JAKARTA - Konektivitas di kawasan timur Indonesia kini mendapat dorongan signifikan berkat komitmen kuat dari PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry Cabang Ambon. Dengan menghadirkan layanan transportasi laut yang handal dan menjangkau pelosok, ASDP memperkuat perannya dalam mendukung mobilitas masyarakat dan distribusi logistik di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T), khususnya di Maluku dan Papua Barat.
Pendekatan yang dilakukan ASDP bukan hanya bersifat operasional, melainkan juga strategis dalam konteks pembangunan nasional. Melalui pernyataan General Manager ASDP Ambon, Syamsuddin Tanassy, terungkap bahwa pengembangan layanan penyeberangan di kawasan 3T merupakan langkah konkret perusahaan untuk menjangkau wilayah-wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau transportasi darat.
"Melalui penyediaan layanan transportasi laut yang andal, ASDP Ambon mengoptimalkan peran dalam memperlancar mobilitas masyarakat dan distribusi logistik di wilayah yang selama ini sulit dijangkau," ujar Syamsuddin dalam pernyataannya di Ambon.
- Baca Juga PLN IP Bangun Masa Depan Energi
Ia menambahkan bahwa pembangunan sistem transportasi yang merata adalah salah satu kunci penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan pemerataan pembangunan antarwilayah. Dalam perspektif ASDP, transportasi laut tidak hanya menjadi alat penghubung, tetapi juga simbol komitmen terhadap inklusivitas pembangunan nasional.
“Transportasi bukan sekadar alat mobilitas, melainkan menjadi kunci pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan,” tegas Syamsuddin.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa upaya memperkuat konektivitas di wilayah 3T sejalan dengan visi besar ASDP untuk menjadikan layanan transportasi sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi baru di wilayah terpencil.
“Ini adalah langkah konkret dalam menciptakan peluang ekonomi baru, memperbaiki distribusi logistik, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah-daerah terpencil,” katanya.
Dalam menjalankan misi tersebut, ASDP Ambon saat ini mengoperasikan sebanyak 11 kapal penyeberangan yang melayani 25 lintasan. Dari jumlah tersebut, enam kapal ditugaskan pada trayek perintis yang menjadi tulang punggung konektivitas di wilayah-wilayah yang tidak terjangkau oleh moda transportasi lainnya. Sementara lima kapal lainnya beroperasi secara komersial.
Rute-rute yang dilayani ASDP menyasar wilayah strategis di Provinsi Maluku dan sebagian Papua Barat, menghubungkan pulau-pulau kecil, kota-kota pesisir, dan wilayah yang memiliki peran vital dalam rantai distribusi barang serta mobilitas manusia.
Armada perintis ASDP mencakup kapal-kapal seperti KMP. Samandar yang melayani rute Umeputih – Nalahia dan Nalahia – Amahai. Ada pula KMP. Layur di rute Wailey – Umeputih, KMP. Danau Rana di lintasan Namlea – Kayeli, serta KMP. Temi yang mencakup jalur Tual – Tam – Mangur hingga ke Kaimana dan Fak Fak di Papua Barat. Tak kalah penting, KMP. Lobster dan KMP. Tg Madlahar juga menangani jalur-jalur kompleks di wilayah Kepulauan Tanimbar dan Aru.
Kapal-kapal tersebut menghadirkan akses vital bagi warga di daerah yang secara geografis sangat sulit dijangkau oleh infrastruktur jalan. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri dalam pembangunan ekonomi dan sosial. Karena itulah, kehadiran ASDP tidak hanya dipandang sebagai penyedia jasa, tetapi juga sebagai motor penggerak kemajuan wilayah pinggiran.
Di sisi komersial, ASDP juga mengoperasikan KMP. Wayangan yang melayani lintasan Galala – Namlea, serta KMP. Erana, KMP. Inelika, KMP. Rokatenda, dan KMP. Terubuk yang menghubungkan Hunimua – Waipirit. Selain itu, jalur Waai – Umeputih juga dilayani oleh KMP. Samandar dalam kapasitas komersial.
Rute-rute ini membentuk jaringan yang memfasilitasi pergerakan logistik dan manusia dalam cakupan wilayah yang luas. ASDP tidak hanya menyasar jalur-jalur populer, melainkan juga memastikan bahwa wilayah yang secara ekonomis kurang menarik tetap mendapatkan layanan transportasi.
Heru Widodo dari ASDP turut memperkuat pernyataan tersebut dengan menekankan bahwa penguatan layanan di wilayah timur merupakan dukungan nyata terhadap kebijakan pemerintah dalam membuka isolasi dan mempercepat pembangunan di daerah-daerah tertinggal.
“Melalui layanan ini, kami berharap dapat menciptakan konektivitas yang lebih luas, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat,” katanya.
ASDP juga melihat kehadiran armada perintis sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), bukan sekadar strategi bisnis semata. Kehadiran transportasi penyeberangan yang andal dianggap sebagai instrumen pembangunan inklusif yang memungkinkan pemerataan kesejahteraan dan pembangunan dari wilayah pinggiran ke pusat.
Dengan pendekatan ini, ASDP menunjukkan bagaimana transportasi laut bisa menjadi instrumen penting dalam upaya menyatukan Nusantara. Di tengah kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, peran transportasi laut seperti yang dijalankan ASDP menjadi tidak tergantikan.
Kehadiran armada ASDP di Maluku dan Papua Barat menjadi simbol bahwa pembangunan tidak boleh meninggalkan siapa pun. Ketika layanan transportasi menjangkau wilayah 3T, maka jalan menuju kesejahteraan pun terbuka lebih lebar bagi jutaan warga Indonesia di kawasan timur.