JAKARTA - Sektor properti kembali menunjukkan geliat positif dengan realisasi investasi yang signifikan. Realestat Indonesia (REI) mencatat, total investasi properti pada semester I 2025 mencapai Rp 75 triliun atau setara dengan sekitar US$ 4,6 miliar. Angka ini tumbuh 19,23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana realisasi pada semester I 2024 tercatat sebesar Rp 62,9 triliun.
Lonjakan tersebut tidak hanya mencerminkan optimisme investor terhadap industri properti, tetapi juga memperlihatkan bagaimana program pemerintah dalam membangun 3 juta rumah berhasil menarik perhatian sektor swasta. Kepastian arah kebijakan menjadi faktor kunci yang diyakini mampu mendorong masuknya lebih banyak modal.
Program 3 Juta Rumah dan Perhatian pada Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Ketua Umum REI, Joko Suranto, menegaskan bahwa program pembangunan perumahan ini harus tetap memberi prioritas pada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Ia menyebut target pembangunan 1 juta rumah di perkotaan sebagai hal penting yang tidak boleh diabaikan.
“Mestinya itu bisa mulai muncul arah yang terukur sehingga bisa memberikan kondisi yang positif bagi pasar maupun masyarakat yang belum memiliki rumah di perkotaan,” ujar Joko. Dengan perencanaan yang jelas, program ini diharapkan mampu membuka akses kepemilikan rumah bagi kelompok masyarakat yang selama ini kesulitan membeli hunian layak.
Perumahan sebagai Industri Padat Karya
Salah satu aspek penting dari industri perumahan adalah sifatnya yang padat karya. Joko menjelaskan, pembangunan rumah mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, sehingga turut mendorong distribusi pendapatan dan peningkatan daya beli masyarakat.
“Ketika penyediaan perumahan ini bisa dilakukan, yang berkembang lebih dahulu adalah industri-industri terkait serta tenaga kerja yang tercipta dari sektor tersebut,” katanya.
Dengan tingginya serapan tenaga kerja, perumahan tidak hanya menjadi kebutuhan dasar masyarakat, tetapi juga menciptakan efek berantai yang memperkuat perekonomian nasional.
Dampak Multiplier bagi Sektor Lain
REI mencatat bahwa setidaknya ada 185 industri yang terhubung langsung dengan sektor perumahan. Mulai dari industri besi dan baja, semen, keramik, hingga layanan jasa konstruksi, semuanya ikut terdorong ketika pembangunan perumahan dipercepat.
Efek domino ini memperlihatkan bahwa investasi di sektor properti bukan hanya menguntungkan pengembang, tetapi juga mendorong pertumbuhan sektor manufaktur dan jasa. Pada akhirnya, rantai pasok nasional semakin kuat dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian.
Kebijakan Pemerintah Jadi Penentu
Program pembangunan 3 juta rumah yang dicanangkan pemerintah menjadi fondasi penting dalam menciptakan arah investasi yang jelas. Joko menyebut kebijakan Presiden Prabowo terkait program perumahan layak huni sebagai langkah positif yang layak didukung penuh.
“Yang dicanangkan oleh Pak Prabowo ini kami melihatnya sebagai sesuatu yang sangat positif, dan kita support betul,” tegasnya. Dukungan REI terhadap kebijakan ini menegaskan bahwa sinergi antara pemerintah dan sektor swasta sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan rumah rakyat.
Prospek Sektor Properti ke Depan
Melihat tren pertumbuhan investasi yang terus meningkat, sektor properti diyakini masih memiliki prospek cerah di masa mendatang. Permintaan rumah, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelas menengah, terus meningkat seiring pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi.
Selain itu, dukungan regulasi dan kebijakan yang jelas akan memberi kepastian bagi investor. Dengan adanya arah pembangunan yang terukur, kepercayaan pasar terhadap industri properti juga semakin kuat.
Perumahan sebagai Penggerak Ekonomi
Realisasi investasi sebesar Rp 75 triliun di sektor properti pada semester I 2025 bukan sekadar pencapaian angka. Lebih dari itu, capaian ini menggambarkan peran penting industri perumahan sebagai motor penggerak ekonomi nasional.
Pembangunan rumah bukan hanya menjawab kebutuhan dasar masyarakat, tetapi juga membuka lapangan kerja, menggerakkan industri pendukung, dan memperkuat daya beli. Jika konsistensi program pembangunan rumah tetap terjaga, maka target Indonesia memiliki pasar properti yang sehat dan berkelanjutan dapat terwujud.