JAKARTA - Di tengah gempuran tren kuliner modern dan makanan cepat saji instan, Blora, Jawa Tengah, tetap mempertahankan satu kekayaan kuliner khas yang bertahan lintas generasi: lontong sambal tahu. Hidangan sederhana ini bukan sekadar makanan rakyat biasa, melainkan bagian dari warisan budaya yang terus hidup, berkembang, dan kini bahkan ikut bersaing di era digital.
Lontong sambal Blora dikenal sebagai sajian khas dengan cita rasa unik yang memadukan kelezatan sambal kacang uleg, gurihnya tahu, dan segarnya taoge serta jeruk nipis, semua dibalut dengan manisnya kecap dan taburan bawang goreng. Tak hanya dinikmati di atas piring, sebagian penjual masih mempertahankan tradisi menyajikannya di atas pincuk daun jati, menambah sensasi autentik yang sulit ditemukan di kota besar.
Yang membuatnya lebih istimewa, proses penyajian dilakukan secara personal. Setiap porsi sambal diuleg secara terpisah, sesuai pesanan pembeli. “Uniknya, pembeli harus antri karena sekali uleg sambal hanya untuk satu porsi lontong. Sambalnya diuleg di cobek dulu, tidak langsung bisa disajikan,” ujar Bayu, seorang remaja yang menjadi pelanggan setia lontong sambal di Pasar Rakyat Sido Makmur.
- Baca Juga Olahraga Futsal dan Kenangan Milenial
Meski harus menunggu sekitar tiga menit untuk satu porsi, pembeli tetap setia mengantri. Apalagi, mereka bisa menentukan sendiri tingkat kepedasan sambalnya. “Bagi yang suka pedas tinggal minta berapa jumlah cabai yang diinginkan,” lanjut Bayu.
Harga yang terjangkau Rp12.000 per porsi menjadi daya tarik tersendiri. Selain ramah di kantong, lontong sambal tahu Blora juga memenuhi selera dan kebutuhan masyarakat akan makanan cepat saji yang tetap sehat dan kaya rasa.
Meski sederhana, rahasia kelezatan kuliner ini terletak pada pemilihan bahan, termasuk kecap khas home industry yang digunakan oleh para penjual. Setiap tetes kecap tak hanya memberikan rasa manis dan gurih, tetapi juga merepresentasikan cita rasa lokal yang tak tergantikan oleh produk pabrikan besar.
Menurut Ferdi, remaja Blora lainnya yang kerap mengajak teman-temannya menyantap lontong sambal, makanan ini menjadi rekomendasi utama bagi siapa pun yang ingin mencicipi rasa khas Blora. “Lontong sambal tahu khas Blora menjadi recommended, lezat untuk dicicipi,” ujarnya.
Popularitas lontong sambal tahu bukan hanya bertahan karena rasa, tapi juga karena nilai sosial dan ekonomi yang dibawanya. Banyak penjual yang mewarisi usaha ini secara turun-temurun. Salah satunya adalah Mbak Yatmi, penjual lontong sambal tahu yang telah menjadi generasi ketiga dalam keluarganya menjalankan bisnis ini.
“Alhamdulillah, hasil jualan lontong sambal cukup untuk membantu ekonomi keluarga. Termasuk menyekolahkan anak dan merenovasi rumah,” ungkap Yatmi yang biasa berjualan di Pasar Rakyat Sido Makmur. Dedikasinya menjaga resep turun-temurun ini membuktikan bahwa kuliner lokal tidak hanya soal rasa, tetapi juga sumber penghidupan dan simbol ketahanan ekonomi keluarga kecil di daerah.
Yatmi juga tak ketinggalan memanfaatkan kemajuan teknologi. Di era digital saat ini, ia menggunakan media sosial dan layanan pesan-antar untuk memperluas jangkauan pelanggan. “Bagi yang pesan, bisa menghubungi ke nomor WhatsApp saya, atau melalui jasa delivery yang sudah bermitra,” jelasnya.
Langkah ini menunjukkan bahwa adaptasi terhadap perubahan zaman tidak berarti harus meninggalkan tradisi. Sebaliknya, teknologi bisa menjadi alat untuk memperkuat eksistensi budaya lokal, termasuk di bidang kuliner.
Cerita lontong sambal tahu Blora adalah gambaran bagaimana makanan bisa menjadi identitas daerah sekaligus peluang ekonomi yang nyata. Di tengah modernisasi yang pesat, makanan tradisional ini tidak tergeser, melainkan semakin mendapat tempat di hati masyarakat, terutama generasi muda yang mulai kembali menghargai kekayaan kuliner lokal.
Dari sudut pasar rakyat hingga ke platform digital, lontong sambal tahu tetap hadir dan bertahan. Ia menjadi simbol kekuatan budaya yang mampu bertahan dalam arus perubahan, serta bukti bahwa warisan kuliner tradisional masih relevan di tengah dunia yang terus bergerak.
Kuliner khas seperti lontong sambal tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menyimpan kisah perjuangan, warisan keluarga, dan semangat untuk terus bertahan dan berkembang. Di Blora, makanan ini bukan hanya sekadar sajian, melainkan bagian dari denyut kehidupan masyarakat yang terus dijaga dan dilestarikan.