FASHION

Streetwear ke Haute Couture: Dunia Fashio

Streetwear ke Haute Couture: Dunia Fashio
Streetwear ke Haute Couture: Dunia Fashio

JAKARTA - Fashion bukan lagi sekadar soal pakaian, melainkan tentang bagaimana seseorang mengekspresikan identitas dan posisinya dalam lintasan budaya. Perjalanan sebuah merek dari dunia streetwear yang akrab dengan kehidupan jalanan hingga ke panggung adibusana di Paris Fashion Week adalah bukti bahwa gaya bisa menyeberangi batas sosial dan artistik.

Di balik hoodie yang nyaman dan kaos oversized yang kasual, tersimpan cerita tentang kreativitas, perlawanan budaya, dan inovasi yang tiada henti. Kini, kita menyaksikan bagaimana label-label yang dulu hanya dikenal di kalangan komunitas urban mampu menembus eksklusivitas industri fashion tingkat tinggi.

Streetwear: Manifestasi Budaya Pop yang Mendunia

Streetwear bukan sekadar tren sesaat. Ia lahir dari denyut nadi jalanan  tempat skateboard mengukir jejak, musik hip hop menggema, dan anak-anak muda mengekspresikan diri dengan jujur dan berani. Gaya ini menyuguhkan kenyamanan dan identitas dalam satu paket.

Beberapa brand menjadi ikon dalam lanskap streetwear global:

Supreme, yang dikenal berkat kolaborasi lintas genre, mulai dari Louis Vuitton hingga Oreo.

Stüssy, pelopor gaya jalanan dari California yang mulai dikenal sejak era 1980-an.

Palace, dengan pendekatan desain eksentrik khas Inggris.

Brand lokal seperti Erigo, Thanksinsomnia, Screamous, dan Public Culture juga turut meramaikan dan memperkuat identitas streetwear di Indonesia.

Gaya mereka sederhana tapi penuh pernyataan. Hoodie longgar, kaos grafis, sneakers berkarakter, dan totebag fungsional—cukup untuk menciptakan tampilan yang relevan dan keren, terutama di kalangan urban muda.

High-Street Fashion: Titik Temu antara Kasual dan Elegan

Ketika seseorang mulai mencari gaya yang sedikit lebih dewasa tanpa meninggalkan sisi fun dan modern, maka mereka beralih ke kategori contemporary fashion atau high-street fashion. Ini adalah tahap transisi menuju tampilan yang lebih rapi dan dinamis.

Brand seperti:

Zara, H&M, dan Uniqlo menawarkan koleksi musiman yang selalu update, mudah diakses, dan terjangkau.

COS, versi dewasa dan lebih minimalis dari H&M.

A.P.C. serta Acne Studios, dengan gaya clean yang disukai pecinta estetika simpel namun berkelas.

Di sinilah gaya bertemu fungsionalitas. Untuk mereka yang bekerja di kantor, datang ke acara semi-formal, atau sekadar ingin tampil dewasa tanpa kehilangan sisi playful-nya, kategori ini menjadi pilihan sempurna.

Luxury Fashion: Ketika Gaya Menjadi Pernyataan Status

Masuk ke dunia luxury fashion, kita bicara tentang prestige, keunikan, dan harga yang bisa bikin orang berpikir dua kali. Tapi itulah daya tariknya. Gaya di level ini bukan hanya soal penampilan, tapi juga tentang pernyataan kelas sosial.

Beberapa rumah mode mewah yang mendominasi industri ini antara lain:

Gucci, Prada, dan Balenciaga pemain besar asal Italia yang tak hanya legendaris, tapi juga sering menjadi pionir tren global.

Louis Vuitton dan Dior, ikon mode asal Prancis yang produknya diincar kolektor dan selebritas dunia.

Off-White, hasil kreasi Virgil Abloh, menjadi jembatan yang unik antara streetwear dan luxury fashion.

Produk mereka tak hanya mahal, tetapi juga memancarkan nilai seni, craftsmanship, dan branding yang begitu kuat. Tak heran jika sepatu atau tas dari brand ini kerap dijadikan simbol kesuksesan dan gaya hidup kelas atas.

Haute Couture: Fashion Sebagai Karya Seni

Puncak dari dunia fashion terletak pada haute couture, atau adibusana. Di sinilah pakaian menjelma menjadi karya seni. Satu gaun bisa dibuat selama berbulan-bulan oleh tangan-tangan ahli dengan dedikasi tinggi.

Brand-brand yang dikenal lewat karya haute couture antara lain:

Chanel, Christian Dior, dan Givenchy, yang tampil dengan elegansi klasik.

Jean Paul Gaultier, dengan sentuhan teatrikal dan kreatif.

Iris van Herpen, yang memadukan teknologi futuristik dengan estetika fashion dalam bentuk yang menakjubkan.

Setiap potongan adibusana bukan sekadar untuk dipakai tapi untuk dikagumi. Koleksi ini tidak dibuat untuk kenyamanan sehari-hari, tapi untuk menunjukkan batas tertinggi dari apa yang bisa dicapai oleh dunia mode.

Ketika Batas Menjadi Kabur

Menariknya, kini kita hidup di masa ketika garis antara streetwear dan haute couture semakin kabur. Kolaborasi seperti Louis Vuitton x Supreme menjadi bukti bahwa dunia fashion semakin inklusif, bahkan bagi mereka yang dulunya dianggap sebagai “orang luar” dalam industri ini.

Di Indonesia, brand lokal juga mulai tampil berani dengan eksplorasi desain yang edgy namun elegan, berusaha memadukan kearifan lokal dengan gaya global.

Gaya yang Paling Penting: Jadi Diri Sendiri

Lebih dari sekadar label, harga, atau popularitas, fashion pada akhirnya adalah tentang kejujuran terhadap diri sendiri. Mau pakai baju dari thrift shop, hoodie lokal, atau blazer desainer internasional semua sah-sah saja, selama kamu nyaman dan percaya diri.

Karena dalam dunia fashion, yang membuat kamu standout bukan hanya bajumu, tapi cerita yang kamu bawa bersamanya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index