JAKARTA - Musim kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 kali ini diwarnai dengan cara yang berbeda, di mana olahraga dijadikan medium memperkuat persaudaraan dan solidaritas anak bangsa. Di Kompleks D37, Mampang, Jakarta Selatan, turnamen Fun Mini Soccer digelar sebagai bagian dari peringatan HUT ke-80 RI. Kegiatan yang berlangsung selama beberapa hari tersebut tidak hanya menjadi ajang adu keterampilan di lapangan hijau, tetapi juga wadah membangun silaturahmi lintas agama, budaya, dan komunitas kepemudaan.
Sebanyak 40 tim dari berbagai organisasi kepemudaan dan mahasiswa lintas agama ikut serta dalam turnamen ini. Di antaranya adalah GP Ansor, Peradah, Gemabudhi, Gema Math'lalul Anwar, Pemuda Muhammadiyah, GAMKI, KNPI, komunitas Cipayung Plus, serta perwakilan dari gereja, Orang Muda Katolik dari berbagai paroki, dan komunitas lintas budaya dari Papua, NTT, Maluku, hingga Sumatra Utara. Kehadiran berbagai elemen ini menjadikan lapangan bukan sekadar arena pertandingan, tetapi ruang perjumpaan yang meriah sekaligus sarana memperkuat persaudaraan anak bangsa.
Ketua Panitia, Yohanes Boge Perinding, menekankan bahwa turnamen ini jauh lebih dari sekadar olahraga. Menurutnya, sepak bola menghadirkan nilai-nilai yang penting untuk kehidupan sosial.
"Melalui sepak bola, kita belajar bagaimana sportivitas, solidaritas, dan persaudaraan bisa nyata dalam keseharian. Persaudaraan itu terasa ketika kita bisa saling menyemangati, bahkan di tengah kompetisi," ujar Yohanes.
Penekanan serupa juga disampaikan oleh Ketua Umum PP Pemuda Katolik, Stefanus Asat Gusma. Ia menyebut bahwa turnamen ini menjadi cerminan semangat perdamaian yang dapat tumbuh dari hal sederhana.
"Bertanding dalam turnamen ini bukan hanya soal siapa yang menang, tetapi bagaimana kita semua menjadi agen perdamaian. Sepak bola menjadi bahasa universal yang menyatukan perbedaan. Kita ingin menunjukkan bahwa persaudaraan bisa tumbuh dari hal sederhana: bermain bersama dengan hati yang tulus," tutur Gusma.
Partisipasi aktif berbagai organisasi menunjukkan bahwa persaudaraan bukan sekadar slogan, tetapi dapat diwujudkan melalui tindakan nyata. Gusma mengapresiasi peran pimpinan OKP dan organisasi lintas iman yang mendukung acara tersebut.
"Kehadiran dan partisipasi kalian menunjukkan bahwa persaudaraan bukan hanya slogan, tetapi nyata dalam tindakan," katanya.
Acara ini juga mendapat perhatian dari pejabat pemerintah dan tokoh agama. Hadir Dirjen Bimas Katolik, Suparman Sirait, serta Asisten Deputi Transformasi Kepramukaan, Organisasi, dan Komunitas Kemenpora, Hendro Wicakson. Kehadiran mereka menegaskan bahwa turnamen ini memiliki nilai lebih dari sekadar kompetisi olahraga; ini adalah kegiatan sosial yang memperkuat kohesi lintas komunitas.
Lebih lanjut, Gusma menambahkan bahwa turnamen ini selaras dengan semangat Deklarasi Jakarta-Vatikan: Keadilan dan Perdamaian untuk Dunia, yang dicanangkan pada 21 Agustus 2024. Deklarasi tersebut menekankan pentingnya memperkuat relasi lintas agama, menanamkan nilai-nilai Pancasila, serta menumbuhkan toleransi dan solidaritas di tengah masyarakat global.
Dengan mengusung tema “Bertanding di Lapangan, Bersanding dalam Persaudaraan”, Fun Mini Soccer menjadi simbol sederhana namun sarat makna. Turnamen ini memperlihatkan bahwa melalui kegiatan olahraga, semangat persatuan, solidaritas, dan toleransi dapat hidup nyata di tengah masyarakat yang beragam.
Setiap gol yang tercipta dan setiap sorak sorai penonton menjadi saksi bahwa olahraga bisa menjadi jembatan untuk menumbuhkan persaudaraan. Anak-anak muda dari berbagai daerah, latar belakang, dan keyakinan saling menghormati satu sama lain, belajar menghargai kompetisi sehat, dan merayakan perbedaan dengan penuh suka cita.
Acara ini juga sejalan dengan tema besar HUT ke-80 RI: Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju. Turnamen tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik generasi muda tentang arti persatuan dan pentingnya menjaga kerukunan di tengah pluralitas bangsa.
Bagi peserta, Fun Mini Soccer menjadi pengalaman berharga yang mengajarkan lebih dari sekadar teknik mengoper bola atau menendang gawang lawan. Nilai sportivitas, kerja sama, dan saling menghargai menjadi pelajaran hidup yang dapat diterapkan dalam keseharian. Sedangkan bagi masyarakat dan komunitas yang hadir, turnamen ini menjadi bukti nyata bahwa persaudaraan dan perdamaian dapat diwujudkan melalui kegiatan yang sederhana namun bermakna.
Melalui turnamen ini, PP Pemuda Katolik berhasil menunjukkan bahwa sepak bola lebih dari sekadar olahraga; ia menjadi bahasa universal yang mampu menyatukan perbedaan, membangun jembatan persaudaraan, dan menumbuhkan semangat kebangsaan di hati anak muda Indonesia.