Indonesia Dorong Baterai EV Berbasis Nikel

Rabu, 06 Agustus 2025 | 09:50:00 WIB
Indonesia Dorong Baterai EV Berbasis Nikel

JAKARTA - Di tengah pertumbuhan industri kendaraan listrik (EV) global yang begitu pesat, pemerintah Indonesia menempuh langkah strategis untuk mengamankan posisi sebagai pemain kunci dalam rantai pasok baterai EV dunia. Salah satu strategi utama yang tengah digencarkan adalah mendorong penggunaan baterai berbasis nikel oleh produsen kendaraan listrik di dalam negeri.

Langkah ini diambil bukan tanpa alasan. Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, dan komoditas ini sangat penting dalam produksi baterai kendaraan listrik generasi baru. Pemerintah melihat potensi besar untuk meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam tersebut melalui hilirisasi, terutama dalam konteks industri baterai yang sedang berkembang pesat secara global.

Namun demikian, transformasi ini bukan tanpa tantangan. Saat ini, banyak kendaraan listrik masih menggunakan baterai berbasis lithium, yang teknologinya sudah lebih dulu diadopsi oleh berbagai pabrikan mobil listrik.

"Pelan-pelan kita mendorong regulasi agar pabrikan mobil listrik di Indonesia berpindah dari lithium base ke nickel base," kata Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo.

Langkah pemerintah ini didukung oleh keterlibatan langsung BUMN dalam proyek-proyek strategis di industri baterai EV. Kartika menjelaskan bahwa BUMN Indonesia telah mengambil bagian dalam proyek bersama dengan raksasa industri baterai asal Tiongkok seperti CATL dan Huayou. Keterlibatan ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam membangun ekosistem baterai EV yang kokoh dan berkelanjutan.

Tak hanya mendorong adopsi teknologi berbasis nikel, pemerintah juga berharap agar ada insentif tambahan dari kementerian lain untuk mendukung transisi ini. “Karena sekarang banyak pabrik yang beroperasi di Indonesia kan masih lithium base. Kita ingin support dari kementerian-kementerian lain agar ada insentif buat shifting ke nickel base baterai juga di Indonesia,” lanjut Kartika.

Permintaan terhadap baterai kendaraan listrik diperkirakan akan terus meningkat secara global. Berdasarkan proyeksi, pada tahun 2040 pasar baterai EV diprediksi mencapai 8.800 gigawatt hour (GWh). Untuk menjawab permintaan sebesar ini, kehadiran rantai pasok yang efisien dan kuat menjadi sangat penting. Di sinilah posisi strategis Indonesia sebagai penghasil bahan baku dan pusat produksi menjadi krusial.

Sejalan dengan visi ini, Presiden Prabowo telah meresmikan pembangunan ekosistem industri baterai EV terintegrasi di Indonesia. Proyek ini merupakan hasil kerja sama antara PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Indonesia Battery Corporation (IBC), dan konsorsium yang terdiri dari Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), Brunp, serta Lygend (CBL). Inisiatif ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dan merepresentasikan keseriusan Indonesia dalam menata arah pembangunan industrinya ke sektor yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Nilai investasi proyek ini sangat besar, mencapai 5,9 miliar dolar AS dan mencakup pengembangan area seluas lebih dari 3.000 hektare. Selain menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi baru, proyek ini juga diharapkan membuka lapangan kerja besar-besaran. Potensi penyerapan tenaga kerja dari proyek ini disebut mencapai hingga 8.000 orang, yang tentunya akan berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi pembangunan.

Tak hanya aspek ekonomi dan ketenagakerjaan, proyek ini juga mengusung prinsip ramah lingkungan. Dalam desainnya, proyek ini mengandalkan kombinasi berbagai sumber energi untuk mendukung operasionalnya. Beberapa sumber energi tersebut meliputi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebesar 2x150 MW, pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) 80 MW, pemanfaatan limbah panas sebesar 30 MW, dan tenaga surya hingga 172 MWp. Dari kapasitas tersebut, 24 MWp akan digunakan secara khusus untuk pabrik yang berlokasi di Karawang.

Dengan pembangunan infrastruktur yang juga mencakup fasilitas penunjang seperti dermaga multifungsi, proyek ini diharapkan dapat memperkuat seluruh mata rantai industri kendaraan listrik nasional mulai dari hulu hingga ke hilir.

Dalam upaya membangun fondasi industri EV yang kuat, kolaborasi lintas sektor menjadi salah satu kunci keberhasilan. Pemerintah menekankan pentingnya kerja sama strategis antar BUMN, swasta nasional, dan mitra internasional dalam menciptakan ekosistem industri baterai yang mampu bersaing secara global.

Kartika menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya ingin menjadi lokasi produksi, tetapi juga pusat inovasi dan pengembangan teknologi baterai. Visi ini menyasar pada keberhasilan jangka panjang, di mana Indonesia menjadi pemain utama, bukan sekadar pelengkap dalam rantai pasok global kendaraan listrik.

Dorongan terhadap penggunaan baterai berbasis nikel bukan semata demi optimalisasi sumber daya domestik, melainkan juga sebagai bagian dari strategi transisi energi dan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Jika langkah ini berhasil diimplementasikan secara komprehensif, maka Indonesia tidak hanya akan mampu memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga mengekspor teknologi dan produk bernilai tinggi ke pasar global.

Terkini

Istilah Gol Sepak Bola: Brace hingga Quintrick

Rabu, 06 Agustus 2025 | 15:26:22 WIB

Olahraga Sehat di Tengah Sibuknya Kota

Rabu, 06 Agustus 2025 | 15:33:03 WIB

Tiga Raja Juara VNL Voli Putra

Rabu, 06 Agustus 2025 | 15:36:17 WIB

Hernandez vs Dolidze: Duel Penentu UFC

Rabu, 06 Agustus 2025 | 15:41:43 WIB

Agustus Meriah Bareng Artis Korea

Rabu, 06 Agustus 2025 | 15:51:09 WIB