
Ia juga menyampaikan bahwa dirinya telah ikut serta dalam uji coba rute Bekasi–Dukuh Atas dan melihat langsung bagaimana jalur tersebut cukup lancar untuk dilalui. Dengan pengalaman dari rute-rute serupa seperti dari Alam Sutera, Sawangan, dan Bogor, Darmaningtyas optimistis layanan baru ini juga akan diminati oleh publik.
“Kalau saya belajar dari rute lain, saya optimistis Bekasi–Dukuh Atas juga akan diminati. Kemarin saya ikut langsung, dan jalurnya relatif lancar,” ungkapnya.
Murah dan Efisien Dibanding Kendaraan Pribadi
Salah satu daya tarik utama dari layanan Transjabodetabek adalah efisiensi biayanya. Menurut Darmaningtyas, penggunaan kendaraan pribadi dari Bekasi menuju Jakarta bisa menghabiskan biaya hingga Rp24.000 sekali jalan, sementara tarif layanan Transjakarta hanya Rp3.500. Perbandingan ini memperlihatkan betapa besarnya potensi penghematan yang bisa dinikmati oleh masyarakat bila beralih ke transportasi umum.
“Kalau naik kendaraan pribadi biayanya bisa sampai Rp24 ribu sekali jalan. Sementara TransJakarta hanya Rp3.500,” tegasnya.
Dengan waktu tempuh sekitar 70 menit dari Bekasi ke Dukuh Atas, rute ini juga cukup kompetitif dari sisi durasi perjalanan, apalagi penumpang bisa beristirahat sepanjang perjalanan tanpa perlu menghadapi stres kemacetan.
“Itu waktu tempuh yang cukup bagus dibanding kendaraan pribadi, dan penumpang bisa beristirahat sepanjang perjalanan,” lanjut Darmaningtyas.
Usulan Pengembangan Fasilitas Penunjang
Untuk menunjang kenyamanan dan efektivitas layanan ini, Darmaningtyas juga menyarankan adanya pengembangan infrastruktur di titik awal keberangkatan, khususnya di Terminal Bekasi. Salah satu gagasan yang dia ajukan adalah pembangunan terminal bertingkat yang menyediakan area parkir memadai bagi warga yang hendak melanjutkan perjalanan menggunakan TransJakarta.
“Saya usulkan Terminal Bekasi dibuat bertingkat agar warga bisa parkir di sana lalu lanjut naik TransJakarta,” ucapnya.
Tak hanya itu, ia juga menyoroti pentingnya integrasi antara layanan lintas kota dan moda transportasi lokal. Menurutnya, sinergi antara Transjabodetabek dengan layanan Trans Patriot di Bekasi bisa menjadi kunci sukses pengembangan sistem transportasi yang terpadu dan saling melengkapi.
“Tidak ada hambatan secara hukum, karena UU Nomor 2 Tahun 2023 tentang Daerah Khusus Jakarta memungkinkan subsidi diberikan ke daerah penyangga,” ungkap Darmaningtyas.
Evaluasi dan Pengembangan Rute Jadi Prioritas
Keberhasilan rute Bekasi–Dukuh Atas ini tentu tak lepas dari perlunya evaluasi berkala agar dapat terus beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat. Darmaningtyas mendorong agar Pemprov DKI Jakarta bersama stakeholder lainnya tetap membuka ruang pembaruan dan pengembangan, termasuk memperluas cakupan layanan ke wilayah lain yang berpotensi tinggi.
Dari sisi teknis, optimalisasi headway, penambahan armada, dan pembangunan halte-halte yang terintegrasi juga menjadi aspek penting dalam memastikan kenyamanan dan ketepatan waktu layanan.
Lebih dari sekadar transportasi, kehadiran rute baru ini mencerminkan visi pemerintah untuk menjadikan transportasi publik sebagai tulang punggung mobilitas perkotaan. Dengan tersedianya moda yang terjangkau, efisien, dan berkelanjutan, diharapkan akan terjadi perubahan budaya mobilitas masyarakat dari ketergantungan pada kendaraan pribadi menuju penggunaan angkutan umum massal.
“Semoga kehadiran layanan ini memberikan kemudahan akses transportasi, serta turut mendukung pertumbuhan sektor pariwisata dan perekonomian daerah,” pungkas Pramono dalam sambutannya.