JAKARTA - Keberhasilan sebuah proyek konstruksi tak hanya diukur dari ketepatan waktu penyelesaian, tetapi juga dari efektivitas pelaksanaannya dan komitmen terhadap keselamatan kerja. PT Wijaya Karya Rekayasa Konstruksi (WIKA REKON), anak usaha dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), menjadi contoh nyata bagaimana efisiensi pelaksanaan proyek dan prinsip zero accident dapat berjalan beriringan dalam mendukung pembangunan infrastruktur energi nasional.
Melalui proyek Coal Handling System (CHS) Line 3 di Desa Bunati, Kalimantan Selatan, WIKA REKON sukses menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari target. Proyek ini memiliki kapasitas penanganan batubara sebesar 1x2500 ton per jam dan telah memasuki tahap Readiness Operation setelah menerima Berita Acara Serah Terima Pertama (BAST-1) tanpa adanya catatan insiden kecelakaan kerja. Capaian ini menegaskan bahwa aspek keselamatan menjadi landasan utama dalam setiap tahapan konstruksi yang dijalankan.
Pencapaian tersebut dirayakan dalam seremoni yang digelar di lokasi proyek. Turut hadir Direktur Utama PT Dua Samudera Perkasa (DSP) Efgar Welmar Santos, Manajer Divisi Operasi I WIKA REKON Alif Arif Wicaksono, serta Project Manager Rialmadhan Kesatria bersama para pemangku kepentingan. Seremoni ini sekaligus menjadi bentuk apresiasi atas sinergi yang solid antara WIKA REKON dan DSP dalam mewujudkan proyek strategis ini.
Coal Handling System Line 3 tidak hanya menjadi bagian dari proyek konstruksi semata, tetapi berperan penting dalam memastikan efisiensi rantai pasok energi nasional. Sistem ini berfungsi untuk mengelola proses pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan batubara secara terintegrasi. Dengan kapasitas 2.500 ton per jam, CHS Line 3 memberikan kontribusi signifikan dalam memastikan ketersediaan batubara berkualitas untuk unit pembangkit listrik.
Teknologi canggih digunakan dalam sistem ini, termasuk conveyor belt yang membawa batubara dari kapal ke area penyimpanan, serta alat pengatur ukuran dan kualitas batubara. Selain efisiensi operasional, CHS Line 3 juga menerapkan sistem dust suppression guna mengurangi polusi udara, memastikan proses yang ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan dalam mengembangkan proyek berbasis prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Dengan mengandalkan mekanisasi dan otomatisasi penuh, proyek ini berhasil mengurangi ketergantungan terhadap alat berat manual, menekan biaya operasional, dan mempercepat waktu distribusi. Keunggulan ini menjadi indikator utama keberhasilan proyek dalam mendukung ketahanan energi nasional.
Tidak hanya dalam aspek teknis, dampak sosial proyek juga menjadi perhatian. Keberadaan proyek CHS Line 3 di Kalimantan Selatan membuka peluang kerja bagi masyarakat lokal serta menghidupkan perekonomian sekitar proyek. Keterlibatan tenaga kerja lokal dalam berbagai tahap proyek menunjukkan komitmen WIKA REKON untuk tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga memberdayakan komunitas sekitar.
Keberhasilan pelaksanaan proyek ini juga tak lepas dari pendekatan manajemen proyek yang presisi. WIKA REKON membuktikan kompetensinya dalam mengintegrasikan sistem mekanikal dan elektrikal secara simultan, sehingga pelaksanaan di lapangan berjalan sesuai spesifikasi dan tepat waktu. Strategi ini mengurangi risiko keterlambatan dan memastikan kualitas pekerjaan tetap terjaga.
Menurut Alif Arif Wicaksono, Manajer Divisi Operasi I WIKA REKON, keberhasilan proyek ini mencerminkan lebih dari sekadar capaian teknis. “Penyelesaian CHS Line 3 dengan zero accident adalah bukti bahwa keselamatan dan kualitas bisa berjalan beriringan. Ini bukan hanya tentang menyelesaikan proyek, tetapi tentang membangun kepercayaan, reputasi, dan kontribusi nyata bagi ketahanan energi nasional,” ujarnya.
Penerapan budaya kerja yang disiplin dan berorientasi pada keselamatan kerja menjadi faktor penting dalam pencapaian zero accident. Setiap tahapan pekerjaan diawasi secara ketat, mulai dari perencanaan hingga implementasi di lapangan, dengan tujuan mencegah potensi risiko yang dapat mengganggu keselamatan pekerja.
Dalam konteks keberlanjutan, proyek ini menjadi contoh penerapan nilai-nilai ESG dalam proyek konstruksi energi. Melalui pendekatan yang mengedepankan tata kelola proyek yang bertanggung jawab, WIKA REKON berusaha menjaga keseimbangan antara efisiensi operasional, dampak sosial, dan pelestarian lingkungan.
Kehadiran sistem CHS Line 3 juga menjadi simbol penguatan sistem logistik energi nasional. Dengan mempercepat distribusi batubara ke unit pembangkit, sistem ini memberikan jaminan pasokan energi yang lebih stabil dan berkelanjutan, yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Secara keseluruhan, keberhasilan proyek CHS Line 3 membuktikan bahwa sinergi antar perusahaan, pendekatan teknologi modern, serta komitmen terhadap keselamatan dan keberlanjutan dapat menjadi pilar utama dalam proyek infrastruktur berskala besar. Capaian ini sekaligus memperkuat posisi WIKA REKON sebagai pelaku utama dalam sektor rekayasa konstruksi energi di Indonesia.
Dengan fondasi keberhasilan ini, WIKA REKON diperkirakan akan terus melanjutkan kontribusinya dalam pembangunan infrastruktur energi nasional, menjawab tantangan masa depan dengan solusi konstruksi yang inovatif dan bertanggung jawab.