JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diperkirakan akan tetap bergantung pada aliran investasi asing yang masuk. Ekonom memperkirakan total Penanaman Modal Asing (PMA) yang masuk ke Tanah Air bakal mencapai Rp930 triliun, nyaris setara dengan capaian tahun sebelumnya. Prediksi ini menegaskan bahwa modal dari luar negeri masih menjadi pendorong utama ekspansi ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.
Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menyatakan pencapaian investasi asing di paruh pertama tahun ini memberikan pijakan yang cukup solid. "Akumulasi PMA Semester I-2025 mencapai Rp432,6 triliun, lebih tinggi dibandingkan Semester I-2024 yang sekitar Rp363,3 triliun," ujarnya. Data ini menunjukkan momentum investasi asing yang meningkat, sekaligus menjadi sinyal optimisme bagi sektor industri dan pembangunan infrastruktur.
Peningkatan PMA tak lepas dari pipeline hilirisasi mineral yang masih mendominasi serta belanja modal pemerintah yang mendorong komponen investasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal kedua 2025. Dengan kondisi tersebut, Josua memperkirakan total PMA penuh tahun ini berada di kisaran Rp880 hingga Rp930 triliun. Meski demikian, ia menekankan adanya risiko penurunan apabila ketidakpastian global terus berlanjut. "Ada risiko penurunan bila ketidakpastian global bertahan," katanya.
- Baca Juga Belanja Online Paruh 2025
Meskipun ada sinyal pelemahan permintaan global, investasi tetap menjadi penggerak pertumbuhan pada kuartal kedua 2025. Hal ini tercermin dari kinerja sektor manufaktur yang masih menunjukkan kewaspadaan. Bank Indonesia pun diperkirakan akan menyesuaikan langkah kebijakan dengan The Fed untuk menjaga stabilitas kurs dan diferensial imbal hasil, faktor yang turut memengaruhi biaya modal.
Dari sisi sektor, peta investasi pada kuartal kedua menunjukkan kombinasi kuat antara basis sumber daya dan jasa penunjang industri. Subsektor yang mendapatkan aliran PMA terbesar antara lain industri logam dasar dengan US$3,6 miliar, pertambangan US$1,3 miliar, jasa lainnya US$1,1 miliar, serta kawasan industri/perumahan dan sektor kimia-farmasi. Distribusi investasi ini mencerminkan fokus pada sektor yang dapat menopang pertumbuhan jangka panjang sekaligus meningkatkan kapasitas produksi nasional.
Mengenai asal negara investor, Josua menekankan bahwa lima negara penyumbang PMA terbesar adalah Singapura, Hong Kong, RRT, Tiongkok, AS, dan Malaysia. "Ini mengindikasikan continued interest pada rantai pasok ASEAN, logistik, dan telekomunikasi," jelasnya. Minat modal asing dari negara-negara ini memperlihatkan kepercayaan terhadap potensi pasar dan keberlanjutan bisnis di kawasan regional, sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai hub investasi strategis di Asia Tenggara.
Secara keseluruhan, investasi asing berperan sebagai motor utama akselerasi pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari data semester I-2025, di mana porsi PMA mencapai 45,9% dari total realisasi investasi. Rasio ini menegaskan pentingnya modal asing dalam pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, yang menjadi fondasi ekspansi kapasitas produksi dan pembangunan nasional.
Fokus pada investasi asing juga mencerminkan pergeseran strategi pembangunan ekonomi, di mana keterlibatan modal luar negeri dipadukan dengan penguatan sektor domestik. Hal ini penting untuk menjaga kesinambungan pertumbuhan, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global dan fluktuasi permintaan internasional. Dengan pipeline proyek hilirisasi mineral, infrastruktur, dan kawasan industri yang terus berjalan, Indonesia diproyeksikan mampu mempertahankan performa investasi yang tinggi dan mendukung stabilitas ekonomi jangka menengah.
Selain itu, peran sektor jasa dan penunjang industri turut menjadi magnet bagi investor asing, terutama di bidang logistik, telekomunikasi, dan teknologi. Kombinasi investasi di sektor primer dan jasa ini diharapkan mampu menciptakan efek berganda, meningkatkan produktivitas, serta membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Josua menekankan pentingnya strategi kebijakan yang tepat untuk menjaga aliran PMA tetap stabil. Penyesuaian kebijakan moneter dan fiskal, serta kemudahan regulasi bagi investor, menjadi kunci agar target PMA Rp880-930 triliun dapat tercapai. Stabilitas ekonomi makro dan transparansi regulasi menjadi faktor penting yang memengaruhi keputusan investasi asing.
Dengan prediksi investasi asing yang mencapai hampir Rp930 triliun, tahun 2025 akan menjadi momen penting bagi Indonesia untuk memanfaatkan modal asing sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Keberhasilan menarik dan mempertahankan PMA akan berdampak langsung pada ekspansi sektor industri, peningkatan kapasitas produksi, dan pembangunan infrastruktur strategis. Modal asing bukan sekadar dana tambahan, tetapi juga menjadi pengungkit pertumbuhan yang menghubungkan Indonesia dengan rantai pasok global, serta mendorong integrasi ekonomi regional yang lebih kuat.