JAKARTA - Dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang dinamis, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI menunjukkan komitmennya melalui inovasi dalam keuangan sosial Islam. Upaya ini mencerminkan pendekatan strategis BSI dalam memperkuat ketahanan ekonomi, sekaligus menegaskan peran lembaga keuangan syariah dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Wakil Direktur Utama BSI, Bob T. Ananta, dalam sebuah forum diskusi panel, memaparkan langkah konkret perusahaan melalui penerapan Kerangka Kerja Keberlanjutan yang selaras dengan prinsip Maqashid Syariah. Bob menjelaskan bahwa kerangka kerja tersebut berdiri di atas tiga pilar utama.
Pilar pertama mencakup implementasi perbankan berkelanjutan yang terintegrasi dalam portofolio, produk, kebijakan internal, hingga pengelolaan risiko. Kedua adalah operasional berkelanjutan yang menargetkan pencapaian nol emisi dalam kegiatan operasional BSI. Sedangkan pilar ketiga menekankan inklusi keuangan melalui distribusi Ziswaf (zakat, infak, sedekah, dan wakaf).
“BSI berkomitmen untuk mewujudkan perbankan syariah yang mencerminkan Islam sebagai Rahmatan Lil’alamin melalui penerapan keuangan berkelanjutan,” ujar Bob. Menurutnya, strategi ini diharapkan mampu mengintegrasikan pertumbuhan bisnis dengan kemaslahatan masyarakat dan lingkungan.
Kepatuhan terhadap regulasi serta penciptaan nilai jangka panjang menjadi landasan utama dalam pengembangan usaha keberlanjutan BSI. Hal ini diwujudkan melalui penguatan portofolio pendanaan dan penawaran produk-produk yang berbasis investasi hijau, yang tetap sejalan dengan prinsip-prinsip syariah.
Sebagai bentuk komitmen, BSI telah meluncurkan program Sukuk Berkelanjutan dalam dua tahap. Tahap I yang dilaksanakan pada 2024 menargetkan pengumpulan dana sebesar Rp3 triliun, dengan permintaan yang mencapai tiga kali lipat dari target. Sedangkan tahap II yang dilakukan tahun berikutnya menargetkan Rp5 triliun, dengan kelebihan permintaan hingga 4,4 kali.
Manfaat dari Sukuk Berkelanjutan Tahap I ini sudah dirasakan secara nyata, mencakup proyek-proyek energi terbarukan, pengelolaan air bersih dan limbah yang berkelanjutan, serta peluncuran produk ramah lingkungan. Selain aspek lingkungan, sektor sosial juga menjadi fokus utama, termasuk akses terhadap layanan esensial, pembiayaan bagi UMKM, serta penguatan ketahanan pangan nasional.
Bob menggarisbawahi, “Sejak berdiri BSI konsisten meningkatkan portofolio pembiayaan berkelanjutan sebagai komitmen kuat mendukung pembangunan ekonomi yang hijau, sosial, dan inklusif.” Data per 2025 menunjukkan pembiayaan hijau BSI telah mencapai Rp14,6 triliun, tumbuh 16,64% secara tahunan. Sedangkan pembiayaan sosial mencatatkan angka Rp57,9 triliun dengan pertumbuhan sebesar 24,36%.
Pembiayaan sosial tersebut mencakup sektor UMKM dan kalangan Perorangan Berpenghasilan Rendah (PBR), menjadikan BSI sebagai katalis inklusi keuangan nasional. Tak hanya dari sisi pembiayaan, kontribusi sosial perusahaan juga terlihat dari penghimpunan dan penyaluran zakat yang signifikan.
Zakat yang dihimpun oleh BSI pada 2024 mencapai Rp268,5 miliar, menjadikan bank ini sebagai penyumbang zakat terbesar di Indonesia. Sejak resmi berdiri pada 2021 hingga 2025, BSI telah menghimpun zakat perusahaan sebesar Rp727 miliar, zakat karyawan sebesar Rp145 miliar, serta zakat dari nasabah dan masyarakat senilai Rp160 miliar.
Dana zakat yang dihimpun disalurkan kepada lima sektor utama. Pada sektor ekonomi, dana zakat dimanfaatkan untuk pemberdayaan desa, pelatihan UMKM, penguatan peran perempuan, serta dukungan bagi penyandang disabilitas. Di bidang pendidikan, dana zakat digunakan untuk program beasiswa seperti Beasiswa BSI. Sementara itu, di sektor kemanusiaan, bantuan diberikan kepada anak yatim dan korban bencana.
Selanjutnya, dana zakat juga diarahkan pada peningkatan layanan kesehatan masyarakat, termasuk pemeriksaan kesehatan gratis. Terakhir, sektor dakwah dan advokasi menjadi medium untuk menyebarkan literasi keuangan syariah di kalangan masyarakat luas.
Bob menyebut, “Alhamdulillah, peningkatan zakat ini mencerminkan pertumbuhan laba bersih perusahaan yang solid. Dengan pertumbuhan laba dua digit, kontribusi zakat pun meningkat. Lebih dari 200.000 masyarakat Indonesia telah merasakan manfaat dari penyaluran zakat BSI.”
Tidak hanya pada tataran nasional, BSI juga aktif dalam kolaborasi internasional melalui inisiatif Zakat Hijau sebuah strategi inovatif untuk menggunakan dana zakat sebagai instrumen mitigasi perubahan iklim dan pelestarian lingkungan. Kolaborasi ini dipelopori bersama Baznas dan UNDP, serta dipresentasikan di forum global seperti Forum Zakat dan Wakaf Dunia 2024 dan Markas Besar PBB di New York.
Bob menjelaskan, Zakat Hijau telah dirancang sebagai “enabler” untuk mengukur dampak sosial dan lingkungan, serta memperkuat integrasi zakat ke dalam kebijakan pembangunan nasional. Dalam Prospek Zakat 2025, disampaikan bahwa keberhasilan inisiatif ini sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil.
“Hal ini menunjukkan bahwa Inisiatif Zakat Hijau menarik sebagai instrumen Keuangan Sosial Islam yang mendukung pengentasan kemiskinan dan Mitigasi Perubahan Iklim,” tegas Bob. Ia optimistis bahwa inisiatif ini akan memperluas cakupan dampak sosial dari keuangan syariah dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat global.
Sementara itu, kinerja saham BRIS turut mencerminkan respons positif investor. Harga saham perusahaan tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,73% menjadi Rp2.770 pada sesi perdagangan terakhir.