JAKARTA - Ketahanan sebuah kota besar tidak hanya diukur dari kemegahan infrastrukturnya, tetapi juga dari kemampuannya bertahan dan pulih ketika bencana melanda. Inilah yang tengah diupayakan Istanbul, pusat ekonomi dan budaya Turki, melalui dukungan pendanaan besar dari Bank Dunia. Sebesar US$650 juta atau sekitar Rp10,65 triliun akan digelontorkan untuk membiayai Istanbul Resilience Project, sebuah program komprehensif yang bertujuan memperkuat kesiapsiagaan, respons darurat, dan adaptasi terhadap risiko iklim.
Kota yang dihuni lebih dari 15 juta penduduk ini menyumbang hampir sepertiga dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Turki. Namun, lokasinya yang berada di jalur sesar aktif menjadikannya rawan gempa bumi. Selain itu, dampak perubahan iklim seperti banjir, gelombang panas, dan ancaman kebakaran hutan semakin memperbesar risiko yang harus dihadapi.
Menurut Bank Dunia, investasi ini dirancang untuk memastikan bahwa layanan publik vital di Istanbul tetap berjalan selama dan setelah bencana. Tujuannya jelas: melindungi masyarakat, menjaga keberlangsungan aktivitas ekonomi, dan mempercepat proses pemulihan.“Proyek ini sangat penting untuk melindungi masyarakat dan perekonomian Istanbul. Dengan memperkuat kesiapsiagaan darurat, modernisasi infrastruktur publik, dan dukungan ketahanan komunitas, Turki sedang membangun masa depan yang lebih aman bagi salah satu provinsi strategisnya,” ujar Humberto Lopez, Country Director World Bank untuk Turki.
Empat Fokus Utama Proyek Ketahanan Istanbul
Istanbul Resilience Project mencakup empat area strategis yang akan dibiayai menggunakan pinjaman Bank Dunia. Fokus utamanya adalah mengurangi kerentanan fisik kota terhadap bencana serta memperkuat kapasitas pemerintah daerah dan komunitas setempat.
1. Penguatan Infrastruktur Respons Darurat
Sebagian besar dana akan digunakan untuk membangun fasilitas pendukung operasi tanggap darurat. Rencananya, akan didirikan 250 pos paramedis, dua pusat pencarian dan penyelamatan, serta 19 pos pemadam kebakaran lengkap dengan menara deteksi kebakaran hutan.
Selain pembangunan fisik, proyek ini akan memperkuat sistem logistik darurat, memperbarui peralatan pencarian dan penyelamatan, serta menyediakan pelatihan khusus bagi tim respons. Masyarakat juga akan dilibatkan dalam kegiatan kesiapsiagaan berbasis komunitas untuk membentuk sistem tanggap bencana yang inklusif.
2. Gedung Publik dengan Standar Ketahanan Tinggi
Sebanyak 50 gedung publik akan dibangun atau direnovasi sesuai standar ketahanan gempa dan adaptasi terhadap bencana iklim. Fasilitas ini akan difungsikan sebagai tempat perlindungan ketika bencana terjadi.
Untuk memastikan operasionalnya tidak terganggu, gedung-gedung tersebut akan dilengkapi infrastruktur ramah lingkungan seperti pembangkit listrik tenaga surya, sistem penampungan air hujan, dan teknologi hemat energi. Dengan demikian, gedung-gedung tersebut mampu beroperasi secara mandiri meski infrastruktur kota lainnya lumpuh.
3. Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah
Selain infrastruktur fisik, proyek ini akan meningkatkan kapasitas kelembagaan otoritas provinsi Istanbul dan Istanbul Project Coordination Unit (IPCU).
Dukungan mencakup penyusunan studi teknis, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, serta perencanaan investasi jangka panjang untuk ketahanan bencana. Upaya ini diharapkan menciptakan tata kelola risiko yang lebih efektif dan terintegrasi.
4. Dana Siaga untuk Keadaan Darurat Masa Depan
Salah satu komponen inovatif dari Istanbul Resilience Project adalah mekanisme pengalihan cepat dana jika terjadi bencana di masa depan. Skema ini memungkinkan pemerintah menggunakan sebagian pembiayaan untuk mendukung pemulihan dan rekonstruksi tanpa harus menunggu pencairan dana baru.
“Tujuan kami adalah memastikan layanan publik penting tetap beroperasi saat bencana dan tim darurat dapat merespons dengan cepat dan efektif,” ungkap Salih Bugra Erdurmus, Task Team Leader Bank Dunia untuk proyek ini.
Mengapa Istanbul Membutuhkan Proyek Ini?
Istanbul memiliki tantangan unik. Banyak gedung publiknya berusia puluhan tahun dan belum memenuhi standar ketahanan bencana modern. Infrastruktur pendukung tanggap darurat pun terbatas, sehingga respons terhadap insiden besar bisa terhambat.
Ancaman gempa bumi menjadi risiko paling menonjol, mengingat kota ini berada di dekat Sesar Anatolia Utara yang aktif. Selain itu, efek perubahan iklim juga mulai terasa, dari meningkatnya suhu rata-rata hingga intensitas hujan ekstrem yang memicu banjir di beberapa wilayah.
Investasi dari Bank Dunia bukan hanya sekadar bantuan finansial, melainkan juga bentuk transfer pengetahuan dan pengalaman global dalam manajemen risiko bencana. Proyek ini memadukan pembangunan infrastruktur, peningkatan kapasitas kelembagaan, dan pelibatan masyarakat dalam satu strategi terpadu.
Dampak Jangka Panjang bagi Turki
Dukungan internasional seperti ini diperkirakan akan membawa dampak luas. Ketahanan yang meningkat di Istanbul tidak hanya melindungi warganya, tetapi juga menjaga stabilitas ekonomi Turki secara keseluruhan. Sebagai pusat industri, perdagangan, dan pariwisata, gangguan di Istanbul akan berdampak langsung pada perekonomian nasional.
Dengan sistem kesiapsiagaan yang lebih baik, aktivitas bisnis bisa tetap berjalan meski bencana terjadi. Layanan publik seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan juga tetap beroperasi, mengurangi potensi kerugian sosial dan ekonomi.
Lebih jauh lagi, keberhasilan proyek ini dapat menjadi model bagi kota-kota besar lainnya di dunia yang menghadapi risiko serupa. Pendekatan yang memadukan teknologi, ketahanan lingkungan, dan partisipasi publik menjadi kunci dalam membangun kota tangguh di abad ke-21.
Menuju Masa Depan yang Lebih Tangguh
Istanbul Resilience Project adalah bukti bahwa investasi pada ketahanan bencana bukanlah biaya, melainkan langkah strategis untuk melindungi masa depan. Dalam konteks perubahan iklim global dan meningkatnya frekuensi bencana alam, kota-kota besar perlu menyiapkan diri dengan infrastruktur, sistem, dan sumber daya manusia yang mumpuni.
Dengan pendanaan Rp10,65 triliun dari Bank Dunia, Istanbul kini berada di jalur yang tepat untuk memperkuat fondasi ketahanannya. Proyek ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga membentuk warisan infrastruktur dan kesiapsiagaan yang akan melindungi generasi mendatang.