JAKARTA - Pemerintah Indonesia dan Jepang resmi menandatangani financial closing proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh di Sumatera Barat. Proyek strategis ini memiliki nilai investasi mencapai 500 juta dolar AS atau sekitar Rp8,2 triliun (kurs Rp16.450). Kerja sama ini merupakan bagian dari komitmen kedua negara dalam mendukung transisi energi dan dekarbonisasi melalui inisiatif Asia Zero Emission Community (AZEC).
Proyek PLTP Muara Laboh: Langkah Strategis Menuju Energi Bersih
Proyek PLTP Muara Laboh merupakan proyek pengembangan energi terbarukan yang dikelola oleh PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML), sebuah perusahaan patungan antara PT Supreme Energy Sumatera, Sumitomo Corporation, dan INPEX Geothermal Ltd. Sebelumnya, SEML telah mengoperasikan Unit-1 dengan kapasitas 86 megawatt (MW) yang mulai beroperasi pada Desember 2019. Dengan penandatanganan financial closing ini, proyek dilanjutkan dengan pembangunan Unit-2 (80 MW) yang ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2027, dan Unit-3 (60 MW) yang dijadwalkan beroperasi pada tahun 2033.
Kapasitas tambahan dari proyek ini diharapkan dapat memasok listrik untuk sekitar 760.000 rumah tangga di Sumatera, serta berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dioksida (CO₂) sekitar 900.000 ton per tahun. Listrik yang dihasilkan akan disalurkan melalui jaringan listrik milik PT PLN (Persero), memperkuat bauran energi terbarukan di wilayah Sumatera.
Peran Jepang dalam Proyek PLTP Muara Laboh
Pemerintah Jepang, melalui Japan Bank for International Cooperation (JBIC), turut berperan dalam pendanaan proyek ini. Selain itu, ADB juga memberikan dukungan pembiayaan sebesar 92,6 juta dolar AS untuk proyek ini. Dukungan ini mencerminkan komitmen Jepang dalam mendukung transisi energi bersih di Indonesia.
Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, dalam pernyataan bersama dengan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, di Istana Kepresidenan Bogor pada Januari 2025, menegaskan bahwa Jepang akan berperan aktif dalam kerja sama dekarbonisasi dan energi dengan Indonesia. "Kami ingin mendorong kerja sama di bidang sumber daya dan infrastruktur untuk menjaga jaminan keamanan energi dan dekarbonisasi melalui berbagai jalur," ujar Ishiba.
Dukungan Pemerintah Indonesia dan AZEC
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa proyek PLTP Muara Laboh merupakan salah satu proyek prioritas dalam kerja sama Asia Zero Emission Community (AZEC). "Proyek ini masuk dalam kerja sama AZEC, yang merupakan inisiatif bersama Indonesia dan Jepang untuk mempercepat transisi energi menuju emisi nol bersih," ujar Airlangga.
Selain PLTP Muara Laboh, Indonesia dan Jepang juga menjajaki kerja sama dalam pengembangan energi terbarukan lainnya, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Riau, serta pemanfaatan energi berbasis kelapa sawit untuk bahan bakar penerbangan (Sustainable Aviation Fuel/SAF). "Kami berharap dukungan Jepang dapat mempercepat implementasi proyek-proyek energi bersih di Indonesia," tambah Airlangga.
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan
Proyek PLTP Muara Laboh tidak hanya memberikan manfaat dalam hal penyediaan energi bersih, tetapi juga berkontribusi pada perekonomian lokal. Presiden Direktur SEML, Nisriyanto, menyatakan bahwa proyek ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pengembangan masyarakat sekitar. "Kami berharap langkah ini memperkuat potensi panas bumi di Indonesia dan mendukung masyarakat setempat," ungkap Nisriyanto.
Dengan dukungan dari ADB, JBIC, dan pemerintah kedua negara, proyek ini diharapkan dapat menjadi model bagi pengembangan energi terbarukan lainnya di Indonesia. ADB mencatat bahwa Indonesia memiliki cadangan energi panas bumi terbesar di dunia, sekitar 23,1 gigawatt, meskipun pemanfaatannya masih relatif kecil. "Investasi ini dapat mendorong eksplorasi yang lebih luas untuk mengakselerasi penggunaan energi bersih," kata Direktur ADB untuk Indonesia, Jiro Tominaga.
Penandatanganan financial closing proyek PLTP Muara Laboh menandai langkah penting dalam upaya Indonesia untuk mempercepat transisi energi menuju sumber energi bersih dan berkelanjutan. Kerja sama antara Indonesia dan Jepang melalui AZEC diharapkan dapat menjadi contoh bagi proyek-proyek energi terbarukan lainnya di masa depan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, proyek ini diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat Indonesia dan lingkungan.