JAKARTA - Piala Presiden 2025 bukan sekadar ajang pramusim. Turnamen ini telah menjelma menjadi simbol kebangkitan antusiasme masyarakat terhadap sepak bola nasional, sekaligus upaya memperluas eksistensi Indonesia di panggung internasional. Hal itu tampak dari penjualan tiket yang menembus hampir 20.500 lembar, menandakan gairah publik yang tinggi terhadap kompetisi ini.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyebut tingginya minat masyarakat pada laga-laga Piala Presiden tahun ini sebagai sinyal positif terhadap upaya pengembangan sepak bola nasional. Erick mengungkapkan, salah satu indikatornya adalah lonjakan penjualan tiket, terutama di Bandung dan Jakarta. “Saya lihat dari tiket terjual di Bandung sangat tinggi, di Jakarta hampir 22 ribu tiket,” ujar Erick dalam konferensi pers yang digelar di kawasan Senayan City, Jakarta Pusat.
Respons publik ini, menurut Erick, tidak hanya mencerminkan tingginya minat terhadap sepak bola, tetapi juga menjadi dorongan moril bagi federasi dalam menyusun strategi pengembangan olahraga ini ke depan. Ia menekankan bahwa membangun sepak bola Indonesia tidak bisa hanya dibebankan pada satu institusi seperti PSSI semata. “Pembangunan sepak bola Indonesia ini jangan hanya PSSI, tapi stakeholder juga ikut,” kata Menteri Badan Usaha Milik Negara tersebut.
Menariknya, Piala Presiden 2025 menghadirkan warna baru dengan keikutsertaan dua tim internasional, yakni Port FC dari Thailand dan Oxford United dari Inggris. Masuknya kedua klub tersebut bukan hanya memberi sentuhan kompetitif yang berbeda, tetapi juga membuka peluang besar untuk pertukaran pengalaman dan peningkatan kualitas para pemain lokal.
“Piala Presiden dihadiri dua klub dari luar negeri. Para pemain dari klub luar negeri seperti Asnawi (Mangkualam), Marselino, Ole (Romeny) akan memberikan yang terbaik untuk pertandingan Piala Presiden,” tutur Erick, menekankan bahwa kolaborasi ini akan memberi warna berbeda pada turnamen dan menciptakan standar baru dalam pelaksanaan kompetisi domestik.
Lebih dari sekadar turnamen, Piala Presiden kali ini juga berfungsi sebagai etalase bagi pemain-pemain lokal untuk unjuk gigi di hadapan dunia. Erick menyebut bahwa mengundang klub luar negeri merupakan strategi untuk memperluas eksposur pemain Indonesia di level internasional. “Kami menginginkan juga bahwa banyak pemain kita tidak hanya bisa berkarir di dalam negeri, tapi juga bisa berkarier di luar negeri,” ungkapnya.
Menurut Erick, perkembangan sepak bola dunia yang makin cepat menuntut pemain Indonesia untuk terus meningkatkan kapasitas mereka agar mampu bersaing di tingkat global. Ia menilai, momentum seperti Piala Presiden ini penting untuk membangun kontinuitas karier pemain nasional, baik dari sisi kompetisi maupun pembinaan. “Memang sepak bola kan sudah menjadi global, jadi kita penting sekali menjaga kontinuitas pemain kita bisa terus berkarier, tapi juga dalam posisi latihan atau mempersiapkan diri setinggi mungkin. Karena persaingan tim nasional di mancanegara sendiri makin hari makin tinggi," kata Erick.
Turnamen Piala Presiden 2025 dirancang sedemikian rupa untuk menjawab tantangan tersebut. Salah satu pertandingan yang paling ditunggu adalah laga pembuka antara Persib Bandung menghadapi Port FC di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung. Di saat yang sama, pertandingan lain yang tak kalah menarik akan mempertemukan Oxford United dengan Liga Indonesia All-Star di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Erick pun tak menampik bahwa pelaksanaan turnamen tahun ini adalah bagian dari komitmen jangka panjang PSSI untuk memperbaiki sistem dan membangun ekosistem sepak bola yang inklusif dan kompetitif. Ia percaya bahwa keberhasilan sepak bola nasional tak bisa dilepaskan dari sinergi antara federasi, klub, pelatih, pemain, sponsor, media, dan tentu saja, dukungan publik yang masif. “Saya lihat bahwa inilah sepak bola Indonesia yang bisa tumbuh kalau semua stakeholder bisa membangun sama-sama,” ujarnya.
Upaya memperkuat sinergi juga tampak dari langkah PSSI menyurati sejumlah klub Eropa untuk ikut serta dalam Piala Presiden 2025. Hal ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi penting dalam kalender sepak bola internasional. Erick meyakini, keterlibatan klub-klub luar akan membuka banyak pintu baru, baik untuk pertumbuhan ekonomi olahraga, pengembangan SDM, hingga diplomasi budaya.
Dalam konteks yang lebih luas, turnamen ini juga menjadi cermin bagi kesiapan Indonesia dalam menyelenggarakan event olahraga berskala internasional. Dengan dukungan teknologi, fasilitas stadion, manajemen pertandingan, dan antusiasme publik, Piala Presiden 2025 diharapkan bisa menjadi ajang pembuktian bahwa sepak bola Indonesia siap naik kelas.
Tak hanya itu, kehadiran bintang-bintang muda seperti Asnawi, Marselino, dan Romeny juga menambah daya tarik turnamen. Mereka merupakan contoh nyata generasi baru pesepakbola Indonesia yang mulai mendapat tempat di kompetisi luar negeri dan menjadi inspirasi bagi para pemain muda lainnya. Penampilan mereka di Piala Presiden tentu akan menjadi sorotan publik dan pengamat sepak bola, baik dari dalam maupun luar negeri.
Dengan berbagai elemen pendukung yang ada, Piala Presiden 2025 berpotensi menjadi ajang pembuka lembaran baru dalam sejarah sepak bola Indonesia. Turnamen ini tidak sekadar memperebutkan trofi, tetapi juga menjadi simbol harapan, kebangkitan, dan arah masa depan olahraga paling populer di Tanah Air.