KULINER

Kuliner Tradisional di SGS Wonogiri

Kuliner Tradisional di SGS Wonogiri
Kuliner Tradisional di SGS Wonogiri

JAKARTA - Gelaran Soloraya Great Sale (SGS) bukan sekadar ajang berburu diskon di pusat perbelanjaan. Di balik gegap gempita promosi barang-barang konsumtif, terselip sebuah cerita menggugah dari sudut-sudut tenda UMKM kuliner tradisional yang menyuguhkan cita rasa otentik khas Jawa.

Wonogiri, sebagai salah satu tuan rumah SGS tahun ini, tak mau kalah menunjukkan pesonanya. Kota yang dikenal dengan keteguhan budaya dan kearifan lokalnya itu menjadikan ajang SGS sebagai panggung untuk mengangkat potensi kuliner tradisional yang nyaris terlupakan. Di antara banyak lapak makanan yang menjajakan jajanan dan lauk khas, terdapat satu nama yang mencuri perhatian: Sri Daryatmi, seorang pelaku usaha rumahan dari Kecamatan Sidoharjo.

Menyentuh Nostalgia Lewat Rasa

Duduk di tengah keramaian pasar rakyat SGS, lapak Sri Daryatmi mengundang kerumunan pengunjung yang penasaran. Ia membawa sajian yang tak hanya mengisi perut, tapi juga membangkitkan kenangan lenjongan, abon ayam, hingga ayam panggang negeri menjadi andalannya.

“Saya menyediakan aneka kuliner mulai dari lenjongan, abon ayam, hingga ayam panggang negeri,” kata Sri Daryatmi yang berasal dari Bakalan Wetan RT 02 RW 03.

Lenjongan adalah bintang utama di lapaknya. Jajanan pasar khas Jawa ini merupakan gabungan berbagai makanan berbahan dasar umbi-umbian seperti ketela, cenil, klepon, gadung, dan tiwul. Semua disajikan dengan parutan kelapa segar serta siraman gula merah cair. Tak sekadar manis dan gurih, lenjongan membawa kenangan masa kecil, perjamuan desa, dan suasana hajatan keluarga.

Sri Daryatmi menawarkan dua varian: paket hemat seharga Rp10.000, serta lenjongan tampah besar senilai Rp200.000 yang biasanya dipesan untuk keperluan acara atau pertemuan keluarga. Kehadiran lenjongan di event SGS menjadi oase nostalgia bagi pengunjung yang ingin mencicipi kembali cita rasa lawas yang kini mulai jarang ditemui.

Dari Abon Ayam hingga Ayam Panggang Negeri, Semua Serba Otentik

Tak hanya menyajikan makanan ringan, Sri Daryatmi juga menawarkan pilihan lauk pauk yang praktis namun kaya rasa. Salah satunya adalah abon ayam. Dengan harga Rp15.000 per bungkus, abon ini menjadi alternatif lauk darurat yang bisa dinikmati kapan saja. Baik sebagai taburan nasi hangat, isian roti, hingga pelengkap mi instan, abon ayam ini laris manis diburu pengunjung.

Abon ini dibuat dari daging ayam pilihan tanpa bahan pengawet, diolah secara higienis agar tetap awet dan tetap lezat. Produk ini menjadi contoh nyata bagaimana makanan rumahan bisa tampil profesional jika dikelola dengan teliti.

Untuk yang mencari menu utama, ayam panggang negeri menjadi jawaban yang memuaskan. Dipanggang dengan racikan bumbu khas Wonogiri, ayam ini dijual dengan harga Rp85.000 per ekor. Aromanya yang menggoda, rasa rempah yang meresap hingga ke tulang, serta tekstur daging yang empuk menjadi perpaduan sempurna yang bikin pelanggan ketagihan.

Mendorong UMKM Lokal Naik Kelas Lewat SGS

SGS bukan sekadar ajang pamer diskon. Perhelatan ini menjadi ladang strategis untuk mengangkat pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar produknya makin dikenal luas. Kisah seperti Sri Daryatmi membuktikan bahwa dengan kreativitas dan keuletan, usaha rumahan bisa bersaing di kancah regional bahkan nasional.

Dari sudut kuliner, SGS memberi ruang yang setara bagi makanan tradisional agar tidak kalah pamor dari makanan modern. Upaya panitia SGS dan dukungan pemerintah dalam mempromosikan kekayaan lokal seperti ini sangat berarti, terutama dalam memperluas pasar sekaligus menjaga warisan kuliner daerah agar tetap hidup.

Lebih dari sekadar pesta belanja, SGS menghadirkan pengalaman menyeluruh. Pengunjung tak hanya pulang membawa barang diskon, tapi juga pengalaman menyantap hidangan khas, bertemu pelaku usaha inspiratif, dan belajar lebih banyak tentang kearifan lokal.

Dari Pasar Rakyat Menuju Peluang Emas

Partisipasi pelaku UMKM dalam SGS membuka peluang baru dalam dunia usaha. Event ini menjadi batu loncatan untuk menjangkau konsumen baru, mengasah kemampuan promosi, serta memperluas jaringan pasar. Dengan harga terjangkau dan kualitas terjaga, produk-produk rumahan seperti lenjongan dan ayam panggang negeri punya potensi besar untuk berkembang.

Panitia penyelenggara SGS pun mendorong warga untuk tidak hanya berbelanja, tetapi juga memberi apresiasi kepada para pelaku usaha lokal. Di sisi lain, masyarakat juga mulai membuka mata bahwa makanan lokal tak kalah istimewa dibanding makanan cepat saji modern.

Kuliner sebagai Jembatan Budaya

Event SGS tahun ini sekali lagi membuktikan bahwa kuliner adalah jembatan budaya yang efektif. Melalui makanan, nilai-nilai tradisi, sejarah, dan kekayaan lokal bisa disampaikan dengan cara yang sederhana namun membekas. Lapak-lapak seperti milik Sri Daryatmi bukan sekadar tempat menjual makanan, tapi juga menjadi ruang cerita, ruang warisan, dan ruang harapan bagi para pejuang UMKM lokal.

Dengan hadirnya lenjongan, abon ayam, dan ayam panggang negeri dalam pesta SGS, Wonogiri telah membubuhkan identitasnya sendiri: sebagai penjaga cita rasa dan tradisi di tengah arus modernisasi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index