Otomotif

Otomotif Dunia Berebut Teknologi Baterai Solid State

Otomotif Dunia Berebut Teknologi Baterai Solid State
Otomotif Dunia Berebut Teknologi Baterai Solid State

JAKARTA - Teknologi baterai menjadi medan persaingan baru dalam industri otomotif global. Bukan lagi sekadar soal kecepatan atau desain, kini perusahaan-perusahaan otomotif kelas dunia berlomba dalam pengembangan dan produksi baterai solid-state, yang diproyeksikan menjadi kunci revolusi kendaraan listrik masa depan.

Baterai solid-state disebut-sebut sebagai jawaban atas berbagai tantangan kendaraan listrik saat ini mulai dari daya jelajah, efisiensi pengisian ulang, hingga faktor keselamatan. Tak mengherankan jika sejumlah nama besar dalam industri otomotif mempercepat langkah menuju produksi massal teknologi ini.

Mengapa Solid-State Jadi Perebutan?

Dalam beberapa tahun terakhir, baterai lithium-ion telah menjadi standar untuk kendaraan listrik. Namun, keterbatasan dalam hal kepadatan energi, risiko kebakaran, serta waktu pengisian yang relatif lama mendorong produsen untuk mencari alternatif. Teknologi solid-state battery muncul sebagai solusi yang menjanjikan.

Solid-state battery menggantikan elektrolit cair dengan elektrolit padat, yang diklaim mampu meningkatkan keamanan dan efisiensi. Baterai jenis ini memungkinkan kendaraan listrik menempuh jarak lebih jauh, mengisi daya lebih cepat, serta lebih tahan terhadap suhu ekstrem.

Dengan potensi sebesar itu, tidak heran bila raksasa otomotif seperti Toyota, BMW, Volkswagen, Ford, hingga Hyundai berlomba melakukan investasi besar untuk menaklukkan tantangan teknis solid-state dan mewujudkannya dalam produksi skala besar.

Toyota Jadi yang Terdepan

Toyota menjadi salah satu pelopor dalam pengembangan baterai solid-state. Produsen otomotif asal Jepang ini sudah sejak lama menanamkan investasi untuk riset dan pengembangan teknologi ini, bahkan menjanjikan peluncuran kendaraan pertama berbasis solid-state dalam waktu dekat.

Langkah agresif Toyota telah mendorong kompetitor lain mempercepat pengembangan mereka sendiri. Tidak hanya membangun fasilitas khusus, mereka juga menggandeng startup teknologi baterai untuk mempercepat inovasi.

Pabrikan Lain Tak Mau Ketinggalan

Selain Toyota, perusahaan seperti Volkswagen dan BMW juga mengumumkan proyek besar mereka dalam teknologi solid-state. Bahkan beberapa pabrikan telah mengklaim siap memulai uji coba kendaraan prototipe dengan baterai jenis ini pada akhir 2025.

Ford dan Hyundai pun ikut ambil bagian dalam balapan teknologi ini. Mereka mengandalkan kemitraan strategis dengan perusahaan teknologi baterai dari AS, Eropa, hingga Korea Selatan, dalam upaya mengejar efisiensi dan kestabilan produksi massal solid-state battery.

Tantangan Menuju Produksi Massal

Meski menjanjikan banyak keunggulan, teknologi baterai solid-state masih menghadapi beberapa tantangan teknis, seperti kestabilan material elektrolit padat dan efisiensi produksi dalam skala besar. Proses produksi yang lebih kompleks dan mahal dibanding lithium-ion masih menjadi hambatan utama dalam komersialisasi penuh teknologi ini.

Namun, seiring kemajuan riset dan efisiensi proses manufaktur, sejumlah analis industri percaya bahwa solid-state battery bisa menjadi mainstream dalam satu dekade ke depan. Bahkan, beberapa memprediksi harga kendaraan listrik berbasis solid-state akan bisa bersaing secara langsung dengan kendaraan bermesin konvensional mulai 2030.

Dampaknya bagi Konsumen dan Lingkungan

Bagi konsumen, kehadiran baterai solid-state menjanjikan perubahan besar. Bayangkan mobil listrik yang bisa menempuh 800–1.000 kilometer dalam sekali pengisian daya, dengan proses isi ulang tak sampai 15 menit. Tak hanya itu, risiko kebakaran akibat kerusakan baterai juga bisa ditekan drastis.

Di sisi lain, adopsi solid-state battery juga berdampak pada lingkungan. Penggunaan material yang lebih stabil dan ramah lingkungan, serta efisiensi energi lebih tinggi, menjadi poin penting dalam mendukung transisi energi bersih secara global.

Indonesia dalam Peta Rantai Pasok

Meskipun sebagian besar pengembangan solid-state saat ini dilakukan di negara-negara maju, Indonesia memiliki potensi strategis dalam rantai pasok global, terutama terkait bahan baku nikel. Nikel adalah salah satu komponen penting dalam pembuatan baterai listrik—termasuk solid-state.

Dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia bisa mengambil peluang untuk masuk lebih dalam dalam industri ini, tidak hanya sebagai penyedia bahan mentah, tetapi juga sebagai basis produksi komponen baterai. Pemerintah dan pelaku industri nasional didorong untuk membangun ekosistem pendukung agar bisa mengambil peran signifikan dalam tren besar ini.

Seiring makin dekatnya masa depan kendaraan listrik, industri otomotif global sedang memasuki fase baru: perang teknologi baterai solid-state. Perusahaan-perusahaan besar tak hanya berlomba dalam efisiensi dan inovasi, tetapi juga berpacu dengan waktu untuk menjadi yang pertama membawa teknologi ini ke jalanan.

Solid-state battery bukan hanya sekadar peningkatan teknologi, melainkan simbol perubahan arah industri otomotif ke masa depan yang lebih efisien, aman, dan berkelanjutan.

Perkembangan ini terus dipantau dalam berbagai forum dan laporan industri, termasuk program Autobizz CNBC Indonesia, yang menyajikan update lengkap soal transformasi penting di dunia otomotif pada edisi 22 Juli 2025.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index