wisata

Wisata Borobudur Sunrise Dibuka Lagi, Wisatawan Dibidik Naik

Wisata Borobudur Sunrise Dibuka Lagi,  Wisatawan Dibidik Naik
Wisata Borobudur Sunrise Dibuka Lagi, Wisatawan Dibidik Naik

JAKARTA - Candi Borobudur kembali menyapa wisatawan dengan pengalaman yang sudah lama dirindukan: menyaksikan matahari terbit dari puncaknya. Setelah sempat dihentikan karena pandemi COVID-19, wisata Borobudur Sunrise kini kembali dibuka untuk umum. Kehadiran kembali paket wisata eksklusif ini bukan sekadar kabar baik bagi pencinta petualangan spiritual atau pemburu lanskap, melainkan juga bagian dari strategi besar untuk membangkitkan sektor pariwisata di kawasan Magelang dan Jawa Tengah secara umum.

Kebijakan ini menjadi sinyal penting dari Injourney Destination Management (IDM) bahwa pemulihan pariwisata pascapandemi tidak hanya berfokus pada volume kunjungan, tetapi juga pada kualitas dan keunikan pengalaman wisata. Tidak mengherankan jika kembalinya Borobudur Sunrise disambut antusias oleh para wisatawan, termasuk wisatawan mancanegara yang mengagumi warisan budaya dan keindahan alam Indonesia.

Salah satu daya tarik utama dari wisata Borobudur Sunrise adalah kesempatan langka untuk menyaksikan mentari terbit dari puncak stupa Candi Borobudur, menyinari relief dan batuan purba yang telah berdiri selama lebih dari 1.200 tahun. Cahaya pagi yang menyusup perlahan di sela-sela stupa bukan hanya menghadirkan momen magis, tapi juga memberi ruang kontemplatif yang sulit ditemukan di destinasi wisata lain.

Wisata ini sebelumnya sempat menjadi ikon bagi perjalanan spiritual dan fotografi yang mendunia. Kini, kehadirannya kembali diharapkan mampu meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia, terutama di segmen pasar minat khusus.

Menurut pihak manajemen PT Taman Wisata Candi Borobudur, target kunjungan wisatawan tahun 2025 dipatok mencapai 1,7 juta orang. Angka tersebut meningkat dibanding target tahun sebelumnya yang hanya 1,5 juta wisatawan. Kenaikan target ini tak lepas dari strategi pemulihan pariwisata yang lebih menyasar pada penguatan potensi lokal dan promosi internasional, termasuk lewat kanal digital.

Dengan dibukanya kembali wisata Borobudur Sunrise, peluang untuk meraih target ambisius itu menjadi lebih realistis. Paket wisata ini menyasar wisatawan yang mencari pengalaman eksklusif, bukan sekadar kunjungan massal. Tiketnya dibatasi, dan pengunjung mendapat pendampingan selama proses naik ke zona 1 Candi Borobudur. Pendekatan ini menjadi bentuk pelestarian, sekaligus upaya menjaga kualitas pengalaman pengunjung.

Kegiatan uji coba yang dilakukan IDM selama beberapa pekan terakhir menunjukkan antusiasme tinggi. Para wisatawan, baik lokal maupun asing, menunjukkan ketertarikan besar terhadap wisata matahari terbit dari atas candi. Hal ini terlihat dari cepatnya kuota kunjungan pagi hari habis dipesan, bahkan dalam hitungan hari.

Dari sisi pemberdayaan lokal, kebijakan ini juga membawa manfaat. Masyarakat sekitar Borobudur kembali mendapat peluang ekonomi dari peningkatan arus wisatawan, baik melalui sektor penginapan, transportasi, pemandu wisata, hingga industri kreatif dan kuliner lokal. Kembalinya Borobudur Sunrise berarti roda ekonomi kecil di sekitar kawasan heritage ini kembali bergerak.

Lebih jauh, wisata ini bukan hanya tentang melihat matahari terbit. Ada makna yang lebih dalam, yakni menyaksikan warisan sejarah dan budaya dunia dalam bingkai harmoni dengan alam. Banyak wisatawan yang datang tidak hanya untuk mengambil gambar, tapi untuk merasakan suasana spiritual dan kekhusyukan dalam keheningan pagi. Inilah yang membuat Borobudur Sunrise menjadi pengalaman yang berbeda dibanding destinasi lainnya.

Ke depan, IDM bersama pengelola PT Taman Wisata Candi Borobudur berkomitmen untuk terus mengembangkan konsep wisata berkelanjutan. Salah satu fokusnya adalah menjaga kelestarian struktur dan lingkungan candi dengan membatasi jumlah pengunjung harian di zona inti. Setiap pengunjung juga akan diarahkan untuk menggunakan sandal khusus agar tidak merusak permukaan batuan asli.

Selain itu, sistem reservasi berbasis daring mulai diperkuat. Pengunjung kini bisa memesan tiket secara online untuk memastikan jadwal kunjungan mereka tanpa harus datang dan antre lama. Hal ini sekaligus membantu pihak pengelola dalam memantau dan mengatur alur masuk demi kenyamanan dan keamanan seluruh pihak.

Borobudur Sunrise yang kembali dibuka juga menjadi magnet promosi wisata Indonesia ke kancah dunia. Banyak pelancong mancanegara yang mengaitkan pengalaman ini dengan keindahan spiritual serupa Machu Picchu di Peru atau Angkor Wat di Kamboja. Dengan potensi ini, pemerintah dan pengelola berharap dapat mendorong lebih banyak kunjungan internasional ke kawasan Borobudur.

Dukungan terhadap kebangkitan wisata ini tidak hanya datang dari pelaku industri pariwisata, tetapi juga dari komunitas-komunitas budaya dan akademisi. Mereka melihat bahwa pembukaan Borobudur Sunrise merupakan langkah yang mendukung pelestarian sekaligus edukasi kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga warisan budaya bangsa.

Kini, setelah sekian lama tertunda, wisata Borobudur Sunrise telah kembali menjadi bagian penting dari peta pariwisata Indonesia. Ia bukan hanya simbol dari bangkitnya sektor pariwisata pascapandemi, melainkan juga refleksi dari tekad untuk menghadirkan pengalaman berkualitas tanpa mengorbankan nilai sejarah dan budaya.

Melalui inovasi layanan, pengelolaan berbasis konservasi, dan keterlibatan masyarakat lokal, wisata Borobudur Sunrise siap melangkah lebih jauh. Bagi siapa pun yang pernah merasakan momen menyambut matahari dari atas candi, mereka tahu: ini lebih dari sekadar wisata, ini adalah perjalanan jiwa.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index