Emiten Nikel Naik, Arah Pasar Dicermati

Senin, 18 Agustus 2025 | 09:03:42 WIB
Emiten Nikel Naik, Arah Pasar Dicermati

JAKARTA - Pergerakan saham emiten nikel dalam beberapa pekan terakhir menarik perhatian banyak pihak. Meski harga komoditas nikel dunia masih dianggap rentan fluktuasi, sejumlah saham produsen nikel di bursa justru berhasil mencatatkan kenaikan signifikan. Fenomena ini menandakan adanya dinamika yang menarik di sektor pertambangan logam dasar, khususnya nikel, yang erat kaitannya dengan perkembangan industri kendaraan listrik dan tren energi bersih.

Lonjakan Saham Nikel di Bursa

Beberapa emiten nikel berhasil mencatatkan performa yang cukup mencolok. Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) misalnya, meroket hingga 48,46% dalam sebulan terakhir dan menutup perdagangan di level Rp 965 per saham. Tidak hanya itu, PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) juga melonjak 47,62% ke level Rp 775 per saham dalam periode yang sama.

Sementara itu, PT PAM Mineral Tbk (NICL) tumbuh 9,23% ke posisi Rp 1.065 per saham, sedangkan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) turut naik 6,34% ke Rp 3.690 per saham. Meski tren kenaikan cukup dominan, ada pula emiten yang tidak seberuntung lainnya. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) justru mengalami penurunan 27,43% yoy ke level Rp 410 per saham.

Namun induknya, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), masih mampu mencatat kenaikan 3,26% ke Rp 2.220 per saham. Kondisi serupa juga dialami PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang terkoreksi 3,33% ke level Rp 2.900 per saham, meskipun perusahaan tersebut memiliki lini bisnis nikel yang cukup besar.

Sentimen Global Dorong Harga

Lonjakan harga saham emiten nikel tidak bisa dilepaskan dari faktor eksternal, khususnya ekspektasi pasar global. Investment Analyst Edvisor Provina Visindo Indy Naila menjelaskan bahwa dorongan utama datang dari perkiraan adanya pembatasan pasokan nikel dunia, sementara permintaan terhadap logam ini tetap tinggi, terutama untuk sektor kendaraan listrik.

Menurut Indy, situasi ini berpotensi memicu pemulihan harga nikel sepanjang sisa semester II-2025. Data Trading Economics menunjukkan harga nikel global berada di level US$ 15.195 per ton, naik 1,46% dalam sebulan terakhir.

Pandangan serupa juga disampaikan oleh Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta, yang menilai bahwa harga nikel sudah melewati fase lower base dan bersiap untuk rebound. Ia menilai pemulihan harga akan selaras dengan prospek perbaikan pertumbuhan ekonomi global, terutama di tengah meredanya tensi geopolitik dan perang tarif yang sebelumnya membebani pasar.

Kinerja Emiten Jadi Katalis

Selain faktor global, kinerja fundamental emiten nikel turut menjadi katalis yang menggerakkan harga saham. NCKL berhasil membukukan peningkatan volume penjualan bijih nikel sebesar 48% yoy menjadi 12,36 juta ton pada semester I-2025. DKFT bahkan mencatat lonjakan lebih besar, yakni 158,9% yoy menjadi 1,8 juta metrik ton pada periode yang sama.

Kenaikan kinerja tersebut sejalan dengan lonjakan harga saham keduanya yang menembus lebih dari 40% dalam sebulan terakhir. Nafan menekankan bahwa perbaikan fundamental jelas menjadi pendorong tambahan bagi investor untuk melirik saham-saham nikel.

“Terdapat kenaikan dari sisi kinerja fundamental yang telah memberi katalis positif bagi harga saham beberapa emiten nikel,” ungkap Nafan.

Strategi Investor di Tengah Tren Naik

Meski sejumlah saham nikel menunjukkan tren positif, para analis tetap menyarankan investor untuk bersikap selektif. Indy menekankan bahwa penting bagi investor untuk memilih emiten yang memiliki efisiensi operasional tinggi. Dengan begitu, potensi risiko akibat volatilitas harga komoditas bisa diminimalisasi.

“Investor mungkin bisa lebih fokus ke emiten-emiten yang memiliki kemampuan efisiensi operasional tinggi,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa ke depan, arah pergerakan saham nikel akan tetap sangat bergantung pada dinamika harga global, permintaan pasar, hingga perkembangan hilirisasi industri nikel di Indonesia.

Sementara itu, rekomendasi teknikal juga turut disampaikan oleh para analis. Indy menyarankan investor mencermati saham ANTM dengan target harga di kisaran Rp 3.500 per saham. Nafan di sisi lain merekomendasikan strategi hold untuk saham INCO, dengan support di level Rp 3.720 dan Rp 3.600, serta resistance di kisaran Rp 4.020–Rp 4.140 per saham.

Untuk NCKL, Nafan memberi rekomendasi add, dengan support terdekat di level Rp 960 per saham dan potensi kenaikan menuju Rp 1.025–Rp 1.090 per saham. Ia menegaskan bahwa prospek saham nikel masih cukup cerah, mengingat permintaan logam ini terus meningkat, baik dari sektor industri stainless steel maupun kendaraan listrik.

Prospek Jangka Panjang

Konsistensi pertumbuhan permintaan nikel di pasar global menjadikan saham-saham di sektor ini tetap menarik untuk dicermati. Peran nikel dalam rantai pasok energi bersih dan teknologi masa depan, khususnya baterai kendaraan listrik, akan menjadi faktor penentu keberlanjutan minat investor.

Meski demikian, risiko dari sisi fluktuasi harga dan ketidakpastian geopolitik masih membayangi. Karena itu, investor perlu menyeimbangkan optimisme dengan strategi yang matang, termasuk dengan memilih emiten yang memiliki diversifikasi bisnis dan proyek hilirisasi berkelanjutan.

Dengan kombinasi kinerja fundamental, sentimen global, serta rekomendasi analis, saham-saham nikel tetap berada di radar pelaku pasar sebagai salah satu sektor yang prospektif.

Terkini

Kemerdekaan Finansial Dimulai dari Perencanaan Dini

Senin, 18 Agustus 2025 | 09:56:05 WIB

Erick Thohir Bahas Pemain Keturunan dan Timnas

Senin, 18 Agustus 2025 | 12:41:27 WIB

Transportasi Bus Ramah Lingkungan

Senin, 18 Agustus 2025 | 12:45:31 WIB

Penyeberangan Gorontalo-Sulteng

Senin, 18 Agustus 2025 | 12:48:55 WIB

BMKG: Waspada Hujan

Senin, 18 Agustus 2025 | 12:52:22 WIB