Perbankan

Laba Perbankan Nasional Tetap Tumbuh di Tengah Beban Bunga

Laba Perbankan Nasional Tetap Tumbuh di Tengah Beban Bunga
Laba Perbankan Nasional Tetap Tumbuh di Tengah Beban Bunga

JAKARTA - Industri perbankan nasional menunjukkan ketahanan di tengah tekanan kenaikan beban bunga. Semester pertama 2025, bank umum berhasil mengantongi laba bersih Rp 131,38 triliun, tumbuh 3,85% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini terjadi meskipun biaya bunga melonjak dan memberi tekanan pada margin keuntungan.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan total pendapatan bunga bank umum pada semester I-2025 mencapai Rp 561,79 triliun atau meningkat 5,67% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan ini didorong oleh kinerja penyaluran kredit dan pembiayaan yang tetap positif di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan.

Kredit yang disalurkan bank umum tercatat naik 7,92% yoy menjadi Rp 8.167,46 triliun. Dari aktivitas ini, perbankan membukukan pendapatan bunga sebesar Rp 350,93 triliun, naik 5,56% dibanding tahun lalu. Selain dari kredit, sumber pendapatan lain berasal dari penempatan di surat berharga, yang turut memberikan kontribusi signifikan.

Portofolio surat berharga bank umum tumbuh 2,80% yoy menjadi Rp 2.316,04 triliun. Hasilnya, imbal hasil dari penempatan ini mencapai Rp 70,46 triliun atau meningkat 12,04% yoy. Kenaikan ini menunjukkan bahwa strategi diversifikasi pendapatan perbankan melalui instrumen investasi tetap memberikan hasil positif.

Meski demikian, sisi beban juga mengalami kenaikan cukup signifikan. Beban bunga yang harus dibayar bank umum pada semester I-2025 naik 6,70% yoy menjadi Rp 281,12 triliun. Peningkatan ini terutama dipicu oleh pembayaran bunga pada instrumen giro, tabungan, dan deposito, yang masing-masing tumbuh 14,32% yoy, 10,44% yoy, dan 7,20% yoy. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan dalam menjaga margin keuntungan di tengah kompetisi penghimpunan dana.

Dari sisi pendanaan, perbankan mencatat pertumbuhan positif. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun mencapai Rp 9.327,58 triliun atau naik 7,00% yoy. Kenaikan terjadi baik pada DPK dalam rupiah maupun valas. Secara rinci, DPK rupiah tumbuh 7,27% yoy menjadi Rp 7.845,60 triliun, sementara DPK valas meningkat 5,57% yoy menjadi Rp 1.481,99 triliun.

OJK dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) sebelumnya menegaskan bahwa kinerja intermediasi perbankan bergerak stabil dengan profil risiko yang terjaga. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyampaikan bahwa stabilitas ini tidak lepas dari tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan.

“Dari sisi penghimpunan dana, rerata tertimbang suku bunga DPK juga mulai menurun dibandingkan bulan lalu,” ujar Dian dalam konferensi pers. Penurunan suku bunga kredit, khususnya kredit produktif, juga tercatat memberi ruang bagi dunia usaha untuk mendapatkan pembiayaan dengan biaya yang lebih rendah.

Likuiditas industri perbankan pada pertengahan 2025 tetap berada pada level yang memadai. Hal ini tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) sebesar 118,78% dan Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 27,05%. Kedua rasio tersebut jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing 50% dan 10%.

Ketahanan permodalan juga menjadi poin kuat perbankan nasional. Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Juni 2025 tercatat 25,81%, meningkat dibanding Mei 2025 yang sebesar 25,48%. Tingginya rasio permodalan ini menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid, terutama untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global dan potensi tekanan eksternal.

Kinerja semester I-2025 ini menunjukkan bahwa perbankan masih mampu menjaga pertumbuhan meski menghadapi tekanan biaya bunga yang meningkat. Strategi perbankan dalam mendorong penyaluran kredit, memaksimalkan pendapatan dari surat berharga, dan menjaga likuiditas serta permodalan menjadi kunci keberhasilan mempertahankan laba.

Ke depan, dengan tren penurunan suku bunga acuan dan adanya peluang pertumbuhan kredit produktif, perbankan diharapkan dapat menjaga kinerja positifnya. Namun, tantangan berupa pengelolaan biaya dana (cost of fund) dan menjaga kualitas aset tetap menjadi fokus utama, mengingat persaingan penghimpunan dana yang masih ketat dan potensi fluktuasi kondisi ekonomi global.

Dengan kondisi yang ada, paruh kedua tahun 2025 akan menjadi momentum penting untuk mengukur sejauh mana strategi perbankan dapat mempertahankan profitabilitas sambil terus memperkuat fungsi intermediasi. Perbankan nasional kini berada pada posisi yang cukup solid, namun tetap harus waspada terhadap dinamika pasar dan perubahan kebijakan moneter yang dapat memengaruhi biaya bunga serta minat kredit masyarakat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index