Iphone

iPhone 16 Laris di China Berkat Diskon Besar

iPhone 16 Laris di China Berkat Diskon Besar
iPhone 16 Laris di China Berkat Diskon Besar

JAKARTA - Dalam persaingan yang kian sengit di pasar smartphone premium Tiongkok, Apple kembali menunjukkan taringnya lewat strategi penjualan agresif. Meskipun sempat tertekan oleh dominasi merek lokal seperti Huawei dan Xiaomi, Apple mencatat lonjakan penjualan signifikan pada kuartal kedua 2025 berkat program promosi dan diskon besar-besaran terhadap produk unggulannya, iPhone 16.

Perubahan strategi ini menjadi angin segar bagi Apple setelah hampir dua tahun mengalami penurunan performa penjualan di negara yang merupakan pasar terbesarnya di luar Amerika Serikat. Counterpoint Research mengungkapkan bahwa penjualan iPhone di China melonjak hingga 8 persen secara tahunan (YoY) selama kuartal tersebut.

Menurut analis, peningkatan ini tak lepas dari keputusan Apple untuk memangkas harga dan memperbesar nilai tukar tambah bagi model-model iPhone tertentu menjelang festival belanja terbesar di China, yakni 618. Strategi pemasaran yang jitu ini pun berhasil mengundang kembali minat konsumen lokal terhadap produk iPhone, yang sebelumnya sempat tergerus oleh kehadiran ponsel flagship buatan dalam negeri.

“Penyesuaian harga iPhone dilakukan pada waktu yang tepat dan membawa hasil positif. Diskon digelar seminggu sebelum festival belanja 618,” ujar Ethan Qi, associate director di Counterpoint, sebagaimana dikutip dari CNBC International.

Strategi Diskon Apple: Langkah Bertahan atau Serangan Balik?

Langkah Apple untuk "mengobral" iPhone 16 secara masif di China mencerminkan perubahan pendekatan dari biasanya. Sebagai brand premium yang kerap mempertahankan harga tinggi, pemotongan harga dan penawaran tukar tambah yang lebih menguntungkan bukanlah kebiasaan Apple, terutama untuk lini produk terbaru.

Namun, dalam konteks pasar China yang semakin kompetitif dan cepat berubah, strategi ini menjadi penting. Tidak hanya sebagai upaya mempertahankan pangsa pasar, tapi juga untuk membendung laju pertumbuhan kompetitor lokal yang makin inovatif.

Salah satu momen paling menentukan dalam penurunan dominasi Apple di China terjadi sejak 2023, saat Huawei mengejutkan dunia dengan kembali meluncurkan smartphone flagship berteknologi 5G, meski tengah berada dalam tekanan sanksi dari Amerika Serikat.

Huawei Kembali Perkasa, Apple Rebut Peringkat Tiga

Kembalinya Huawei ke puncak pangsa pasar smartphone di China menjadi cerita besar dalam dua tahun terakhir. Setelah sempat terpuruk karena pemutusan akses terhadap teknologi canggih asal AS, Huawei justru mampu bangkit dan memimpin pasar domestik.

Counterpoint mencatat bahwa pada kuartal kedua 2025, Huawei berada di peringkat pertama penjualan smartphone di China. Diikuti oleh Vivo di posisi kedua, dan Apple berhasil menduduki peringkat ketiga berkat dorongan dari promosi besar-besaran iPhone 16.

Lonjakan penjualan ini menjadi titik balik penting, karena sebelumnya iPhone sempat tersingkir dari daftar lima besar ponsel terlaris di pasar China.

Sentimen Investor Mulai Membaik

Kembalinya iPhone ke jalur positif turut berdampak pada persepsi investor terhadap kinerja Apple. Sebelumnya, saham Apple sempat anjlok hingga 15 persen dalam kurun waktu tahun berjalan akibat tekanan bisnis, terutama di pasar Tiongkok.

Dengan membaiknya tren penjualan di wilayah strategis tersebut, optimisme investor mulai terbangun. Terlebih lagi, Apple juga mulai mempercepat diversifikasi rantai pasok produksinya ke luar China, dengan India menjadi lokasi alternatif yang terus berkembang.

Meski demikian, tekanan dari Pemerintah Amerika Serikat masih menjadi tantangan tersendiri bagi Apple. Presiden Donald Trump sempat mengancam akan mengenakan tarif tinggi terhadap produk Apple jika perusahaan tersebut tidak membangun fasilitas manufaktur di AS.

Ancaman Tarif AS dan Tantangan Global Apple

Pernyataan Presiden Trump yang mendesak Apple memproduksi iPhone di tanah AS menambah beban bagi raksasa teknologi asal Cupertino itu. Meski permintaan tersebut berlandaskan visi kemandirian industri dan nasionalisme ekonomi, realisasinya bukan perkara mudah.

Sejumlah analis industri menilai bahwa membangun pabrik iPhone di AS akan sangat tidak efisien. Rantai pasokan Apple telah tersebar di berbagai negara, dengan jantung produksinya masih berada di China. Pemindahan besar-besaran ke AS bisa memicu lonjakan biaya yang signifikan, serta berpotensi mengganggu kelancaran distribusi global.

Persaingan Semakin Sengit di China

Selain Huawei, merek-merek lokal seperti Xiaomi, Honor, dan Vivo juga terus berinovasi dengan meluncurkan perangkat berkualitas tinggi namun tetap kompetitif dari sisi harga. Bahkan beberapa di antaranya disebut-sebut mengadopsi desain mirip iPhone 16, namun dijual dengan harga jauh lebih murah.

Dengan kondisi ini, Apple tidak hanya harus bersaing dalam hal kualitas dan ekosistem, tetapi juga dalam hal persepsi harga. Diskon besar iPhone 16 adalah langkah adaptasi yang menunjukkan Apple siap turun langsung ke medan perang harga, sesuatu yang sebelumnya nyaris tak terpikirkan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index