JAKARTA - Kesetaraan dalam memperoleh akses transportasi bukan hanya soal infrastruktur, melainkan juga tentang pengalaman dan edukasi yang ramah untuk semua kalangan. Inilah yang coba diwujudkan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 7 Madiun saat memperingati Hari Anak Nasional. Dalam sebuah kegiatan yang menyentuh dan sarat makna, KAI membuka pintu kereta api bagi puluhan anak disabilitas untuk mengenal lebih dekat moda transportasi massal tersebut.
Kegiatan ini tidak hanya menyuguhkan perjalanan gratis naik kereta api, tetapi juga dirancang sebagai bentuk pembelajaran interaktif mengenai sistem perkeretaapian—dari pembelian tiket hingga tata tertib dalam perjalanan. Bagi anak-anak berkebutuhan khusus, kesempatan seperti ini menjadi momen langka yang meninggalkan kesan mendalam.
Vice President Daop 7 Madiun, Suharjono, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen KAI terhadap perlindungan dan pemenuhan hak anak, termasuk bagi penyandang disabilitas. Menurutnya, anak-anak dengan kebutuhan khusus pun berhak mendapatkan ruang berekspresi dan pengalaman menyenangkan sebagaimana anak lainnya.
“Anak-anak, termasuk mereka yang disabilitas, memiliki hak yang sama untuk berekspresi dan mendapatkan pengalaman menyenangkan. Melalui program ini, kami ingin memberi ruang serta mengenalkan sistem transportasi kereta api mulai dari pembelian tiket, proses boarding, hingga tata tertib perjalanan,” ujar Suharjono.
Dalam kegiatan tersebut, anak-anak disabilitas diberi kesempatan menaiki KA Singasari relasi Madiun–Kediri dan KA Brantas relasi Kediri–Madiun. Tak hanya sekadar naik kereta, mereka juga diajak mengikuti beragam aktivitas seru seperti zona mewarnai, pembagian hadiah ulang tahun, sesi sapa pelanggan, hingga berbagi bingkisan di Stasiun Madiun. Pendekatan seperti ini memperlihatkan bahwa edukasi transportasi dapat dikemas secara menyenangkan dan inklusif.
Kegiatan ini juga selaras dengan tema Hari Anak Nasional tahun ini, yakni “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045”. KAI berharap dengan menanamkan kecintaan terhadap kereta api sejak dini, generasi muda akan tumbuh menjadi pribadi yang menghargai fasilitas publik, memahami tata tertib, serta memiliki wawasan lebih luas tentang moda transportasi massal.
“KAI terus berupaya menghadirkan layanan yang inklusif dan ramah bagi seluruh pengguna, termasuk anak-anak dan penyandang disabilitas. Transportasi kereta harus menjadi ruang yang sehat, aman, dan nyaman untuk semua kalangan,” imbuh Suharjono.
Sebagai bentuk komitmen lebih jauh terhadap layanan inklusif, KAI juga telah menyediakan tarif reduksi sebesar 20 persen khusus bagi penyandang disabilitas untuk perjalanan KA jarak jauh. Namun, fasilitas ini hanya bisa dinikmati jika calon penumpang telah melakukan registrasi dengan melampirkan surat keterangan resmi dari dokter rumah sakit atau Puskesmas.
Jika calon penumpang tidak dapat hadir langsung, proses registrasi pun dapat diwakilkan oleh pihak lain, asalkan membawa dokumen pendukung seperti surat keterangan dokter, KTP, dan pas foto. Kebijakan ini merupakan upaya untuk memastikan bahwa layanan inklusif tak terhambat oleh kendala teknis di lapangan.
Tak hanya memberikan pengalaman naik kereta secara gratis, KAI juga menghadirkan berbagai fasilitas ramah anak di beberapa stasiun, seperti area bermain. Di momen-momen tertentu seperti masa liburan atau angkutan Lebaran, anak-anak pun mendapatkan berbagai hadiah seperti buku mewarnai, pensil warna, puzzle, dan gantungan kunci bertema kereta api.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi KAI dalam membangun ikatan emosional antara anak-anak dengan dunia perkeretaapian. “Kami ingin kereta api menjadi bagian dari kenangan indah masa kecil mereka. Harapannya, mereka akan terus mencintai transportasi kereta api hingga dewasa,” kata Suharjono.
Kegiatan di Daop 7 Madiun tersebut menjadi bukti bahwa peringatan Hari Anak Nasional tidak harus sekadar seremonial. Ketika institusi publik seperti KAI turun langsung memberikan pengalaman nyata, makna dari perlindungan hak anak dan edukasi inklusif menjadi jauh lebih terasa.
Lebih dari sekadar perjalanan, pengalaman ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bahwa setiap anak, dengan segala keunikannya, berhak mengenal dan mencintai moda transportasi negaranya. Bukan hanya sebagai penumpang, tetapi juga sebagai generasi yang kelak bisa mengambil bagian dalam pengembangan transportasi publik yang inklusif dan ramah semua kalangan.
Dengan pendekatan yang lebih humanis, KAI menunjukkan bahwa inklusivitas dalam layanan transportasi bukan sekadar slogan, melainkan wujud nyata dalam tindakan. Dan di Hari Anak Nasional ini, anak-anak disabilitas pun mendapat ruang yang layak untuk tersenyum, belajar, dan bermimpi lebih besar.