JAKARTA - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kabupaten Kerinci, Jambi, menjadi sorotan penting dalam upaya memperkuat pasokan energi listrik di Pulau Sumatera. Selain menambah kapasitas kelistrikan sebesar 350 megawatt, proyek ini juga memunculkan diskusi terkait kepemilikan, kompensasi bagi masyarakat terdampak, dan pentingnya dukungan lokal demi kelancaran operasional PLTA.
PLTA Kerinci: Sumber Energi Strategis untuk Sumatera
Gubernur Jambi, Al Haris, menekankan bahwa PLTA Kerinci akan berperan vital sebagai pendukung pasokan listrik Pulau Sumatera. Pembangkit ini memanfaatkan debit Sungai Merangin dan Danau Kerinci dengan wilayah tangkapan air seluas 1.353 kilometer persegi.
“PLTA ini sangat penting untuk memastikan pasokan energi listrik di Sumatera tetap andal,” ujar Al Haris. Proyek ini diharapkan dapat segera beroperasi dan memberikan kontribusi signifikan terhadap ketersediaan energi bersih di kawasan tersebut.
Kapasitas dan Teknologi Pembangkit
PLTA Kerinci dirancang memiliki kapasitas kelistrikan 350 megawatt, dilengkapi dengan empat unit pembangkit. Setiap unit memiliki turbin tipe vertical francis dengan kapasitas 87,5 megawatt, generator 103 MVA, dan transformator utama 110 MVA dengan tegangan 16,5/150 kilovolt.
Dengan konfigurasi ini, PLTA tidak hanya mampu mendukung jaringan listrik regional, tetapi juga memperkuat stabilitas sistem kelistrikan Pulau Sumatera, termasuk di kota-kota besar dan kawasan industri.
Kepemilikan PLTA: Milik Masyarakat Kerinci
Al Haris menegaskan bahwa PLTA Kerinci sepenuhnya dimiliki masyarakat lokal, bukan oleh pemodal asing. Ia menjelaskan bahwa proyek ini adalah hasil kolaborasi dengan keluarga besar masyarakat Kerinci.
“Karena anak Pak JK menikah dengan orang Kerinci, saya kira sama juga orang Kerinci. Artinya, PLTA bukan milik pemodal asing,” jelas Gubernur Jambi. Pernyataan ini sekaligus menekankan bahwa proyek ini akan membawa manfaat langsung bagi masyarakat setempat, baik dari sisi ekonomi maupun energi.
Isu Ganti Rugi dan Dukungan Masyarakat
Seiring pembangunan, muncul unjuk rasa dari masyarakat dua desa di Kecamatan Bukit Kerman terkait ganti rugi lahan terdampak proyek. Menanggapi hal ini, Al Haris mengimbau masyarakat untuk mengedepankan semangat kekeluargaan dan persaudaraan.
“Saya berharap masyarakat (Kerinci) tidak melakukan hal-hal yang sifatnya menghambat,” ujarnya. Dukungan masyarakat lokal dianggap penting agar proyek PLTA dapat berjalan lancar tanpa menimbulkan konflik sosial.
Dampak Positif bagi Ekonomi dan Lingkungan
Selain menyediakan listrik untuk Sumatera, PLTA Kerinci diharapkan memberi dampak positif bagi ekonomi lokal. Kehadiran proyek ini membuka peluang kerja, memperkuat sektor industri, dan mendukung pembangunan infrastruktur di sekitar wilayah Kerinci.
Selain itu, sebagai energi terbarukan, PLTA juga membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, menurunkan emisi karbon, dan mendukung agenda transisi energi bersih di Indonesia.
Optimisme Gubernur dan Proyeksi Masa Depan
Al Haris menaruh harapan agar PLTA Kerinci segera beroperasi penuh dan memberikan manfaat maksimal bagi Sumatera dan masyarakat Kerinci. Proyek ini diharapkan menjadi contoh sinergi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pengembang dalam menghadirkan energi bersih yang andal.
“Semoga proyek ini tidak hanya menjadi sumber listrik, tapi juga membawa kesejahteraan dan kemajuan bagi masyarakat Kerinci,” tutup Gubernur.