PROPERTI

Pasar Properti Bali

Pasar Properti Bali
Pasar Properti Bali

JAKARTA - Harga properti di Bali terus menunjukkan tren peningkatan hingga pertengahan tahun ini. Data Bank Indonesia (BI) mengindikasikan bahwa harga rumah baru dari developer mengikuti arah tren nasional, meski sejumlah tantangan seperti suku bunga KPR, keterbatasan lahan, dan kenaikan biaya pembangunan tetap menghantui pasar.

Kenaikan IHPR Triwulan II 2025

Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menyatakan bahwa hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) mencatat Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) di Bali pada triwulan II 2025 tumbuh 0,67 persen (year on year), meningkat dari 104,27 menjadi 104,97.

“Tren kenaikan harga properti tetap terjaga hingga triwulan II 2025,” ujar Erwin dalam keterangan tertulis. IHPR ini berfungsi sebagai ukuran rata-rata kenaikan harga rumah di pasar primer dan memberikan gambaran jelas mengenai pergerakan harga properti di Bali.

Data menunjukkan kenaikan terjadi di seluruh tipe rumah. Rumah tipe kecil dengan luas bangunan ≤36 m² naik 1,85 persen, tipe menengah (36–70 m²) naik 0,39 persen, dan rumah besar (>70 m²) naik 0,31 persen.

Faktor Utama Pendorong Kenaikan Harga

Menurut survei BI, kenaikan harga rumah di Bali terutama didorong oleh naiknya harga bahan bangunan dan biaya tenaga kerja. Mayoritas responden menyebut kedua faktor ini sebagai penyumbang terbesar lonjakan harga unit rumah.

“Kenaikan harga bahan bangunan dan upah kerja menjadi kontributor utama dalam peningkatan harga rumah,” jelas Erwin.

Selain faktor produksi, faktor eksternal seperti suku bunga KPR dan keterbatasan lahan turut menjadi kendala bagi konsumen, meski minat beli tetap tinggi. Uang muka rumah dan fluktuasi harga material menjadi tantangan yang perlu diperhatikan agar pasar tetap sehat.

Stabilitas Penjualan Rumah di Bali

Meski harga rumah meningkat, porsi penjualan tiap tipe rumah relatif stabil. Triwulan I 2025 mencatat rumah kecil menyumbang 25 persen, rumah menengah 54 persen, dan rumah besar 21 persen dari total penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap berbagai tipe rumah masih ada, meskipun terdapat beberapa kendala finansial bagi calon pembeli.

Mayoritas pembeli menggunakan skema KPR, mencapai 62 persen dari total transaksi rumah primer. Skema cash bertahap dipilih 35 persen, sementara cash keras hanya 3 persen. Skema KPR memudahkan masyarakat membeli rumah dengan mencicil dalam jangka waktu tertentu, walau biaya bunga tinggi tetap menjadi perhatian.

Pembiayaan Pembangunan Properti

Dari sisi pengembang, mayoritas masih mengandalkan dana sendiri untuk membangun rumah, sekitar 56 persen. Sisanya berasal dari pinjaman bank (38 persen) dan dana pembeli (6 persen).

“Porsi pembiayaan pembangunan properti residensial di Bali masih sama dengan triwulan sebelumnya,” kata Erwin. Hal ini menunjukkan bahwa meski ada kenaikan harga, struktur pembiayaan pembangunan properti tetap stabil dan didominasi modal internal developer.

Implikasi bagi Pasar Properti Bali

Tren kenaikan harga ini memiliki dua sisi. Di satu sisi, kenaikan menunjukkan pasar properti Bali masih diminati dan mengalami pertumbuhan. Di sisi lain, tekanan biaya bahan bangunan, upah tenaga kerja, dan faktor eksternal lain seperti suku bunga KPR dapat menjadi hambatan bagi konsumen dan pengembang.

Bank Indonesia mengingatkan para pihak terkait untuk mencermati faktor-faktor penghambat tersebut agar pasar properti tetap sehat dan tumbuh berkelanjutan. Monitoring terhadap harga bahan bangunan, peraturan pengelolaan lahan, dan dukungan pembiayaan dapat membantu menstabilkan pasar tanpa menghambat tren kenaikan yang wajar.

Secara keseluruhan, pasar properti Bali menunjukkan tren positif dengan IHPR meningkat di semua tipe rumah. Rumah kecil mencatat kenaikan tertinggi, diikuti rumah menengah dan besar. Naiknya biaya bahan bangunan dan tenaga kerja menjadi faktor utama, sementara minat beli tetap ada meski ada beberapa kendala finansial bagi konsumen.

Mayoritas pengembang tetap mengandalkan modal sendiri, dan pembelian rumah masih didominasi skema KPR. Bank Indonesia menekankan perlunya perhatian terhadap faktor penghambat agar pertumbuhan properti Bali tetap sehat, seiring dengan tren kenaikan harga yang terus berlanjut.

Dengan pemantauan yang tepat dan dukungan kebijakan, pasar properti Bali diperkirakan akan terus tumbuh, memberikan peluang bagi pengembang dan masyarakat untuk menikmati hunian yang modern dan bernilai investasi tinggi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index