SEMBAKO

Harga Sembako Jatim Fluktuatif

Harga Sembako Jatim Fluktuatif
Harga Sembako Jatim Fluktuatif

JAKARTA - Perubahan harga kebutuhan pokok kembali menjadi sorotan utama masyarakat Jawa Timur. Di tengah dinamika ekonomi dan cuaca yang tak menentu, harga-harga sembako menunjukkan fluktuasi yang cukup mencolok. Kenaikan pada beberapa komoditas seperti bawang merah dan daging sapi, serta penurunan pada cabai rawit dan daging ayam kampung, menunjukkan bahwa pasar sembako masih sangat dinamis dan dipengaruhi oleh banyak variabel.

Kenaikan harga bawang merah menjadi salah satu perhatian utama. Komoditas ini naik sebesar Rp2.223 per kilogram atau sekitar 4,88 persen. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, bawang merah memiliki peran vital sebagai bumbu masak yang hampir tidak tergantikan. Karena itu, fluktuasi harganya sangat cepat dirasakan oleh konsumen, khususnya ibu rumah tangga dan pelaku usaha kuliner.

Tak hanya bawang merah, harga daging sapi bagian paha belakang juga menunjukkan tren naik, meskipun dalam angka yang lebih kecil, yakni Rp467 atau sekitar 0,39 persen. Meskipun angka kenaikan ini relatif kecil, tetap saja berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga yang rutin mengonsumsi daging sebagai sumber protein utama.

Di sisi lain, beberapa harga komoditas penting justru menurun. Cabai rawit merah mengalami penurunan sebesar Rp2.127 atau 5,37 persen. Penurunan harga ini cukup membantu meringankan beban belanja masyarakat, mengingat cabai termasuk dalam bahan pokok dapur yang digunakan sehari-hari, terutama di Jawa Timur yang dikenal memiliki selera makanan pedas. Daging ayam kampung juga mencatatkan penurunan harga sebesar Rp636 atau sekitar 0,93 persen, yang dapat memberikan alternatif konsumsi protein hewani dengan harga lebih terjangkau.

Melihat rincian harga terbaru berdasarkan sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (Siskaperbapo) di Jawa Timur, gambaran umum harga sembako adalah sebagai berikut:

Beras Premium: Rp14.940/kg

Beras Medium: Rp13.074/kg

Gula Kristal Putih: Rp16.622/kg

Minyak Goreng Curah: Rp18.453/kg

Minyak Goreng Kemasan Premium: Rp20.342/liter

Minyak Goreng Kemasan Sederhana: Rp17.312/liter

Minyakita: Rp16.430/liter

Daging Sapi Paha Belakang: Rp119.237/kg

Daging Ayam Ras: Rp31.339/kg

Daging Ayam Kampung: Rp67.650/kg

Telur Ayam Ras: Rp27.223/kg

Telur Ayam Kampung: Rp46.415/kg

Susu Kental Manis (Bendera): Rp12.602 (370 gr)

Susu Kental Manis (Indomilk): Rp12.437 (370 gr)

Susu Bubuk Bendera: Rp41.459 (400 gr)

Susu Bubuk Indomilk: Rp40.155 (400 gr)

Garam Bata: Rp1.722

Garam Halus: Rp9.465/kg

Cabai Merah Keriting: Rp30.884/kg

Cabai Merah Besar: Rp32.041/kg

Cabai Rawit Merah: Rp37.464/kg

Bawang Merah: Rp47.732/kg

Bawang Putih: Rp30.746/kg

Gas Elpiji: Rp19.773

Perubahan harga ini tentu tak terjadi tanpa sebab. Banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga bahan pokok, mulai dari kondisi iklim, distribusi, kebijakan pemerintah, hingga permintaan pasar.

Salah satu faktor utama yang kerap kali memengaruhi harga adalah perubahan cuaca ekstrem atau musim. Ketika kondisi iklim tidak bersahabat, seperti musim hujan berkepanjangan atau kekeringan, maka hasil panen terganggu, dan akhirnya pasokan barang ke pasar berkurang. Imbasnya, harga pun melonjak.

Kebijakan pemerintah juga turut andil dalam menentukan harga, baik melalui pembatasan impor, pengenaan pajak, maupun pemberian subsidi. Misalnya, ketika pemerintah membatasi impor bawang putih untuk mendukung petani lokal, hal ini bisa menyebabkan kelangkaan pasokan jika hasil panen dalam negeri belum cukup, sehingga harga pun meningkat.

Dari sisi biaya produksi, hal-hal seperti kenaikan harga bahan baku, pupuk, atau ongkos angkut juga dapat berdampak besar. Jika ongkos produksi naik, maka harga jual kepada konsumen pun akan ikut terdongkrak. Selain itu, masalah logistik, seperti kemacetan, distribusi yang lambat, atau bahkan pemogokan, bisa menghambat jalur pasokan dan membuat harga menjadi tidak stabil.

Kondisi ekonomi makro, seperti inflasi dan fluktuasi nilai tukar mata uang, juga berpengaruh. Apabila nilai rupiah melemah terhadap dolar AS, maka harga barang-barang impor, termasuk bahan pokok tertentu, akan ikut naik.

Kondisi ini menunjukkan bahwa fluktuasi harga sembako bukan sekadar persoalan jual-beli biasa, melainkan mencerminkan kerentanan sistem pangan dan distribusi di Indonesia. Oleh karena itu, pemantauan harga secara berkala dan akurat menjadi sangat penting bagi masyarakat maupun pemerintah daerah.

Untuk konsumen, informasi ini berguna agar bisa menyesuaikan anggaran belanja harian dan memilih alternatif bahan makanan yang lebih terjangkau. Sementara itu, bagi pemerintah, data harga dapat menjadi acuan dalam membuat kebijakan pengendalian harga, subsidi, dan program bantuan pangan lainnya.

Dengan naik-turunnya harga sembako yang terus berubah setiap hari, kesadaran akan pentingnya informasi harga menjadi kebutuhan dasar masyarakat. Data seperti ini bukan hanya sebagai referensi belanja, tapi juga mencerminkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat secara luas.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index