Latar Belakang Kebijakan
Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa banyak keluarga prasejahtera di Jawa Barat memiliki banyak anak, namun tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka. Sebagai contoh, di Majalengka, ia bertemu dengan anak-anak yang menjual kue di alun-alun, sementara orang tuanya tinggal di kontrakan dan memiliki 10 anak, dengan ibu yang sedang hamil anak ke-11. Ia menilai bahwa kondisi ini menunjukkan kurangnya perencanaan keluarga yang baik.
Untuk itu, Dedi menekankan pentingnya peran laki-laki dalam program KB. Ia menyatakan, "Jangan membebani reproduksi hanya perempuan. Perempuan jangan menanggung beban reproduksi, sabab nu beukian mah salakina. Harus laki-lakinya." Ia juga menambahkan bahwa seringkali perempuan menjadi sasaran untuk memperbanyak anak, dengan alasan seperti lupa minum pil KB atau alat kontrasepsi bocor.