PETANI

Bulog Serap Jagung, Petani Gayo Lues Dapat Harga Pasti

Bulog Serap Jagung, Petani Gayo Lues Dapat Harga Pasti
Bulog Serap Jagung, Petani Gayo Lues Dapat Harga Pasti

JAKARTA - Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan nasional, pemerintah terus menunjukkan komitmennya dengan mendukung petani lokal, termasuk petani jagung. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah melalui penyerapan hasil panen jagung oleh Perum Bulog dari petani di Kabupaten Gayo Lues, Aceh. Penyerapan ini menjadi bagian dari tindak lanjut atas kebijakan nasional untuk memperkuat ketersediaan dan distribusi jagung dalam negeri.

Perum Bulog melaksanakan pembelian jagung pipilan hasil panen lokal sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 10 Tahun 2025 tentang Pengadaan dan Pengelolaan Jagung Dalam Negeri serta Penyaluran Cadangan Jagung Pemerintah (CJP). Arahan tersebut juga diperkuat melalui surat dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, yang meminta adanya kolaborasi aktif lintas sektor untuk memperkuat rantai pasok komoditas strategis nasional.

Sebagai pelaksana di lapangan, Perum Bulog Cabang Aceh Tenggara menggandeng Polres Gayo Lues untuk melangsungkan proses serapan jagung dari petani lokal. Penyerapan perdana dilakukan langsung di Gudang Bulog, Gayo Lues, dan melibatkan para petani dari berbagai kecamatan di wilayah tersebut.

Kapolres Gayo Lues, AKBP Hyrowo, S.I.K., menyatakan bahwa kehadiran pemerintah dalam bentuk pembelian jagung dengan harga yang sudah ditetapkan memberi angin segar bagi petani. Ia menjelaskan, pembelian dilakukan dengan skema harga berbeda, tergantung pada kadar air jagung yang diserahkan petani.

Menurutnya, jagung pipilan dengan kadar air antara 18–20 persen akan dibeli dengan harga Rp5.500 per kilogram. Sedangkan untuk kadar air yang lebih kering, sekitar 14 persen, harganya naik menjadi Rp6.400 per kilogram. “Ini sangat membantu masyarakat atau petani jagung,” ujar AKBP Hyrowo.

Namun, ia juga menyoroti kendala teknis yang masih dihadapi petani, terutama soal kadar air yang masih tinggi akibat curah hujan yang kerap turun selama masa panen. Ia menyebut, beberapa lokasi bahkan masih memiliki kadar air di atas 20 persen, yang tentu berpengaruh pada kualitas dan harga jual.

Untuk mengatasi hal tersebut, Kapolres Gayo Lues menyarankan agar fasilitas pengering jagung milik pemerintah daerah, yang dikelola oleh Dinas Pertanian setempat, bisa dimaksimalkan fungsinya. Ia berharap Bulog dapat berkoordinasi lebih lanjut untuk mengakses dan menggunakan fasilitas tersebut.

Lebih jauh, AKBP Hyrowo menekankan pentingnya dukungan menyeluruh dari berbagai pihak untuk meningkatkan produktivitas petani jagung di daerah. “Harapan kami, penyaluran bantuan pupuk subsidi itu dapat membantu masyarakat dalam proses penanaman. Kami di sini hanya sebagai penggerak, jadi kita butuh bantuan dari Pemerintah, Bulog, dan stakeholder terkait untuk memakmurkan petani jagung,” tegasnya.

Sementara itu, Pimpinan Cabang Bulog Aceh Tenggara, Fahmi Siregar, menjelaskan bahwa wilayah operasional mereka mencakup Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Tenggara. Oleh karena itu, meskipun gudang utama penyimpanan jagung Bulog berada di Aceh Tenggara, mereka tetap siap melayani kebutuhan petani di Gayo Lues.

Fahmi juga menyampaikan kesiapan Bulog untuk berkolaborasi dengan Dinas Pertanian apabila jumlah jagung yang diserap dari petani meningkat. “Tidak menutup kemungkinan ketika misalkan antusiasme petani dalam menjualkan jagungnya ke Bulog tinggi, kita bisa bekerja sama dengan Dinas Pertanian untuk penyimpanan,” ungkapnya.

Di sisi lain, kebijakan penyerapan ini membawa optimisme bagi para petani. Salah satu petani jagung dari Desa Berhut, Kecamatan Terangun, Mat Rahim, mengungkapkan rasa syukurnya atas adanya program pembelian jagung oleh Bulog. Selama ini, ia mengaku kesulitan menjual hasil panennya dengan harga yang layak.

“Kami sebagai petani jagung sangat bersyukur karena selama ini hanya bisa menjual dengan harga yang murah. Dengan adanya program ini kami bisa mendapatkan harga yang lebih tinggi,” ujar Mat Rahim. Ia pun berharap agar pemerintah bisa memberikan lebih banyak bantuan dalam bentuk bibit dan bimbingan teknis untuk meningkatkan hasil panen mereka di masa mendatang.

Kebijakan yang saat ini dijalankan bukan hanya soal menyerap hasil panen petani, tetapi juga memberikan jaminan harga dan kepastian pasar. Hal ini sejalan dengan semangat pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan dan berpihak pada petani lokal.

Upaya seperti ini juga membuka jalan bagi terciptanya ekosistem pertanian yang terintegrasi, mulai dari aspek produksi, distribusi, hingga penyimpanan. Terutama di daerah-daerah seperti Gayo Lues, yang memiliki potensi besar dalam produksi jagung, namun masih memerlukan intervensi teknologi dan infrastruktur untuk mendukung pengolahan pascapanen.

Dengan adanya penyerapan jagung secara langsung oleh Bulog, maka akses petani terhadap pasar yang adil semakin terbuka. Petani tidak lagi harus bergantung pada tengkulak atau pasar bebas yang rentan memberikan harga rendah.

Ke depan, jika sinergi antara pemerintah pusat, daerah, serta lembaga seperti Bulog dan Dinas Pertanian terus diperkuat, maka akan terbentuk sistem pertanian yang tidak hanya produktif tetapi juga menyejahterakan. Program penyerapan jagung ini hanyalah awal dari transformasi besar yang dibutuhkan sektor pertanian Indonesia untuk mencapai kedaulatan pangan nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index