JAKARTA - Pho, hidangan sup mi khas Vietnam, bukan sekadar sajian kuliner biasa. Dengan kuah hangat, mi lembut, sayuran segar, dan topping daging sapi atau bebek, Pho menawarkan cita rasa unik yang menjadi kebanggaan Vietnam dan dikenal luas di berbagai kota besar dunia. Hidangan ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menyimpan sejarah panjang yang membentuk identitas kuliner Vietnam.
Fusi Budaya dalam Setiap Mangkok
Secara tradisional, masyarakat Vietnam tidak mengonsumsi daging sapi secara rutin. Sapi dan kerbau lebih dimanfaatkan sebagai tenaga kerja untuk membajak sawah. Namun, kedatangan orang Prancis pada pertengahan abad ke-19 mengubah pola konsumsi ini. Orang Vietnam mulai membudidayakan sapi untuk suplai protein, dan pada akhirnya tercipta inovasi kuliner bernama Pho.
Nama Pho sendiri diyakini berasal dari istilah Prancis pot-au-feu atau ‘panci di atas api’, mengacu pada rebusan daging yang menjadi dasar sup. Dari perpaduan masakan Prancis dan tradisi Vietnam, terciptalah kaldu Pho yang kaya rempah, seperti adas, kayu manis, kapulaga hitam, dan biji ketumbar. Tambahan daun ketumbar, bawang merah, dan irisan cabai segar membuat setiap mangkok Pho memiliki aroma dan rasa khas yang segar.
Jejak Sejarah Membentuk Cita Rasa
Sejarah politik Vietnam turut memengaruhi perkembangan kuliner Pho. Setelah 1954, negara terbagi menjadi Utara dan Selatan dengan pemerintahan berbeda. Perbedaan ini tercermin dalam rasa Pho: versi Selatan lebih manis, kuat, dan berlemak, sedangkan versi Utara sederhana, ringan, dan dengan topping lebih sedikit. Hanoi, di wilayah Utara, dikenal sebagai asal muasal Pho yang menyebar ke seluruh dunia.
Perang saudara yang melibatkan Amerika Serikat membuat banyak penduduk Vietnam Utara mengungsi ke Selatan, terutama ke Saigon (sekarang Ho Chi Minh City). Migrasi ini turut membawa Pho ke berbagai wilayah, menambah variasi rasa dan penyajian. Di Selatan, Pho disajikan sepanjang hari dengan tambahan kecambah, daun kemangi, daun mint, dan daun ketumbar, memanfaatkan kondisi wilayah yang lebih subur. Sementara Pho Utara biasanya menjadi menu sarapan dengan porsi lebih kecil, ditambah jeruk nipis, cabai jalapeno, dan daun jeruk.
Pho sebagai Simbol Budaya dan Diaspora
Setelah perang Vietnam berakhir pada 1975, penduduk Vietnam yang mengungsi membawa Pho ke berbagai negara, termasuk Prancis, Amerika Serikat, Australia, dan Inggris. Restoran Vietnam di luar negeri tidak hanya menjadi tempat menikmati kuliner, tetapi juga sarana berkumpul bagi diaspora, memperkuat identitas budaya, dan memperkenalkan Pho kepada masyarakat internasional.
Popularitas Pho semakin meningkat ketika pemerintah Vietnam mendeklarasikannya sebagai kuliner nasional dan warisan budaya bukan benda yang diakui UNESCO pada 2024. Pengakuan ini menegaskan posisi Pho bukan hanya sebagai makanan, tetapi juga simbol persatuan masyarakat Vietnam, menembus batas ideologi dan politik. Hanoi kini dikenal sebagai kota kelahiran Pho, menempatkan kuliner ini sebagai ikon nasional.
Dinamika Rasa dalam Setiap Wilayah
Perbedaan geografis dan budaya di Vietnam menghasilkan variasi rasa Pho yang menarik. Pho Utara cenderung ringan dan sederhana, sedangkan Pho Selatan lebih kaya rasa dengan tambahan bahan segar dan rempah. Variasi ini membuat Pho dapat dinikmati kapan saja, dari sarapan hingga makan malam, memberikan pengalaman kuliner yang berbeda tergantung wilayahnya.
Selain itu, perpaduan teknik memasak tradisional dan pengaruh Prancis menjadikan Pho kaya akan aroma dan cita rasa. Kaldu yang direbus lama dengan tulang sapi atau daging lain, dipadukan dengan herba dan rempah khas, menciptakan pengalaman kuliner yang mendalam, berbeda dari sup mi biasa yang ditemukan di negara lain.
Pho, Lebih dari Sekadar Hidangan
Hingga kini, Pho bukan sekadar kuliner, tetapi simbol identitas nasional yang menyatukan masyarakat Vietnam. Dari sejarah kolonial Prancis, perang saudara, hingga penyebaran diaspora, Pho tetap mempertahankan keunikan rasa dan filosofi kulinernya. Hidangan ini menjadi jembatan budaya yang menghubungkan Vietnam dengan dunia, sekaligus mencerminkan perjalanan panjang bangsa melalui rasa dan aroma yang khas.
Pho mengajarkan bahwa kuliner bisa menjadi sarana pelestarian sejarah, ekspresi budaya, dan kebanggaan nasional. Setiap mangkoknya menyimpan kisah tentang inovasi, adaptasi, dan ketahanan masyarakat Vietnam menghadapi perubahan zaman. Dengan demikian, Pho telah menembus batas sekadar makanan dan menjadi bagian dari identitas kolektif bangsa.