Infrastruktur

Telkom Kenalkan Infrastruktur Kabel Laut ICE di BATIC

Telkom Kenalkan Infrastruktur Kabel Laut ICE di BATIC
Telkom Kenalkan Infrastruktur Kabel Laut ICE di BATIC

JAKARTA - Ambisi Indonesia untuk menjadi pusat konektivitas digital global semakin nyata melalui inisiatif besar yang sedang dikerjakan Telkom Indonesia. Dalam forum internasional Bali Annual Telkom International Conference (BATIC) 2025, perusahaan pelat merah itu memperkenalkan salah satu proyek strategisnya, Indonesia Cable Express (ICE), sebuah infrastruktur kabel laut berskala internasional yang diharapkan dapat membawa Indonesia ke dalam peta utama lalu lintas data dunia.

Inisiatif ini bukan sekadar proyek teknologi, melainkan simbol transformasi digital Indonesia di tengah meningkatnya kebutuhan global akan akses data yang cepat dan andal. Kehadiran ICE menegaskan posisi Indonesia sebagai jembatan strategis yang menghubungkan berbagai kawasan dunia, dari Asia Pasifik hingga Amerika, bahkan ke Afrika dan Samudra Atlantik.

Visi Besar Telkom Melalui ICE

Direktur Utama Telkom Indonesia, Dian Siswarini, menjelaskan bahwa ICE dibangun oleh Telkom melalui anak usahanya, Telekomunikasi Indonesia International (Telin). Infrastruktur ini mencakup tujuh sistem kabel laut yang dirancang untuk menyambungkan Asia Pasifik, Timur Tengah, hingga Amerika. Dalam pengembangannya, ICE juga akan diperluas ke Afrika dan Atlantik.

Menurut Dian, proyek ini hadir untuk menjawab meningkatnya permintaan global akibat perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan layanan komputasi awan (cloud). Dengan sistem yang dirancang khusus, ICE menawarkan latensi rendah dan akses langsung antar pusat data, sesuatu yang kini menjadi kebutuhan vital bagi ekonomi digital global.

“Sebagai bagian dari Telkom, kami berkomitmen untuk memperkuat Foundation Indonesia Digital dan menghubungkan generasi kita dengan dunia. Hari ini, kami dengan bangga mempersembahkan Indonesia Cable Express atau ICE,” ujar Dian dalam sambutannya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa ICE bukan sekadar kabel laut, melainkan misi strategis untuk menempatkan Indonesia di pusat arus konektivitas digital global. “ICE yang diluncurkan tahun lalu, adalah lebih dari sebuah proyek kabel laut. Kabel ini menampilkan misi kami untuk memasang Indonesia di tengah-tengah konektivitas digital global. Dengan 7 sistem utama mencakup Asia, Timur Tengah, Eropa, Australia, dan Amerika Tengah, ICE mengubah Indonesia menjadi sebuah pasar konektivitas dari Indo-Pasifik,” lanjutnya.

Investasi Jumbo untuk Infrastruktur Digital

Skala proyek ini memang tak main-main. Total investasi yang dibutuhkan mencapai 2,66 miliar dolar AS atau setara Rp 43 triliun. Dari jumlah tersebut, Telkom berkontribusi sebesar 420 juta dolar AS atau sekitar Rp 6,8 triliun. Selain itu, perusahaan juga sudah menyiapkan tambahan investasi senilai 200 juta dolar AS guna memperluas cakupan jaringan ICE.

Dana tambahan ini akan digunakan untuk tiga inisiatif penting. Pertama, pembangunan tiga rute kabel laut tambahan dari Singapura ke Jepang melalui Selat Luzon, dari Timur Tengah ke Eropa, serta dari Manado ke Amerika Utara. Kedua, akuisisi jalur kabel laut lintas Samudra Atlantik yang menghubungkan Eropa dan Amerika. Ketiga, akuisisi kabel laut yang menghubungkan Afrika.

Dengan ekspansi tersebut, ICE diproyeksikan menjadi salah satu jaringan kabel laut terbesar yang menghubungkan berbagai benua. Ini sekaligus membuka peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi simpul penting dalam distribusi lalu lintas data internasional.

Dampak Strategis bagi Indonesia

Lebih dari sekadar infrastruktur teknologi, keberadaan ICE diharapkan memberikan efek domino pada transformasi digital Indonesia. Menurut Dian Siswarini, proyek ini akan membuka peluang baru bagi industri, pemerintah, maupun komunitas di Indonesia.

“ICE akan mempengaruhi transformasi digital, menarik keperluan global, dan membuka peluang baru bagi industri, pemerintah, dan juga bagi komunitas. ICE bukan hanya tentang kabel di dalam laut, tetapi juga tentang mengembangkan masa depan Indonesia, mendatangkan kolaborasi, dan memastikan negara kita memilih tempat yang tepat dalam ekonomi digital di masa depan,” jelasnya.

Pernyataan tersebut menggambarkan arah besar Telkom dalam mengaitkan proyek ICE dengan misi nasional memperkuat fondasi ekonomi digital. Dengan meningkatnya arus investasi, kebutuhan data, serta masuknya teknologi baru seperti AI, Indonesia tidak lagi hanya menjadi pengguna, tetapi juga bagian dari infrastruktur vital dunia.

ICE Sebagai Strategi “Belting the World”

Telkom menyebut pengembangan ICE sebagai strategi “belting the world”, yakni membentuk lingkaran konektivitas global yang menempatkan Indonesia sebagai pusat. Strategi ini sangat relevan dengan posisi geografis Indonesia yang berada di antara dua samudra besar dan menjadi jalur vital bagi perdagangan dunia.

Kehadiran ICE akan mempercepat distribusi data internasional dan meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai lokasi investasi pusat data (data center). Bagi perusahaan global, kecepatan, kestabilan, dan keandalan akses data merupakan faktor penting dalam memutuskan lokasi investasi.

Dengan latensi rendah dan konektivitas langsung antar benua, Indonesia berpotensi besar menjadi hub regional bahkan global. Hal ini dapat mendorong terciptanya ekosistem digital yang lebih kuat, mulai dari e-commerce, fintech, hingga industri berbasis kecerdasan buatan.

Melalui ICE, Telkom tidak hanya membangun kabel laut, tetapi juga merancang masa depan konektivitas digital Indonesia. Investasi triliunan rupiah yang digelontorkan merupakan bentuk keseriusan untuk membawa Indonesia ke panggung global.

Dengan proyek yang mencakup berbagai benua dan menghubungkan kawasan penting dunia, ICE akan menjadi salah satu penentu arah perkembangan ekonomi digital Indonesia. Lebih jauh, kehadirannya juga bisa menjadi katalisator agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga pusat penggerak dalam lanskap digital internasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index