JAKARTA - Musim panen padi di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) kali ini membawa angin segar bagi para petani. Selain hasil panen yang meningkat secara signifikan, harga gabah yang dijual langsung kepada agen juga mengalami lonjakan luar biasa. Kondisi ini menjadi pendorong utama tumbuhnya optimisme di kalangan petani setempat.
Salah satu petani dari kawasan Blang Cot Setui, Gampong Kedai Siblah, Kecamatan Blangpidie, Zul Ilfan yang akrab disapa Dun Kande mengungkapkan bahwa harga gabah di tingkat petani kini telah mencapai Rp 8.000 per kilogram. Angka ini jauh di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp 6.500 per kilogram.
"Hari ini harga gabah dibeli agen pada petani sudah mencapai Rp 8.000 per kilogram. Harga ini naik dari dua hari lalu, yaitu Rp 7.850 per kilonya," ujarnya dengan semangat.
- Baca Juga Pemimpin Transisi Energi Bersih
Tak hanya soal harga, Dun Kande menambahkan bahwa hasil panen juga jauh lebih memuaskan dibandingkan musim sebelumnya. Menurutnya, para petani di wilayahnya kini mampu memanen hingga 7,5 ton gabah per hektare, naik dari musim lalu yang hanya sekitar 5,5 ton per hektare.
Ia menyebutkan, membaiknya hasil panen ini tidak lepas dari beberapa faktor pendukung, seperti berkurangnya serangan hama dan kemudahan dalam memperoleh pupuk di kios penyalur. Salah satu kunci utama lainnya adalah tersedianya air irigasi teknis yang mendukung pertumbuhan padi dengan optimal.
“Alhamdulillah, ketersediaan air juga mencukupi, karena kita mengandalkan irigasi teknis. Semoga ke depannya irigasi seluruh Abdya juga bisa dimanfaatkan dengan baik, sehingga hasil panen petani meningkat,” harap Dun Kande.
Kondisi ini menjadi sumber kebahagiaan tersendiri bagi para petani. Harga jual gabah yang menguntungkan membuat banyak petani merasa kerja keras mereka selama masa tanam akhirnya terbayar lunas.
“Kita sangat senang dan bersyukur atas nikmat Allah ini. Semoga harganya bisa terus bertahan, sehingga petani bisa sejahtera,” tambahnya.
Namun, di balik euforia meningkatnya harga gabah, pemerintah setempat tetap mengingatkan agar para petani tidak langsung menjual seluruh hasil panen mereka. Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpan) Abdya, Hendri Yadi, memberikan imbauan kepada petani untuk menyisakan sebagian hasil panen guna memenuhi kebutuhan pangan keluarga sendiri.
“Harapan kita sebagai Pemerintah Abdya dalam hal ini Dinas Pertanian dan Pangan, agar petani yang sedang panen tidak menjual seluruh hasil panennya, tapi juga harus meninggalkan untuk kebutuhan pangan keluarga,” jelas Hendri.
Menurutnya, bila seluruh hasil dijual, maka petani sendiri nantinya akan kembali membeli beras. Padahal, mereka bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga sendiri dari hasil tanam.
“Maka sisakan padi untuk stok rumah tangga, jual secukupnya saja agar nantinya petani tidak membeli beras,” pesannya.
Dengan harga pasar yang melebihi HPP, Hendri juga menjelaskan bahwa Bulog tidak memiliki kewenangan untuk membeli gabah dari petani saat ini. Namun, jika harga kembali turun dan berada di bawah HPP, barulah Bulog akan mengambil alih penyerapan gabah dengan harga standar Rp 6.500 per kilogram.
Peningkatan harga dan hasil panen yang baik ini diharapkan menjadi semangat baru bagi para petani di Abdya. Pemerintah daerah mendorong agar momentum ini bisa menjadi titik balik kebangkitan sektor pertanian, khususnya komoditas padi yang menjadi andalan daerah.
“Kita berharap petani terus semangat dalam membudidayakan padi, sebab padi adalah salah satu sektor yang diandalkan di Kabupaten Abdya,” pungkas Hendri.
Tren ini menjadi bukti bahwa ketika berbagai elemen seperti harga, infrastruktur pertanian, dan dukungan teknis tersedia secara selaras, produktivitas pertanian pun dapat meningkat secara signifikan. Lebih dari sekadar angka, kenaikan harga gabah dan hasil panen ini menunjukkan peluang nyata untuk memperbaiki kesejahteraan petani dan mengokohkan ketahanan pangan lokal.
Selain itu, capaian ini juga bisa menjadi indikator bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan strategis ke depan. Dengan harga gabah yang menguntungkan dan hasil panen yang optimal, Abdya bisa menjadi contoh daerah yang berhasil memaksimalkan potensi pertaniannya.
Momentum ini, jika dikelola dengan baik, tidak hanya akan meningkatkan pendapatan petani tetapi juga mendongkrak ekonomi lokal secara keseluruhan. Pemerintah dan petani kini dihadapkan pada peluang besar: menjaga tren positif ini agar berkelanjutan dan mampu menghadapi tantangan musim tanam berikutnya.