JAKARTA - Apple Inc. (AAPL) sedang berada di tengah sorotan tajam menjelang laporan keuangan kuartalannya yang akan diumumkan pada Kamis mendatang. Dalam laporan tersebut, banyak yang memperkirakan bahwa Apple akan menghadapi sejumlah pertanyaan kritis dari para pemegang saham, analis pasar, dan investor mengenai dampak tarif perdagangan serta strategi pengembangan kecerdasan buatan (AI) perusahaan. Di tengah penurunan penjualan iPhone dan penundaan peluncuran fitur AI yang dijanjikan, Apple perlu memberikan jawaban yang jelas terkait langkah-langkah yang akan diambil guna menjaga posisi kompetitifnya.
Penurunan Penjualan iPhone: Dua Kuartal Berturut-Turut Tanpa Pertumbuhan
Salah satu isu terbesar yang dihadapi Apple saat ini adalah penurunan penjualan iPhone. Meskipun Apple sempat merasakan lonjakan permintaan untuk iPhone 16e yang baru diluncurkan pada periode Januari hingga Maret, dengan harga yang lebih rendah, banyak analis Wall Street memperkirakan bahwa penjualan perangkat ikonik ini akan mengalami penurunan kecil pada kuartal yang akan datang.
Penurunan penjualan iPhone selama dua kuartal berturut-turut akan menjadi tanda peringatan bagi Apple, yang selama ini mengandalkan penjualan iPhone sebagai pilar utama pendapatan perusahaan. Hal ini tentunya akan menjadi perhatian besar bagi pemegang saham, yang khawatir tentang keberlanjutan pertumbuhan dan profitabilitas Apple di masa depan.
Apple telah berhasil menjaga daya tarik produknya dengan merilis model baru dengan harga lebih terjangkau, seperti iPhone 16e. Namun, penurunan penjualan dalam waktu dekat akan berdampak pada posisi pasar perusahaan, terutama karena persaingan yang semakin ketat dari pesaing seperti Samsung dan Huawei. Penurunan ini juga terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dipengaruhi oleh perselisihan tarif antara China dan Amerika Serikat.
Tarif Perdagangan dan Dampaknya Terhadap Apple
Salah satu faktor yang berkontribusi pada penurunan saham Apple yang lebih dari 16 persen sepanjang tahun 2025 adalah perselisihan tarif perdagangan yang melibatkan Amerika Serikat dan China. Sejak pemerintahan Presiden AS Donald Trump, elektronik telah dikecualikan dari tarif yang dikenakan dalam perang dagang antara kedua negara. Namun, Washington kini memberikan sinyal bahwa tarif baru mungkin akan diberlakukan dalam beberapa minggu mendatang, yang menambah ketidakpastian bagi Apple.
Dengan sekitar 90 persen produk Apple diproduksi di China, kebijakan tarif ini menjadi ancaman signifikan bagi kelangsungan operasional perusahaan. Eric Schiffer, ketua dari Patriarch Organization yang juga seorang pemegang saham Apple, menilai bahwa tarif adalah ancaman yang menggantung bagi Apple. Ia menyatakan, “Tarif ini mengganggu operasi perusahaan, memberikan beban politik, dan memengaruhi strategi jangka panjang yang telah direncanakan.”
Sebagai langkah untuk mengurangi dampak tarif, Apple berencana memindahkan sebagian produksinya ke India, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pabrik-pabrik di China, mengingat situasi politik yang semakin tidak menentu. Dengan memindahkan sebagian besar produksinya ke India, Apple berharap dapat mengurangi dampak negatif tarif yang tinggi terhadap biaya produksi dan harga jual.
Namun, mengenai dampaknya pada harga jual produk, analis memperkirakan bahwa Apple kemungkinan besar akan membagi sebagian biaya tarif ke dalam rantai pasokan mereka, yang dapat menyebabkan harga iPhone dan produk lainnya sedikit naik. Meskipun demikian, Apple akan berusaha menjaga kenaikan harga seminimal mungkin untuk menghindari kehilangan pangsa pasar.
