JAKARTA - Pergerakan harga batu bara dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan lonjakan yang signifikan, menandai momentum positif di pasar komoditas energi global. Harga batu bara mencatat level tertinggi dalam hampir enam bulan terakhir, seiring dengan bangkitnya permintaan dari sektor industri utama, terutama industri baja di China yang mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Pada perdagangan terbaru, harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan depan menutup sesi di posisi USD 115,5 per ton. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 1,54% dibandingkan posisi akhir pekan sebelumnya. Kenaikan ini sekaligus menandai titik tertinggi sejak awal Februari, yang menandai tren kenaikan yang cukup kuat dalam beberapa pekan terakhir.
Melihat perkembangan selama sepekan, harga batu bara berhasil naik lebih dari 5%, sementara dalam satu bulan terakhir tercatat kenaikan serupa yang juga menembus angka 5%. Lonjakan harga ini didorong oleh beragam sentimen positif, terutama dari sektor manufaktur di China, negara konsumen batu bara terbesar dunia.
Salah satu faktor utama yang memengaruhi peningkatan harga batu bara adalah kabar terbaru mengenai performa industri baja China. Menurut laporan Bloomberg News, industri baja di China menunjukkan pemulihan yang signifikan dengan pencapaian laba yang meningkat drastis. Pada Juni lalu, laba industri baja naik hampir 14 kali lipat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan laba tersebut meskipun didasari dari basis pertumbuhan yang rendah akibat pengurangan produksi baja ke level terendah sejak 2020.
Meskipun produksi baja menurun, permintaan terhadap produk-produk baja dan bahan bakar energi seperti batu bara tetap tumbuh. Data dari Bloomberg Intelligence mencatat bahwa pada semester pertama tahun ini, permintaan batu bara meningkat sekitar 4,3% secara tahunan, dengan sektor otomotif dan mesin menjadi kontributor utama permintaan ini.
Selain itu, laporan UBS AG menambahkan optimisme pasar dengan menyebut bahwa lebih dari 60% perusahaan baja di China sudah mencatatkan laba positif. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan Juli tahun lalu yang hanya sekitar 30%. Kondisi ini menjadi indikator kuat bahwa industri baja, yang merupakan salah satu konsumen utama batu bara, tengah memasuki fase pemulihan dan pertumbuhan.
Industri baja dikenal sebagai salah satu sektor yang sangat bergantung pada energi, terutama batu bara sebagai bahan bakar utama dalam proses produksi. Oleh karena itu, kebangkitan industri baja ini memberikan tekanan positif terhadap permintaan batu bara secara global, yang berdampak langsung pada harga komoditas tersebut.
Dari sisi analisis teknikal, tren harga batu bara saat ini juga menunjukkan sinyal yang mendukung posisi bullish dalam jangka pendek. Melihat indikator Relative Strength Index (RSI) pada timeframe harian, saat ini RSI berada di angka 58, yang secara umum menandakan bahwa aset masih berada dalam fase bullish karena nilai di atas 50.
Namun, terdapat sinyal jenuh jual (oversold) yang terlihat dari indikator Stochastic RSI yang menyentuh angka 11, jauh di bawah ambang batas 20. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga batu bara sedang dalam tekanan jual yang berpotensi memicu pembalikan harga.
Bagi investor dan pelaku pasar, hal ini mengindikasikan perlunya kewaspadaan terhadap kemungkinan koreksi harga yang mungkin terjadi dalam waktu dekat. Support terdekat yang perlu diwaspadai berada di level USD 110 per ton. Jika harga berhasil menembus support ini, maka potensi penurunan harga bisa berlanjut ke kisaran USD 106 hingga USD 102 per ton.
Sebaliknya, jika harga mampu menembus level resistance terdekat di angka USD 117 per ton, maka peluang kenaikan harga batu bara kembali terbuka lebar, dengan target jangka pendek mencapai rentang USD 122 hingga USD 127 per ton.
Secara keseluruhan, kombinasi antara sentimen positif dari kebangkitan industri baja di China serta analisis teknikal yang menunjukkan potensi pergerakan harga menjadikan harga batu bara saat ini sangat dinamis dan patut mendapat perhatian dari pelaku pasar. Faktor-faktor fundamental dan teknikal ini akan menjadi penentu arah pergerakan harga dalam waktu dekat.