JAKARTA - Di tengah gejolak sosial dan politik yang tengah berlangsung di berbagai daerah di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan pentingnya sikap bijak bagi para investor dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon, Inarno Djajadi, mengingatkan bahwa keputusan investasi sebaiknya tidak didasarkan pada rumor atau isu yang tidak akurat yang tersebar di media sosial maupun percakapan masyarakat.
Pentingnya Keputusan Berbasis Fakta
“Investor harus benar-benar bijak dalam berinvestasi. Jangan mengambil keputusan hanya karena rumor, tetapi berdasarkan fakta yang faktual. Itu yang paling penting dalam kondisi saat ini,” ujar Inarno. Pernyataan ini menegaskan bahwa di tengah situasi yang sensitif, disiplin dalam menganalisis informasi menjadi kunci untuk menghindari risiko kerugian yang tidak perlu.
Menurut Inarno, menjaga sikap tenang dan rasional sangat penting agar investor dapat tetap memanfaatkan peluang investasi tanpa terjebak oleh kepanikan pasar. Pesannya juga ditujukan kepada para pengusaha dan pelaku pasar modal agar tetap percaya diri menghadapi situasi yang penuh dinamika. “Tetap percaya diri, bahwa kita akan maju ke depan,” tambahnya.
Persepsi dan Fundamental Pasar
Dalam kondisi volatilitas pasar yang meningkat, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, menekankan perbedaan antara persepsi dan fundamental pasar. Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh persepsi investor asing terhadap situasi sosial dan politik di Indonesia, bukan karena fundamental pasar yang menurun.
“Kondisi saham itu ada dua hal: fundamental dan persepsi. MSCI kita malah menambah emiten, artinya fundamentalnya bagus. Yang terjadi memang persepsi investor asing,” ujar Iman. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun IHSG mengalami tekanan, struktur pasar modal Indonesia tetap solid, terutama dengan bertambahnya jumlah perusahaan tercatat (emiten) yang masuk ke indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI).
Pergerakan IHSG dan Aktivitas Perdagangan
Data BEI mencatat bahwa pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG turun sebesar 59,51 poin atau 0,76 persen ke posisi 7.770,98. Indeks LQ45, yang terdiri dari 45 saham unggulan, juga melemah 5,92 poin atau 0,74 persen ke level 791,20. Aktivitas perdagangan saham cukup tinggi, dengan frekuensi mencapai 1.520.132 kali transaksi, jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 24,14 miliar lembar, senilai Rp14,67 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 158 saham naik, 549 saham menurun, dan 99 saham tidak bergerak nilainya.
Statistik ini mencerminkan bahwa meskipun ada tekanan jangka pendek, pasar tetap aktif dan memberikan ruang bagi investor yang memiliki strategi jangka menengah hingga panjang. Aktivitas perdagangan yang tinggi juga menunjukkan minat investor domestik untuk tetap berpartisipasi di pasar modal meskipun kondisi sosial-politik memengaruhi persepsi.
Menjaga Optimisme dan Disiplin Investasi
OJK menekankan bahwa kunci investasi yang bijak adalah disiplin dan pemahaman yang mendalam terhadap fundamental perusahaan dan pasar. Investor dianjurkan untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap berita yang belum diverifikasi dan mengutamakan analisis berdasarkan data yang valid.
Selain itu, OJK mendorong investor untuk memanfaatkan informasi resmi dari BEI dan lembaga keuangan terkait, sehingga keputusan investasi lebih rasional. Langkah ini diyakini dapat membantu mengurangi volatilitas akibat spekulasi dan rumor yang beredar di masyarakat.
Peran Edukasi dan Literasi Pasar
Selain imbauan bijak dalam berinvestasi, OJK juga aktif meningkatkan literasi dan edukasi pasar modal bagi masyarakat. Dengan pemahaman yang baik, investor mampu memisahkan antara fakta dan persepsi pasar serta mengelola risiko dengan lebih efektif. Literasi pasar juga mendorong partisipasi yang lebih luas dari investor ritel, yang dapat menambah kedalaman likuiditas pasar dan mendukung stabilitas jangka panjang.
Di tengah ketidakpastian sosial dan politik, OJK menekankan pentingnya bijak dalam berinvestasi, mengutamakan fakta, dan tetap percaya diri. Fundamental pasar modal Indonesia tetap solid, didukung oleh penambahan emiten dalam indeks MSCI dan aktivitas perdagangan yang tinggi. Sementara persepsi investor asing menjadi faktor utama yang memengaruhi volatilitas jangka pendek.
Investor disarankan untuk tetap fokus pada strategi jangka menengah hingga panjang, menjaga disiplin dalam analisis, dan mengandalkan informasi yang akurat. Dengan pendekatan ini, pasar modal Indonesia diharapkan tetap kuat dan mampu menghadapi dinamika sosial-politik tanpa kehilangan momentum pertumbuhan.