Sepak Bola

Liga Sepak Bola Putri: Belum Siap Digelar

Liga Sepak Bola Putri: Belum Siap Digelar
Liga Sepak Bola Putri: Belum Siap Digelar

JAKARTA - Ketika perhatian publik kembali tertuju pada sepak bola putri Indonesia, terutama setelah laga kualifikasi Piala Asia Wanita antara Timnas Indonesia melawan Pakistan, muncul satu pertanyaan mendasar: kapan liga sepak bola putri akan kembali digelar? Harapan terhadap kemajuan sepak bola wanita memang tinggi, tetapi tantangan struktural dan regenerasi pemain membuat impian itu masih perlu waktu.

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, yang turut hadir menyaksikan langsung laga tersebut di Stadion Indomilk Arena, mengemukakan alasannya mengapa kompetisi profesional bagi para pesepak bola wanita belum akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Menurutnya, persoalan utama bukan pada niat atau kesiapan organisasi, melainkan pada jumlah talenta yang belum mencukupi.

“Tidak. Kita bisa lihat jumlah talentanya belum cukup. Mau dipaksakan juga tidak mungkin karena sepak bola perempuan mati suri cukup lama,” ujar Erick menjawab pertanyaan media usai pertandingan.

Pernyataan ini menjadi refleksi atas kondisi sepak bola putri Indonesia yang mengalami stagnasi cukup panjang. Absennya kompetisi rutin dan sistem pembinaan yang belum merata membuat regenerasi pemain berjalan lambat. Bahkan, saat ini PSSI menilai bahwa menggelar liga secara nasional tanpa fondasi yang kuat hanya akan berdampak jangka pendek dan berisiko kembali terhenti.

Liga Tak Bisa Dipaksakan, Talenta Jadi Masalah Utama

Dalam dialog yang berlangsung selepas laga tersebut, Erick juga menyampaikan bahwa dirinya sempat berdiskusi dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, terkait masa depan liga sepak bola putri. Namun, ia menekankan bahwa jika kompetisi dipaksakan, hasilnya tidak akan berkelanjutan karena minimnya jumlah pemain yang siap berkompetisi secara profesional.

“Kalau dipaksakan untuk diselenggarakan, maka dalam satu tahun akan kembali berhenti karena kurangnya talenta,” tambah Erick.

Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa pembinaan usia dini pada sepak bola putri belum merata dan terstruktur. Usia pemain yang masih sangat muda seperti di kelompok umur U-14 dan U-16 tidak bisa dijadikan tulang punggung kompetisi liga. Selain soal kesiapan fisik dan mental, tontonan yang dihasilkan belum tentu mampu memenuhi ekspektasi publik terhadap kualitas liga.

“Para pemain sepak bola putri usia U-14 dan U-16 juga tidak memungkinkan untuk dipaksa bermain di liga sepak bola putri. Pasalnya, usia mereka dinilai belum mampu menghasilkan tontonan sepak bola yang berkualitas.”

PSSI Fokus pada Tim Nasional dan Penguatan Akar Rumput

Meski begitu, bukan berarti PSSI diam dan menyerah pada kondisi yang ada. Erick menegaskan bahwa federasi terus berupaya mempersiapkan segala hal agar liga sepak bola putri bisa digelar pada waktu yang tepat. Langkah yang diambil PSSI adalah memperkuat pembinaan akar rumput (grassroots) serta membangun fondasi yang kokoh melalui pembentukan dan penguatan Timnas Putri Indonesia.

“Saya tidak berpikir tergesa-gesa karena saya sebagai ketua umum PSSI punya tanggung jawab lebih besar. Membangun tim nasional, membangun grassroots, baru liga,” tegas Erick.

Dengan membenahi dasar-dasar sistem pembinaan dan memperkuat tim nasional sebagai wajah dari perkembangan sepak bola putri, Erick meyakini bahwa liga yang nantinya digelar akan punya arah dan keberlanjutan. Bukan sekadar kompetisi musiman, melainkan liga profesional yang bisa menjadi tempat berkembangnya para pesepak bola wanita Tanah Air.

Tantangan: Infrastruktur, Edukasi, dan Dukungan Ekosistem

Menilik lebih jauh ke belakang, sepak bola putri Indonesia sempat berjalan dengan liga semi-profesional, namun pada akhirnya terhenti akibat kurangnya dukungan sistemik. Salah satu tantangan terbesar adalah minimnya infrastruktur khusus dan fasilitas memadai untuk pembinaan atlet perempuan. Ditambah, kultur olahraga yang masih dominan mengedepankan cabang pria turut memperlambat perkembangan.

Masalah lainnya adalah keterbatasan pelatih, kompetisi internal yang minim, serta kurangnya insentif bagi klub untuk membentuk dan mengelola tim putri. Tanpa ekosistem pendukung yang memadai, kompetisi sulit tumbuh secara organik.

Di sisi lain, kehadiran Timnas Putri yang mulai aktif dan berkompetisi di tingkat regional maupun internasional menunjukkan geliat positif. Partisipasi dalam ajang kualifikasi Piala Asia dan SEA Games menjadi momentum penting untuk menanamkan kembali semangat bagi para pemain muda dan membuka mata masyarakat tentang potensi sepak bola putri.

Harapan di Masa Depan: Perlu Kolaborasi Lintas Sektor

Agar mimpi menghadirkan liga sepak bola putri profesional dapat terwujud, diperlukan kolaborasi lintas sektor. Pemerintah, swasta, federasi, hingga masyarakat harus sama-sama mendorong dan memberikan ruang tumbuh bagi sepak bola wanita. Salah satunya dengan menyelenggarakan turnamen-turnamen regional di tingkat sekolah dan akademi sebagai bagian dari talent scouting dan pembinaan berkelanjutan.

Keterlibatan kementerian seperti PPPA juga menjadi sinyal positif bahwa perhatian terhadap olahraga perempuan, khususnya sepak bola, makin diperbesar. Diharapkan, dalam waktu beberapa tahun ke depan, bibit-bibit unggul bisa ditemukan dan dikembangkan, hingga pada akhirnya PSSI punya cukup talenta untuk membentuk struktur liga yang kuat.

Liga Belum Siap, tapi Fondasi Sedang Dibangun

Keputusan PSSI untuk tidak terburu-buru menggulirkan liga sepak bola putri patut dipahami sebagai langkah realistis. Tantangan yang dihadapi tidak hanya soal teknis, tetapi menyangkut fondasi pembinaan dan pengembangan talenta. Erick Thohir sebagai ketua umum menyadari bahwa liga tanpa dukungan akar rumput dan sistem yang terbangun hanya akan menjadi proyek sementara yang berisiko gagal.

Namun demikian, harapan tetap ada. Komitmen untuk memperkuat Timnas Putri dan pembangunan grassroots menunjukkan bahwa masa depan sepak bola putri Indonesia sedang dipersiapkan dengan lebih matang. Liga bukan tak mungkin hadir, hanya saja waktunya belum sekarang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index