JAKARTA - Pasar saham Asia-Pasifik mencatatkan kinerja impresif di awal perdagangan, didorong oleh serangkaian sentimen global dan regional yang berpengaruh kuat terhadap arah pergerakan indeks. Salah satu pemicu utama datang dari pernyataan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyampaikan rencana kebijakan baru terkait tarif impor terhadap India. Meskipun pernyataan ini berpotensi memicu ketegangan dagang, bursa Asia justru mampu bangkit dan menunjukkan penguatan serempak.
Trump mengungkapkan bahwa India telah mengambil keuntungan dari situasi geopolitik global, terutama terkait perdagangan minyak dari Rusia. Dalam unggahan di platform media sosialnya, Truth Social, Trump menyoroti praktik India membeli minyak Rusia dalam jumlah besar, kemudian menjualnya kembali di pasar global untuk mendapatkan margin keuntungan yang signifikan.
"India tidak hanya membeli minyak Rusia dalam jumlah besar, tetapi mereka juga, setelah membeli sebagian besar minyak tersebut, menjualnya di pasar terbuka untuk mendapatkan keuntungan besar," tulis Trump dalam pernyataannya.
- Baca Juga Prudential Permudah Akses Asuransi
Meskipun retorika Trump terkesan keras dan berpotensi menimbulkan ketegangan diplomatik, pasar merespons dengan sikap optimistis. Investor tampaknya lebih fokus pada prospek jangka pendek dan perkembangan positif lainnya di kawasan Asia, terutama dari sektor industri dan data ekonomi yang stabil.
Berikut kinerja beberapa indeks utama di kawasan Asia-Pasifik:
Nikkei 225 (Jepang) naik 0,54%
Topix (Jepang) naik 0,45%
Kospi (Korea Selatan) melonjak 1,77%
Kosdaq (Korea Selatan) naik 1,83%
S&P/ASX 200 (Australia) menguat 0,84%
Kinerja positif bursa Asia juga mendapat dorongan dari kabar baik yang datang dari Jepang. Saham Mitsubishi Heavy Industries (MHI) mengalami lonjakan signifikan setelah memenangkan tender penting yang melibatkan pemerintah Australia. Kontrak ini bernilai sekitar 10 miliar dolar Australia (setara USD 6,5 miliar) untuk membangun sebelas unit fregat baru bagi Angkatan Laut Australia.
Kapal-kapal perang tersebut merupakan jenis Mogami buatan Jepang yang berhasil mengalahkan pesaing dari Eropa, yakni fregat MEKO A-200 buatan ThyssenKrupp Jerman. Kemenangan ini menjadi bukti peningkatan daya saing industri pertahanan Jepang di kancah global, serta memperkuat hubungan bilateral Tokyo-Canberra.
Saham MHI melonjak lebih dari 4% di bursa saham Jepang, mencerminkan antusiasme pelaku pasar terhadap prospek keuntungan dari proyek jangka panjang ini. Dalam rencana pengembangannya, tiga dari sebelas fregat akan dibangun langsung di Jepang dan dikirim pada 2029. Sementara delapan sisanya akan diproduksi di Australia Barat. Fregat kelas Mogami ini nantinya akan menggantikan kapal fregat Anzac yang telah menua dan dirancang untuk meningkatkan kemampuan pertahanan bawah laut dan udara Australia.
Pemerintah Australia, melalui Wakil Perdana Menteri Richard Marles, menyambut baik keputusan tersebut. “Fregat kelas Mogami yang telah ditingkatkan akan membantu mengamankan rute perdagangan maritim dan jalur pelayaran utara kami sebagai bagian dari armada tempur permukaan angkatan laut yang lebih besar dan lebih mematikan,” ujarnya.
Kemenangan Mitsubishi Heavy Industries bukan hanya menguntungkan Jepang secara ekonomi, tetapi juga menambah keyakinan investor bahwa sektor industri pertahanan Asia mampu bersaing di pasar global. Hal ini menjadi faktor pendorong tambahan bagi penguatan bursa saham di kawasan.
Selain faktor geopolitik dan kontrak pertahanan, data ekonomi dari Korea Selatan turut berkontribusi terhadap sentimen positif. Inflasi konsumen di negeri ginseng tersebut tercatat tumbuh 2,1% secara tahunan pada bulan Juli, sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 2,2%.
Meski demikian, dari sisi bulanan, inflasi meningkat sebesar 0,2%, laju tercepat dalam empat bulan terakhir. Capaian ini sejalan dengan ekspektasi para ekonom berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Reuters. Stabilitas data inflasi tersebut menjadi sinyal positif bahwa tekanan harga masih terkendali, memungkinkan Bank Sentral Korea untuk mempertahankan kebijakan moneternya yang akomodatif.
Performa bursa Korea Selatan pun mencerminkan optimisme pelaku pasar. Indeks Kospi melonjak 1,77%, sementara Kosdaq mengalami penguatan lebih tajam sebesar 1,83%. Kenaikan tajam ini mengindikasikan bahwa investor cukup percaya diri terhadap prospek pemulihan ekonomi dan stabilitas domestik.
Secara keseluruhan, kombinasi antara sentimen geopolitik global, kontrak industri strategis, dan data ekonomi yang sesuai ekspektasi berhasil menciptakan atmosfer positif di pasar modal Asia. Meskipun terdapat potensi ketegangan antara Amerika Serikat dan India yang bisa berdampak pada perdagangan internasional, pelaku pasar di Asia tampaknya lebih fokus pada perkembangan jangka pendek dan peluang yang muncul dari dinamika ekonomi kawasan.
Dengan begitu, penguatan bursa Asia kali ini menunjukkan bahwa pasar tetap resilien dan adaptif dalam merespons perubahan situasi global. Ke depan, para investor masih akan mencermati kelanjutan kebijakan proteksionisme dari AS, respons India terhadap pernyataan Trump, serta dampak lanjutan dari perjanjian strategis pertahanan yang dilakukan Jepang dan Australia.