JAKARTA - Fenomena pemain keturunan Indonesia yang bermain di liga domestik mulai menjadi sorotan publik. Saat ini, sejumlah pemain diaspora seperti Jens Raven, Jordi Amat, dan Rafael Struick telah bergabung dengan klub-klub di Indonesia Super League. Kehadiran mereka memunculkan perdebatan di kalangan penggemar sepakbola, antara yang mendukung untuk meningkatkan jam terbang pemain muda dan yang merasa mereka sebaiknya tetap berkarier di luar negeri.
Siapa Saja Pemain Keturunan yang Bermain di Liga Domestik
Jordi Amat saat ini berseragam Persija Jakarta, Jens Raven memperkuat Bali United, dan Rafael Struick bermain untuk Dewa United. Ketiganya juga menjadi bagian dari Timnas Indonesia, dengan Jens Raven masih berada di kategori kelompok umur. Kehadiran pemain-pemain ini di liga domestik memberi peluang bagi mereka untuk terus mengasah kemampuan sekaligus menambah jam bermain yang berharga bagi karier profesional mereka.
- Baca Juga Transportasi Bus Ramah Lingkungan
Perbedaan Opini Publik
Kehadiran pemain keturunan di liga domestik menimbulkan perbedaan opini di masyarakat. Sebagian penggemar menilai sebaiknya para pemain ini tetap mengasah kemampuan di luar negeri agar kualitas bermain mereka tetap tinggi. Namun, ada juga yang mendukung keputusan pemain keturunan berlaga di Indonesia, khususnya bagi mereka yang masih muda dan membutuhkan kesempatan bermain lebih banyak.
Erick Thohir, Ketua Umum PSSI, menegaskan bahwa opini publik harus dihormati dan wajar adanya perbedaan pendapat di kalangan suporter. "Opini publik harus kita hormati. Hal-hal ini perlu terbuka dan memang ada perbedaan di suporter," ujarnya dalam program d’Hattrick.
Pilihan Karier Pemain dan Pentingnya Jam Bermain
Menurut Erick Thohir, setiap pemain berhak memilih jalan kariernya sendiri. Menit bermain menjadi faktor utama agar mereka bisa terus berkembang. Kehadiran pemain keturunan di liga domestik juga memberi kesempatan untuk memaksimalkan waktu bermain, baik di klub maupun di Timnas Indonesia.
PSSI juga menjaga kesempatan bagi semua pemain, baik diaspora maupun lokal, agar tetap bisa berkontribusi di Timnas. Erick menjelaskan, aturan liga domestik mendukung hal ini, seperti ketentuan pemain U-23 di Super League yang wajib bermain minimal 45 menit, atau pemain U-21 di Liga 2 yang bisa bermain hingga 90 menit. Hal ini menunjukkan sinergi positif antara liga dan Timnas dalam pengembangan pemain muda.
Contoh Perjalanan Karier Pemain Keturunan
Erick Thohir mencontohkan Sandy Walsh yang sebelumnya bermain untuk Yokohama F. Marinos di Jepang dan kemudian melanjutkan karier di Buriram United, Thailand. Pemain ini memilih jalur karier yang memberikan jam terbang dan pengalaman bermain lebih banyak, yang pada akhirnya meningkatkan kualitasnya sebagai pemain profesional.
Rafael Struick juga menjadi contoh lain. Sebelumnya ia sempat bermain di Brisbane dengan total 11 laga. Kini, Struick memutuskan bermain di Indonesia karena melihat kesempatan yang lebih terbuka untuk mengembangkan kariernya. Erick menekankan bahwa pilihan pemain untuk bermain di berbagai liga, baik di Eropa maupun Asia, termasuk Indonesia, merupakan hal yang wajar. Setiap pemain berhak mendapatkan apresiasi sesuai profesionalisme mereka.
Pentingnya Dukungan dan Menghindari Bullying
Selain peluang bermain, Erick menekankan pentingnya dukungan dari publik dan penggemar. Pemain keturunan yang bermain di Indonesia tidak boleh menjadi sasaran bully atau kritik berlebihan yang bisa merusak mental mereka. Erick menegaskan, apresiasi terhadap profesionalisme pemain harus tetap dijaga, baik mereka bermain di luar negeri maupun di liga domestik.
Sinergi Liga dan Timnas
Kehadiran pemain keturunan di liga domestik juga menunjukkan sinergi positif antara liga dan Timnas. Dengan jam bermain yang cukup, pemain muda dapat mempersiapkan diri lebih matang untuk tampil di Timnas Indonesia. Aturan main untuk pemain U-23 dan U-21 di liga domestik menjadi salah satu langkah strategis PSSI dalam mendukung perkembangan pemain muda.
Fenomena pemain keturunan yang bermain di liga domestik Indonesia menunjukkan bahwa kesempatan dan pengembangan karier menjadi pertimbangan utama. Dengan dukungan regulasi liga dan perhatian PSSI, pemain keturunan dapat terus mengasah kemampuan dan mendapatkan jam bermain optimal. Erick Thohir menekankan, setiap pemain berhak memilih jalannya sendiri, dan publik sebaiknya menghormati keputusan tersebut sambil tetap memberikan dukungan positif.
Pemain keturunan yang bermain di liga domestik tidak hanya mendapatkan pengalaman berharga, tetapi juga membantu meningkatkan kualitas sepakbola nasional secara keseluruhan. Dengan sinergi antara liga dan Timnas, peluang mereka untuk bersinar di kancah internasional tetap terbuka, sambil memberi kontribusi nyata bagi perkembangan sepakbola Indonesia.