JAKARTA - Dominasi generasi muda dalam jumlah investor pasar modal Indonesia ternyata belum berbanding lurus dengan penguasaan aset. Meski jumlah investor dari kelompok usia muda, terutama Gen Z dan sebagian Gen Y, mendominasi secara statistik, mereka hanya menggenggam sebagian kecil dari total nilai investasi yang beredar. Sebaliknya, kelompok lansia justru tampil sebagai penguasa aset terbesar, meskipun jumlah mereka jauh lebih sedikit.
Dari sekitar 17,35 juta investor pasar modal, kelompok usia 30 tahun ke bawah mencatatkan diri sebagai mayoritas dengan 54,25% dari total jumlah investor. Namun demikian, mereka hanya menguasai Rp 58,08 triliun, atau 3% dari total aset pasar modal yang mencapai Rp 1.848,22 triliun. Sementara itu, kaum lansia (usia di atas 60 tahun) yang hanya berjumlah 2,95% dari total investor, justru menguasai lebih dari Rp 986 triliun, atau sekitar 53% dari total aset.
Fenomena ini menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar antara keterlibatan secara kuantitas dan kualitas dalam hal nilai investasi. Generasi muda memang semakin aktif masuk ke dunia pasar modal, tetapi daya beli atau modal investasi mereka masih jauh tertinggal dibandingkan generasi yang lebih senior.
- Baca Juga Investasi Emas Zaman Now
Komposisi Demografis dan Aset Investor
Pembagian kelompok usia dalam data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa generasi Y (lahir 1981–1996) kini berusia antara 29–44 tahun, sedangkan Gen Z (lahir 1997–2012) berusia antara 13–28 tahun. Sementara itu, generasi di atas mereka, termasuk kelompok usia 51 tahun ke atas, menguasai porsi signifikan dari nilai pasar.
Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK, Eddy Manindo Harahap, mengungkapkan bahwa pertumbuhan investor memang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dalam sebuah diskusi kelompok terfokus (FGD) bersama media, ia menyebutkan bahwa ledakan jumlah investor terjadi sejak pandemi. Dari hanya 3,88 juta investor pada 2020, kini telah menembus lebih dari 17 juta investor.
“Tambahan baru investor sudah mencapai 2,48 juta secara year to date, melampaui target tahunan yang ditetapkan sebesar 2 juta investor,” ujarnya.
Dari data tersebut, kelompok usia 31-40 tahun memiliki porsi 24,81% investor, dengan aset mencapai Rp 282,09 triliun. Kelompok usia 41-50 tahun mencakup 12,25% investor dan aset sebesar Rp 219,03 triliun. Sedangkan usia 51-60 tahun yang hanya 5,74% dari jumlah investor, menguasai Rp 302,74 triliun aset.
Harapan untuk Generasi Muda
Meski kontribusi nilai investasi Gen Z dan sebagian Gen Y masih minim, potensi mereka tidak bisa dianggap remeh. Eddy menambahkan, “Tapi kan yang anak muda, Gen Z dan milenial ini nanti kariernya akan bagus, sehingga di tahun-tahun mendatang investasinya akan semakin mendominasi, menuju cita-cita Indonesia Emas.”
Hal ini mencerminkan harapan besar bahwa kelompok usia muda akan mengambil peran yang lebih signifikan dalam pertumbuhan pasar modal nasional di masa depan.
Tantangan Kapitalisasi Pasar dan PDB
Sementara itu, dari sisi makro, kapitalisasi pasar atau market cap Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat mencapai Rp 13.519 triliun, tumbuh 9,6% year to date. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mencatat pertumbuhan 6,55% dalam periode yang sama. Namun, dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB), market cap Indonesia baru menyentuh 61,1%, masih jauh tertinggal dibanding negara tetangga seperti Thailand (98%) dan Singapura (83%).
”Rasio market cap terhadap PDB kita masih rendah, yang berarti peluang untuk tumbuh masih besar,” kata Eddy.
Untuk meningkatkan rasio tersebut, OJK mendorong pendalaman pasar keuangan, baik dari sisi instrumen maupun infrastruktur. Diversifikasi produk dan penguatan kelembagaan menjadi fokus utama dalam roadmap pengembangan pasar modal.
Roadmap Pasar Modal Menuju 2027
Dalam kerangka jangka menengah, OJK telah menyusun roadmap pasar modal periode 2023-2027. Target ambisius dicanangkan, seperti:
Kapitalisasi pasar di atas Rp 15.000 triliun (setara 70% PDB)
1.100 perusahaan tercatat
Rata-rata transaksi harian (RTH) sebesar Rp 25 triliun/hari
Jumlah investor melebihi 20 juta orang
Nilai dana kelolaan (AUM) menyentuh Rp 1.000 triliun
Upaya ini diharapkan mampu mendorong keterlibatan lebih luas dari masyarakat, termasuk kalangan muda dan ritel, guna memperkuat fondasi pasar modal Indonesia.
Kinerja Emiten dan Produk Investasi
Sampai saat ini, Bursa Efek Indonesia telah mencatat 954 emiten, termasuk 16 emiten baru yang terdiri dari 14 saham dan 2 efek bersifat utang/syariah (EBUS). Total penghimpunan dana dari 125 emisi penawaran umum tercatat sebesar Rp 142,12 triliun.
Di sektor reksa dana, nilai dana kelolaan (AUM) mencapai Rp 885,4 triliun, tumbuh 5,5% year to date. Nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana mencapai Rp 539,8 triliun, meningkat 8,13%, mencakup lebih dari 1.500 produk reksa dana.
Sementara itu, di perdagangan derivatif keuangan, transaksi mencakup total nilai yang cukup besar:
BEI: Rp 38,8 juta (2 kontrak)
Bursa Berjangka Jakarta: Rp 376,2 triliun (57 kontrak)
Bursa Komoditi Derivatif Indonesia (ICDX): Rp 925,2 triliun (34 kontrak)
Data pasar modal Indonesia menunjukkan potret kontras antara semangat generasi muda yang antusias menjadi investor baru, dengan dominasi aset yang masih berada di tangan kelompok usia lanjut. Meski demikian, pertumbuhan signifikan jumlah investor dan berbagai langkah strategis dari OJK menunjukkan arah yang jelas menuju pasar modal yang lebih inklusif dan tangguh.
Dengan dukungan edukasi dan pengembangan infrastruktur, bukan tidak mungkin generasi muda suatu saat akan mengambil alih tongkat estafet dan menjadi tulang punggung kekuatan aset pasar modal Indonesia.