Strategi Kecerdasan Buatan (AI): Tantangan Bagi Apple
Di sisi lain, Apple juga menghadapi tantangan besar dalam hal pengembangan kecerdasan buatan (AI). Dalam beberapa tahun terakhir, Apple telah banyak berbicara tentang potensi fitur AI untuk meningkatkan pengalaman pengguna di berbagai produknya, khususnya asisten suara Siri. Namun, dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya, seperti Google (Alphabet) dan Samsung, Apple terlihat lebih lambat dalam mengimplementasikan dan meluncurkan fitur AI yang dijanjikan.
Salah satu fitur AI yang sangat dinantikan adalah pembaruan besar untuk Siri, yang telah menjadi permintaan utama dari pengguna dan investor. Namun, Apple mengumumkan bahwa pembaruan tersebut akan ditunda hingga 2026, sebuah keputusan yang menambah kekhawatiran di kalangan investor tentang seberapa serius Apple menangani pengembangan AI. Bahkan, Apple terpaksa menarik iklan yang sebelumnya dipromosikan terkait fitur AI yang belum tersedia.
Keterlambatan ini sangat krusial mengingat pasar teknologi saat ini sangat berfokus pada kecerdasan buatan. China, sebagai pasar penting bagi Apple, telah semakin didominasi oleh pesaing lokal seperti Huawei, yang telah mengembangkan fitur AI canggih pada perangkat mereka. Kehilangan pangsa pasar di China, yang selama ini menjadi salah satu pasar terbesar Apple, menjadi semakin nyata dengan lambatnya Apple dalam mengembangkan dan merilis fitur AI yang lebih canggih.
Pergeseran Strategi dan Pencarian Solusi
Dengan adanya tantangan-tantangan tersebut, Apple berada dalam posisi yang sulit. Di satu sisi, tarif yang tinggi dan persaingan yang semakin ketat memaksa Apple untuk mengubah strategi produksinya, termasuk memperluas basis manufaktur di negara-negara seperti India. Di sisi lain, pengembangan AI yang lebih cepat dan efektif menjadi keharusan bagi Apple untuk tetap relevan di pasar global yang terus berkembang.
Sebagai langkah konkrit untuk mengurangi dampak tarif, Apple berencana untuk melakukan diversifikasi rantai pasokan mereka ke India. Selain itu, Apple juga berupaya untuk menjaga harga tetap kompetitif dengan mengurangi biaya tarif yang ditanggung oleh konsumen. Namun, untuk benar-benar memulihkan posisinya di pasar, keterlambatan pengembangan AI perlu segera diatasi, dengan menempatkan lebih banyak sumber daya untuk mempercepat pembaruan Siri dan memperkenalkan teknologi AI yang lebih inovatif.
Apa yang Diharapkan dari Laporan Keuangan Apple?
Menjelang pengumuman laporan keuangan kuartal pertama pada Kamis mendatang, para pemegang saham Apple mengharapkan kejelasan dari perusahaan mengenai dua isu besar ini: tarif perdagangan yang sedang berlangsung dan strategi AI yang tertunda. Dengan tekanan yang datang dari kedua sisi, Apple perlu memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana mereka merencanakan untuk menangani ketidakpastian tarif dan memastikan bahwa inovasi di sektor AI akan tetap berjalan sesuai rencana.
Apple, yang dikenal dengan kemampuannya dalam beradaptasi dengan perubahan pasar, harus segera menemukan solusi jangka panjang untuk mengatasi penurunan penjualan iPhone serta mempercepat pengembangan teknologi AI mereka untuk tetap bersaing dengan raksasa teknologi lainnya. Apa yang akan diputuskan oleh Apple dalam beberapa minggu mendatang akan sangat menentukan arah perusahaan di masa depan, baik dalam hal pertumbuhan pasar maupun kepercayaan investor.