JAKARTA - Sebuah momen menyentuh hadir dalam aktivitas kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ketika ia menerima dan membaca surat dari para siswa Sekolah Rakyat di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Surat itu bukan sekadar tulisan biasa—melainkan curahan hati penuh syukur dan harapan dari anak-anak yang selama ini terpinggirkan dari akses pendidikan.
Potongan video saat Prabowo membaca surat tersebut dibagikan melalui akun Instagram resmi Sekretariat Kabinet @sekretariat.kabinet. Dalam unggahan tersebut, Presiden tampak menyimak isi surat dengan serius, menggambarkan betapa pentingnya pesan yang disampaikan oleh para siswa itu.
Isi surat ditulis oleh siswa-siswi tingkat SMP dan SMA yang bersekolah di Sekolah Rakyat, sebuah program pendidikan alternatif yang didirikan untuk memastikan anak-anak dari keluarga kurang mampu tetap bisa menempuh pendidikan berkualitas.
Dalam surat yang ditujukan langsung kepada Presiden Prabowo Subianto, siswa menyampaikan rasa terima kasih yang begitu dalam. “Teruntuk Bapak Presiden Pak Prabowo Subianto yang sangat kami hormati. Beribu kata terima kasih kami ucapkan, ntah dengan cara apa kami membalas jasa mu Pak. Berkat kebaikan Bapak sekarang kami bisa sekolah,” tulis mereka.
Anak-anak tersebut mengungkapkan bahwa kehadiran Sekolah Rakyat telah mengubah masa depan mereka. Sebelum adanya sekolah ini, mereka merasa tidak punya arah hidup yang jelas. Masa depan tampak suram karena keterbatasan ekonomi membuat pendidikan seolah mustahil diraih. Namun semuanya berubah ketika mereka masuk Sekolah Rakyat.
“Dengan adanya Sekolah Rakyat ini, kami bisa merasakan sekolah dengan fasilitas yang kumplit, makan-makanan yang bergizi, dan kami bisa menggapai cita-cita kami dengan tenang,” lanjut isi surat tersebut.
Para siswa menggambarkan lingkungan Sekolah Rakyat sebagai tempat yang penuh kehangatan. Mereka merasa diperlakukan layaknya keluarga, dan mendapatkan kasih sayang serta perhatian dari para guru. “Semua guru memperlakukan kami dengan sangat baik, seperti mereka menyayangi anak-anaknya,” tulis mereka. Hal ini membuat mereka merasa diterima dan dihargai, bukan hanya sebagai murid tetapi juga sebagai individu.
Surat tersebut juga menyampaikan bagaimana Sekolah Rakyat tidak hanya memberikan pendidikan formal, tetapi juga nilai-nilai penting kehidupan. Para siswa diajarkan tentang kedisiplinan, ketertiban, dan sopan santun—nilai-nilai dasar yang membentuk karakter mereka.
“Kami di sini diajarkan tentang segala hal, mulai dari kedisiplinan, ketertiban tentang sopan santun dan masih banyak lagi,” bunyi kutipan lainnya.
Lebih dari sekadar ungkapan rasa syukur, surat ini juga merupakan manifestasi semangat juang anak-anak tersebut untuk membuktikan bahwa latar belakang ekonomi bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan. Mereka menolak anggapan bahwa orang miskin tidak bisa sukses. Justru dari keterbatasan itu, mereka terdorong untuk membuktikan bahwa mereka juga mampu menggapai cita-cita.
“Kami ingin membuktikan kepada orang-orang yang mengatakan, meragukan bahwa orang yang miskin tidak akan sukses,” tulis mereka penuh keyakinan. “Kami akan belajar dengan sungguh-sungguh bahwa kami pasti bisa sukses dan menggapai cita-cita kami.”
Surat itu ditutup dengan pernyataan terima kasih yang kembali disampaikan kepada Presiden Prabowo karena telah mendirikan sekolah yang telah mengubah nasib mereka.
Momen ini menyampaikan pesan yang kuat bahwa kebijakan publik bisa memiliki dampak nyata dalam kehidupan masyarakat, terutama mereka yang sebelumnya terpinggirkan dari sistem. Sekolah Rakyat bukan hanya menjawab kebutuhan pendidikan, tetapi juga memberikan harapan baru bagi anak-anak bangsa.
Prabowo Subianto sendiri, sejak awal menjabat sebagai Presiden, telah menunjukkan komitmen besar terhadap pemerataan akses pendidikan. Program Sekolah Rakyat menjadi salah satu wujud nyata dari visi tersebut, terutama bagi anak-anak dari keluarga yang kesulitan ekonomi.
Dukungan terhadap program seperti ini diharapkan dapat terus berlanjut. Tidak hanya dari pemerintah pusat, tetapi juga dari pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha agar sistem pendidikan yang inklusif benar-benar terwujud di Indonesia.
Banyak pihak percaya, jika pendekatan seperti ini diperluas, maka angka putus sekolah akibat kemiskinan dapat ditekan secara signifikan. Dan pada akhirnya, anak-anak dari keluarga prasejahtera memiliki peluang yang sama untuk tumbuh menjadi generasi unggul bangsa.
Kisah yang tertuang dalam surat tersebut bukan hanya tentang terima kasih, tetapi juga tentang harapan, perjuangan, dan tekad untuk mengubah nasib melalui pendidikan. Dan bagi seorang kepala negara, membaca surat seperti itu mungkin menjadi salah satu pengingat paling kuat bahwa tugasnya sebagai pemimpin adalah membawa perubahan nyata.