Saham

Saham ADRO Naik Didukung Buyback dan Investor Ritel

Saham ADRO Naik Didukung Buyback dan Investor Ritel
Saham ADRO Naik Didukung Buyback dan Investor Ritel

JAKARTA - Lonjakan harga saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) tidak datang begitu saja. Kombinasi strategi korporasi seperti aksi pembelian kembali saham (buyback) dan meningkatnya minat investor ritel menjadi pemicu utama yang mengangkat saham ini selama beberapa hari terakhir di bursa.

Pada sesi pertama perdagangan Selasa, 22 Juli 2025, saham ADRO melonjak hingga menyentuh level Rp 2.010 per saham, naik 6,63% dibandingkan hari sebelumnya. Volume transaksi tercatat cukup besar, mencapai 159,25 juta saham dengan frekuensi 27.638 kali dan nilai transaksi menyentuh Rp 316 miliar. Data ini mencerminkan antusiasme pasar terhadap emiten tambang batu bara ini.

Menurut data dari aplikasi Stockbit Sekuritas, saham ADRO mencatatkan net buy tertinggi dibanding saham-saham lainnya, yakni sebesar Rp 70,8 miliar. Angka ini menjadi indikator kuat bahwa investor, terutama dari kalangan ritel, tengah agresif masuk ke saham ADRO.

Sehari sebelumnya, Senin, 21 Juli 2025, ADRO juga mencatatkan kenaikan 2,72%. Jika ditarik dalam sepekan terakhir, saham ini sudah bangkit sebesar 10,74%. Meski demikian, bila dihitung dalam jangka satu bulan, saham ADRO masih minus 12,80%. Artinya, meski saat ini tengah dalam tren positif, saham ini masih dalam tahap pemulihan setelah koreksi sebelumnya.

Investor Ritel Naik Signifikan

Minat dari kalangan investor ritel menjadi salah satu faktor yang ikut mendongkrak pergerakan harga ADRO. Berdasarkan data yang dirilis oleh manajemen perseroan, hingga 30 Juni 2025, jumlah pemegang saham dari kalangan perorangan domestik mencapai 191.719 investor. Angka ini melonjak signifikan dibanding Mei 2025 yang saat itu hanya 179.120 investor.

Kepemilikan saham oleh investor ritel juga meningkat, dari sebelumnya 24,403% pada Mei menjadi 25,184% di akhir Juni. Kenaikan jumlah investor sebanyak lebih dari 12 ribu pihak tersebut menunjukkan adanya peningkatan kepercayaan pasar terhadap prospek ADRO dalam waktu dekat.

Selain ritel, pemegang saham ADRO juga berasal dari berbagai kategori institusi. Tercatat ada 446 entitas perseroan terbatas nasional yang menguasai 59,199% saham per akhir Juni. Selain itu, dana pensiun memiliki 0,29% saham, yayasan 0,026%, dan koperasi 0,005%. Adapun dari luar negeri, investor asing individu tercatat memiliki 0,035% saham ADRO, sementara perusahaan asing memegang 15,261%.

Buyback Jadi Penopang Sentimen

Aksi buyback saham yang terus dilakukan oleh perseroan menjadi salah satu penopang sentimen positif di pasar. Per akhir Juni 2025, jumlah saham treasuri ADRO telah mencapai 5,219%, naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,56%. Bahkan, hingga 9 Juli 2025, porsi saham treasuri sudah meningkat lagi menjadi 5,43%.

Langkah buyback ini dipandang pasar sebagai sinyal kepercayaan manajemen terhadap valuasi saham perusahaan. Dengan membeli kembali saham yang beredar, ADRO berupaya menjaga harga saham tetap stabil sekaligus menunjukkan komitmen untuk meningkatkan nilai bagi para pemegang saham.

Aksi serupa pernah terjadi sebelumnya dan seringkali memberikan efek psikologis positif bagi investor. Ketika perusahaan membeli kembali sahamnya sendiri, pasar kerap menilai bahwa saham tersebut sedang diperdagangkan di bawah nilai wajar atau fundamentalnya.

Pergerakan Saham Masih Dinamis

Meski saat ini tren harga saham ADRO menunjukkan penguatan, namun investor tetap perlu mencermati dinamika pasar yang fluktuatif. Pada perdagangan Kamis, 10 Juli 2025, saham ADRO sempat melonjak tajam 5,75% ke level Rp 1.840. Namun jika melihat performa dalam satu bulan terakhir, saham ini masih tercatat turun 12,80%, mencerminkan bahwa pergerakan harganya masih sangat dipengaruhi oleh sentimen jangka pendek dan strategi korporasi.

Bagi investor jangka panjang, peningkatan jumlah investor ritel dan aksi buyback dapat menjadi indikator fundamental positif. Namun demikian, perlu diimbangi dengan analisis mendalam terhadap sektor energi dan prospek bisnis perusahaan secara keseluruhan di tengah dinamika transisi energi dan fluktuasi harga komoditas global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index