Panas Bumi

Pertamina Dorong Energi Bersih Lewat Panas Bumi

Pertamina Dorong Energi Bersih Lewat Panas Bumi
Pertamina Dorong Energi Bersih Lewat Panas Bumi

JAKARTA - Dalam upaya mempercepat transisi energi nasional menuju masa depan yang lebih berkelanjutan, PT Pertamina (Persero) mengambil langkah strategis dengan memperkuat fokus pada energi baru dan terbarukan (EBT). Perusahaan pelat merah ini kini memiliki anak usaha khusus yang menangani sektor tersebut secara lebih terarah, yakni Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina RNE).

Pertamina RNE berperan penting dalam pengembangan pembangkitan listrik berbasis energi bersih, termasuk panas bumi (geothermal) dan tenaga surya. Kehadiran entitas ini menjadi bukti konkret komitmen Pertamina terhadap agenda dekarbonisasi dan diversifikasi energi.

Arif Mulizar, selaku Government and Public Relations New and Renewable Energy sekaligus Geothermal PR Specialist Pertamina, menjelaskan bahwa pengembangan bisnis EBT menjadi bagian penting dari strategi Pertamina dalam menghadapi tantangan global dan nasional terkait perubahan iklim serta kebutuhan energi yang terus meningkat.

“Pertamina mengembangkan bisnis energi baru terbarukan. Seperti panas bumi dan tenaga surya. Salah satu afiliasinya adalah Pertamina Geothermal Energy yang sudah melantai di bursa saham,” ungkap Arif.

Potensi energi panas bumi di Indonesia sangat besar dan menjanjikan. Arif menyebut bahwa Indonesia termasuk dalam jajaran tiga negara dengan potensi geothermal terbesar di dunia. Potensi ini tersebar luas mulai dari ujung barat Sumatera hingga timur Pulau Jawa. Wilayah-wilayah tersebut menjadi lokasi penting yang tengah dikembangkan oleh Pertamina RNE melalui berbagai proyek energi bersih.

“Geothermal menjadi salah satu sumber energi terbesar yang kami kelola melalui Pertamina RNE,” jelas Arif lebih lanjut.

Arif kemudian memaparkan bagaimana proses pemanfaatan energi panas bumi dilakukan secara teknis. Ia menyampaikan bahwa energi ini dihasilkan dengan cara mengebor uap panas dari perut bumi. Uap tersebut kemudian dimanfaatkan untuk memutar turbin yang menggerakkan pembangkit listrik. Setelah suhu uap menurun dan berubah menjadi cairan, air tersebut dikembalikan ke dalam tanah agar dipanaskan kembali oleh proses alami.

“Proses ini berkelanjutan dan ramah lingkungan. Uap yang digunakan tak terbuang, tapi diolah lagi menjadi energi,” terang Arif, menekankan keunggulan teknologi ini dalam mendukung prinsip keberlanjutan.

Selain panas bumi, Pertamina juga telah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di sejumlah wilayah Indonesia. Proyek-proyek ini bertujuan mendistribusikan sumber energi alternatif yang tidak hanya rendah emisi, tapi juga dapat menjangkau wilayah terpencil yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik konvensional.

Tidak berhenti pada energi panas bumi dan surya, Pertamina juga melihat potensi gas sebagai bagian dari transisi energi. Meski gas tidak dikategorikan sebagai energi terbarukan, Arif menegaskan bahwa gas tetap termasuk dalam kelompok energi baru karena kadar karbonnya yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil konvensional seperti batu bara atau minyak bumi.

“Gas juga termasuk dalam kategori energi baru, bukan terbarukan, karena kandungan karbonnya yang rendah dibanding bahan bakar fosil lain,” kata Arif.

Lebih lanjut, Pertamina juga telah merambah ke sektor perdagangan karbon. Dalam inisiatif ini, perusahaan mulai mengelola emisi karbon dengan tujuan menekannya hingga bisa menghasilkan nilai ekonomi. Mekanismenya adalah menjual kuota karbon yang berhasil ditekan kepada industri-industri penghasil emisi tinggi. Pendekatan ini tidak hanya mendorong efisiensi internal, tapi juga membuka peluang bisnis baru di sektor lingkungan.

“Pertamina juga sudah masuk ke bisnis karbon. Emisi karbon yang ditekan bisa dijual ke industri-industri yang menghasilkan emisi tinggi,” pungkasnya.

Langkah-langkah tersebut menjadi bagian dari upaya Pertamina dalam memperkuat posisinya sebagai aktor utama dalam proses transisi energi nasional. Transformasi ini sejalan dengan agenda pemerintah yang menargetkan bauran energi nasional akan didominasi oleh energi terbarukan dalam dua dekade mendatang. Sebagai BUMN strategis di sektor energi, peran Pertamina sangat krusial dalam merealisasikan target tersebut.

Komitmen terhadap energi bersih tidak hanya bersifat jangka pendek, melainkan merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk tetap relevan dan kompetitif di tengah tren global menuju energi rendah karbon.

Dengan mendirikan anak usaha khusus seperti Pertamina RNE, mengembangkan potensi geothermal secara aktif, serta membangun jaringan PLTS dan mengelola emisi karbon secara komersial, Pertamina membuktikan bahwa transisi energi bukan sekadar wacana, melainkan aksi nyata yang terus digerakkan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index