JAKARTA - Bank Indonesia (BI) terus menegaskan perannya dalam membina Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Yogyakarta agar lebih kompetitif, inovatif, dan berdaya saing global. Hingga kini, tercatat sebanyak 70 UMKM masuk dalam kategori binaan BI, tersebar di berbagai sektor mulai dari fesyen, kuliner, hingga kerajinan lokal. Langkah ini tidak hanya memperkuat ekonomi lokal, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui pengembangan sektor UMKM yang inovatif.
Peningkatan UMKM Binaan BI
Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Darmadi Sudibyo, menyatakan bahwa tren perkembangan UMKM binaan BI menunjukkan pertumbuhan positif. “Yang menjadi binaan kita di BI itu ada sekitar 70 (UMKM). Itu terus berkembang, jadi ya sejak awal kan pasti misalnya dari sekian tahun yang lalu sekian-sekian, akan terus kumulatif. Jadi hingga saat ini, ada 70 UMKM,” ujarnya.
Para UMKM binaan BI berasal dari sektor-sektor strategis, seperti fesyen, makanan dan minuman, batik, aksesoris, serta produk kreatif lainnya. Setiap sektor mendapatkan pembinaan sesuai karakter dan kebutuhan masing-masing, mulai dari inovasi produk hingga strategi pemasaran.
Contoh UMKM Unggulan
Salah satu UMKM binaan BI yang menonjol adalah Joglo Ayu Tenan, yang bergerak di bidang fesyen dan aksesoris perhiasan berbasis seni olah kain ramah lingkungan. UMKM ini memberdayakan ibu-ibu setempat, artisan atau perajin, hingga komunitas difabel. Produk Joglo Ayu Tenan telah menembus pasar ekspor, termasuk Singapura dan Jepang.
Sementara itu, Sweet Sundae, produsen susu segar, gelato, dan butter, kini turut berperan dalam program unggulan Presiden Prabowo Subianto, yakni Makan Bergizi Gratis (MBG). UMKM ini berhasil menembus pasar ekspor pertengahan 2025, dengan target utama Uni Emirat Arab (UEA). Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa pendampingan dan pembinaan BI mampu membawa UMKM lokal ke level global.
Strategi BI untuk UMKM Naik Kelas
Bank Indonesia mendorong UMKM agar dapat naik kelas melalui beberapa program strategis. Salah satunya adalah business matching, termasuk saat event Karya Kreatif Indonesia (KKI), yang menjadi ajang pertemuan antara UMKM dengan calon pembeli dan investor. Selain itu, BI memberikan pelatihan dan bimbingan teknis bekerja sama dengan berbagai dinas terkait.
Darmadi menjelaskan, “Misalnya saja pada saat mereka akan mengikuti berbagai event kayak KKI kemarin, itu kita juga mendampingi, dan tentu BI juga bersama dengan misalnya dinas perdagangan, dan selanjutnya dinas UMKM, kita terus berkolaborasi kepada mereka, agar bisa bersama-sama mendampingi mereka untuk bisa terus tumbuh.”
Pelatihan yang diberikan meliputi pengembangan produk, strategi pemasaran, manajemen usaha, hingga pembiayaan. BI juga membekali UMKM dengan pengetahuan bagaimana memperoleh kredit atau dukungan finansial dari perbankan untuk memperluas kapasitas usaha mereka.
Pentingnya Pembiayaan dan Akses Pasar
Salah satu kendala utama UMKM dalam berkembang adalah keterbatasan pembiayaan. Bank Indonesia memfokuskan pembinaan untuk membantu UMKM mengakses modal kerja dan investasi. Hal ini termasuk pendampingan agar UMKM dapat memanfaatkan fasilitas perbankan atau program pemerintah lainnya.
Darmadi menambahkan, “Mereka di dalam melakukan pengembangan misalnya memerlukan pembiayaan. Nah, pelatihan-pelatihan yang kita berikan juga termasuk bagaimana melatih mereka bisa memperoleh pembiayaan dari perbankan, dan lain sebagainya.” Dengan akses pembiayaan yang memadai, UMKM memiliki peluang lebih besar untuk memperluas produksi, menaikkan kualitas produk, dan menembus pasar ekspor.
Sinergi Lintas Sektor
Kesuksesan UMKM tidak bisa dicapai secara sendiri-sendiri. BI secara aktif berkolaborasi dengan pemerintah daerah, dinas perdagangan, dan dinas UMKM untuk menciptakan ekosistem yang mendukung. Strategi ini memastikan program pembinaan relevan dengan kebutuhan lokal sekaligus sejalan dengan kebijakan nasional.
Melalui pendekatan kolaboratif ini, UMKM binaan BI mendapatkan pendampingan menyeluruh, mulai dari produksi hingga distribusi. Sinergi ini juga memudahkan UMKM untuk menyesuaikan produk dengan standar ekspor dan tren pasar global.
Dampak Ekonomi dan Harapan ke Depan
Upaya BI dalam membina UMKM memiliki dampak positif bagi perekonomian lokal maupun nasional. Pertumbuhan UMKM yang naik kelas tidak hanya meningkatkan pendapatan pelaku usaha, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan memperkuat sektor ekonomi kreatif.
Darmadi optimis, dengan pembinaan dan capacity building yang konsisten, UMKM akan terus berkembang, berinovasi, serta meningkatkan kinerja dan penjualan. “Hal itu juga otomatis dapat memperluas pasar, menaikkan penjualan, dan meningkatkan kinerja para pelaku UMKM,” ujar Darmadi.
Tantangan dan Langkah Selanjutnya
Meski tren positif terlihat, masih terdapat tantangan, seperti keterbatasan pembiayaan bagi sebagian UMKM dan perlunya peningkatan kapasitas SDM. BI terus mendorong upaya mitigasi melalui pelatihan lanjutan, pendampingan intensif, dan memperluas jaringan akses pasar.
Dengan strategi yang tepat, Bank Indonesia berharap UMKM binaan tidak hanya menjadi penggerak ekonomi lokal, tetapi juga mampu berkompetisi di pasar internasional, menciptakan ekonomi yang inklusif, serta mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di Indonesia.