JAKARTA - Kondisi harga sembako di Jawa Timur kembali mengalami fluktuasi. Perubahan ini tak hanya berdampak pada pedagang, tapi juga langsung menyentuh pengeluaran masyarakat sehari-hari. Pemantauan harga kebutuhan pokok menjadi hal krusial agar konsumen dapat menyesuaikan belanja dengan kondisi pasar terkini.
Sembako atau sembilan bahan pokok merupakan fondasi utama dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Beras, gula pasir, minyak goreng, daging, telur, susu, bawang, garam, serta bahan bakar rumah tangga seperti elpiji, menjadi komponen wajib yang dikonsumsi masyarakat setiap hari. Tak hanya sembako utama, kebutuhan dapur seperti cabai juga berperan penting dalam menentukan pola konsumsi keluarga.
Informasi harga terkini dari sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (Siskaperbapo) menunjukkan adanya pergerakan harga pada sejumlah komoditas di Jawa Timur. Misalnya, harga cabai merah keriting tercatat mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu 15,94% atau naik Rp 4.770/kg. Kini harga komoditas tersebut mencapai Rp 34.687/kg. Di sisi lain, daging ayam kampung mengalami penurunan 2,23% atau turun Rp 1.522, menjadi Rp 66.736/kg.
Secara umum, berikut adalah daftar harga sembako di Jawa Timur pada hari ini:
Beras Premium: Rp 15.007/kg
Beras Medium: Rp 12.959/kg
Gula kristal putih: Rp 16.525/kg
Minyak goreng curah: Rp 18.513/kg
Minyak goreng kemasan premium: Rp 20.228/liter
Minyak goreng kemasan sederhana: Rp 17.439/liter
Minyak goreng Minyakita: Rp 16.467/liter
Daging sapi paha belakang: Rp 119.340/kg
Daging ayam ras: Rp 31.329/kg
Daging ayam kampung: Rp 66.736/kg
Telur ayam ras: Rp 27.043/kg
Telur ayam kampung: Rp 46.558/kg
Susu kental manis Bendera: Rp 12.430 (370 gr/kl)
Susu kental manis Indomilk: Rp 12.330 (370 gr/kl)
Susu bubuk Bendera: Rp 41.385 (400 gr/dos)
Susu bubuk Indomilk: Rp 40.642 (400 gr/dos)
Garam bata: Rp 1.640/buah
Garam halus: Rp 9.506/kg
Cabai merah keriting: Rp 34.687/kg
Cabai merah besar: Rp 31.978/kg
Cabai rawit merah: Rp 34.078/kg
Bawang merah: Rp 49.370/kg
Bawang putih: Rp 30.699/kg
Gas elpiji: Rp 19.648/tabung
Fluktuasi harga bahan pokok ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah dinamika permintaan dan penawaran di pasar. Ketika permintaan meningkat sementara pasokan terbatas, harga cenderung melonjak. Sebaliknya, jika stok berlimpah tapi permintaan menurun, harga biasanya akan turun.
Faktor cuaca juga memegang peran signifikan. Cuaca ekstrem, bencana alam, atau bahkan hanya pergantian musim dapat memengaruhi hasil panen, yang berdampak pada suplai dan harga. Misalnya, curah hujan tinggi bisa merusak tanaman cabai, menyebabkan berkurangnya pasokan dan naiknya harga di pasaran.
Selain itu, kebijakan pemerintah seperti pembatasan impor, subsidi, atau pajak juga turut memengaruhi dinamika harga sembako. Begitu pula dengan fluktuasi nilai tukar mata uang. Jika rupiah melemah terhadap dolar, maka bahan pokok yang diimpor akan menjadi lebih mahal.
Kenaikan biaya produksi dan distribusi juga sering menjadi pemicu. Harga bahan bakar, pupuk, serta ongkos angkut yang meningkat bisa mendorong lonjakan harga barang di pasar. Apalagi, distribusi yang terhambat karena kemacetan atau gangguan logistik turut menyumbang ketidakstabilan pasokan.
Tak hanya itu, inflasi secara umum akan mempengaruhi daya beli masyarakat dan harga barang. Dalam kondisi inflasi tinggi, harga sembako cenderung meningkat karena biaya produksi dan distribusi juga ikut naik.
Masyarakat diimbau untuk lebih bijak dan aktif memantau perkembangan harga. Pemerintah daerah juga perlu terus memperbarui data secara real-time untuk mendukung pengambilan kebijakan. Penyediaan informasi akurat melalui kanal seperti Siskaperbapo menjadi penting agar publik bisa membuat keputusan belanja yang cerdas.
Harga-harga sembako bisa berbeda-beda antarwilayah, tergantung ketersediaan barang dan kondisi distribusi lokal. Oleh karena itu, penting bagi konsumen dan pelaku usaha untuk tidak hanya mengandalkan harga nasional, tapi juga memperhatikan dinamika pasar setempat.
Pemerintah daerah melalui dinas terkait perlu memperkuat peran pengawasan dan intervensi pasar, terutama jika terjadi lonjakan harga yang tidak wajar. Langkah seperti operasi pasar, subsidi terbatas, atau pengaturan distribusi dapat membantu menstabilkan kondisi dan mencegah spekulan mengambil keuntungan dari situasi.
Ketersediaan sembako dengan harga terjangkau adalah bagian dari ketahanan pangan yang harus dijaga. Stabilitas harga tak hanya berdampak pada ekonomi rumah tangga, tapi juga mencerminkan efektivitas sistem logistik dan distribusi nasional.
Dengan memahami pola fluktuasi dan faktor-faktor penyebabnya, baik pemerintah maupun masyarakat bisa berperan aktif menjaga keseimbangan pasar. Kepedulian terhadap transparansi harga, kesadaran belanja bijak, serta kolaborasi antar pihak menjadi kunci dalam menciptakan pasar yang sehat dan stabil di Jawa Timur maupun wilayah lain di Indonesia.