JAKARTA - Di tengah kemajuan teknologi yang kian tak terbendung, orangtua masa kini dihadapkan pada pilihan-pilihan baru dalam mengasuh dan memahami anak mereka. Salah satunya adalah pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam membantu mengungkap potensi anak sejak dini.
Alih-alih hanya menjadi alat untuk hiburan atau efisiensi pekerjaan, teknologi AI kini mulai mengambil peran dalam aspek yang lebih personal dan mendalam: membayangkan masa depan anak-anak. Sebuah pendekatan inovatif ini diperkenalkan oleh Morinaga melalui program “Door of Future Experience” yang digelar di berbagai kota di Indonesia.
Lewat inisiatif ini, AI digunakan untuk memproyeksikan potensi profesi anak berdasarkan pendekatan Multiple Intelligence Play Plan (MIPP), sebuah metode bermain yang terinspirasi dari teori Kecerdasan Majemuk yang dikembangkan Howard Gardner, profesor pendidikan dari Harvard University. Gardner menyebutkan bahwa terdapat 8+1 jenis kecerdasan yang bisa dimiliki seorang anak, yakni linguistik, logika-matematika, musikal, kinestetik, visual spasial, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensial.
- Baca Juga BYD Masuk 20 Besar Mobil Terlaris
Melalui pendekatan tersebut, Morinaga menghadirkan pengalaman unik bagi anak-anak dan orangtua untuk menggali potensi yang mungkin belum terlihat secara kasat mata. Brand Group Manager Morinaga, Gregorius Daru, menjelaskan alasan di balik pemanfaatan teknologi AI dalam program ini.
“Alasan kami memilih AI itu karena dunia digital berkembang pesat, dan AI menjadi salah satu teknologi terdepan yang banyak digunakan. Ini juga merupakan bentuk inovasi dari Morinaga, bukan hanya dari sisi nutrisi, tapi juga edukasi,” ujar Daru di sela acara peluncuran program tersebut.
Metodenya pun dirancang agar mudah diakses siapa saja. Orangtua hanya perlu menjawab sejumlah pertanyaan seputar perkembangan dan kebiasaan anak. Dari situ, sistem AI akan menganalisis data dan menampilkan proyeksi profesi yang mungkin sesuai dengan potensi anak di masa depan.
“Hasilnya akan memproyeksikan potensi anak di masa depan, kira-kira di masa depan menjadi apa,” tambah Daru.
Visualisasi Masa Depan: Dari Dokter hingga Seniman
Anak-anak yang ikut serta dalam program ini akan diminta berdiri di depan alat pemindai. Hasil analisisnya kemudian disajikan dalam bentuk visual: potret anak dengan tampilan mengenakan atribut profesi tertentu seperti dokter, ilmuwan, pilot, atlet, arsitek, hingga seniman. Visualisasi ini tidak hanya disimpan secara pribadi, tetapi juga ditampilkan di videotron besar di area publik.
Kendati beberapa kota besar menjadi pusat pelaksanaan program ini, Morinaga memastikan bahwa aksesnya tidak terbatas pada penduduk ibu kota saja. Orangtua dari seluruh penjuru Indonesia dapat ikut berpartisipasi dengan mengunggah foto anak melalui tautan digital yang disediakan.
Menurut Daru, program ini telah menjangkau lebih dari 670 titik di Indonesia dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional. Selanjutnya, kegiatan serupa akan dilanjutkan di 43 kota lainnya dalam skala yang lebih kecil. Kota-kota seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Palembang, Medan, hingga sejumlah wilayah di Kalimantan dan Sulawesi pun turut menjadi bagian dari rangkaian kampanye ini.
Tak hanya menyajikan proyeksi masa depan anak dalam bentuk gambar, program ini juga memberikan informasi tambahan bagi orangtua untuk mengenali jenis kecerdasan dominan anak. Harapannya, orangtua dapat menyesuaikan pola asuh, stimulasi, dan pendidikan yang diberikan agar sejalan dengan karakter unik masing-masing anak.
“Setiap anak membutuhkan pendekatan yang disesuaikan karena Si Kecil itu istimewa dengan karakter, minat serta kebutuhannya masing-masing,” tutur Kenty Novita Pratiwi, Senior Brand Manager Morinaga.
Ketika Negara Ikut Turun Tangan: Menjawab Kebutuhan Ibu Bekerja
Di saat sektor swasta seperti Morinaga menawarkan pendekatan edukatif dan futuristik untuk pengasuhan anak, negara pun tidak tinggal diam. Salah satu langkah konkret datang dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) atau BKKBN dengan meluncurkan program Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA).
Program ini hadir sebagai solusi atas dilema yang dihadapi banyak orangtua, khususnya ibu bekerja, yang kerap kesulitan menyeimbangkan antara karier dan peran sebagai pengasuh utama anak. TAMASYA dirancang untuk memberikan layanan pengasuhan anak usia dini yang terintegrasi tanpa mengganggu produktivitas kerja orangtua.
“Program ini bertujuan untuk mendukung orangtua bekerja sambil memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi dan perawatan yang baik. Selain itu, ada upaya untuk mengurangi risiko kekerasan terhadap anak dengan memastikan pengasuh memiliki sertifikasi dan pelatihan yang memadai,” ujar Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Wihaji.
Sebagai tahap awal, TAMASYA ditujukan untuk anak-anak dari pegawai ASN maupun non-ASN di lingkungan Kemendukbangga. Dengan kapasitas maksimal 18 anak berusia 0–5 tahun dan dikelola oleh empat pengasuh terlatih, program ini menjadi bentuk nyata dari komitmen negara dalam menciptakan sistem dukungan keluarga yang komprehensif.
Sinergi Menuju Masa Depan Anak yang Lebih Cerah
Gabungan antara inovasi teknologi dan inisiatif kebijakan publik memperlihatkan bahwa pengasuhan anak kini telah melangkah ke babak baru. Orangtua tidak lagi sendiri dalam menavigasi kompleksitas tumbuh kembang anak. Baik lewat kecanggihan AI yang membantu membaca potensi masa depan, maupun dukungan negara dalam bentuk fasilitas pengasuhan, semua mengarah pada satu tujuan: memastikan generasi mendatang tumbuh optimal dengan potensi terbaik mereka.
Melalui pendekatan seperti ini, masa depan anak bukan lagi sekadar harapan yang samar, melainkan proyeksi yang mulai bisa dilihat, dirancang, dan disiapkan sejak dini.