BANK

Indra Utoyo dan Strategi Kuat di Balik Pertumbuhan Allo Bank di Tengah Tantangan Hukum

Indra Utoyo dan Strategi Kuat di Balik Pertumbuhan Allo Bank di Tengah Tantangan Hukum
Indra Utoyo dan Strategi Kuat di Balik Pertumbuhan Allo Bank di Tengah Tantangan Hukum

JAKARTA - Memimpin sebuah bank digital di era transformasi teknologi finansial bukan perkara mudah, apalagi ketika di tengah perjalanan muncul tantangan hukum yang membayangi. Inilah situasi yang dihadapi oleh Indra Utoyo, Direktur Utama PT Allo Bank Indonesia Tbk (Allo Bank). Meski namanya ikut terseret dalam penyidikan kasus pengadaan mesin electronic data capture (EDC) yang menimpa bank pemerintah pada periode 2020–2024, Indra tetap menunjukkan kepemimpinan yang kuat dan konsisten menjaga pertumbuhan bisnis Allo Bank.

Pencegahan bepergian ke luar negeri yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap Indra Utoyo bukanlah hal yang ringan. Namun, Indra menegaskan bahwa hal itu terkait dengan posisinya sebagai Direktur Digital dan Teknologi Informasi di BRI selama 2017-2022, sebelum ia menjabat di Allo Bank. “Betul mas, proses yang dilakukan KPK ini (pencegahan),” ujarnya. Ia menegaskan pula, “Sejauh yang saya ketahui terkait dengan peran saya sebagai Direktur Digital dan IT BRI.” Meskipun demikian, Indra menyatakan sikap kooperatifnya dengan pihak berwenang dan menghormati proses hukum yang berjalan.

Terlepas dari isu hukum tersebut, rekam jejak dan kinerja Indra Utoyo di dunia perbankan digital tetap patut diapresiasi. Sejak resmi menjabat sebagai Dirut Allo Bank pada Juni 2022, Indra berhasil membawa bank digital milik CT Corp ini mencapai sejumlah pencapaian signifikan. Dalam kuartal III tahun 2022, hanya tiga bulan setelah kepemimpinannya, Allo Bank sudah mencatat laba bersih setelah pajak sebesar Rp209 miliar dengan pendapatan usaha Rp530 miliar. Total aset yang dimiliki bank mencapai Rp10,60 triliun dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 78,4 persen — angka yang menunjukkan posisi permodalan kuat.

Selain itu, Allo Bank berhasil meningkatkan ekuitas pemegang saham menjadi Rp6,32 triliun setelah serangkaian rights issue yang berlangsung selama 2021 dan 2022. Ini menjadikan Allo Bank sebagai salah satu bank digital dengan permodalan terbaik di Indonesia. Profitabilitas yang sehat ini sejalan dengan pertumbuhan kredit yang melonjak hingga 226 persen secara tahunan, tercatat sebesar Rp7,15 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) pun tidak kalah impresif dengan pencapaian Rp4,07 triliun, meningkat 92 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan simpanan tabungan yang mencapai 148 persen menjadi Rp257,02 miliar menjadi penopang utama pertumbuhan tersebut.

Momentum positif ini berlanjut ke tahun berikutnya. Pada 2023, Allo Bank berhasil meningkatkan laba bersih setelah pajak sebesar 64 persen year-on-year (YoY), dari Rp270 miliar menjadi Rp444,5 miliar. Pendapatan bunga bersih tumbuh signifikan 65,29 persen menjadi Rp1,04 triliun. Kinerja intermediasi juga menunjukkan pertumbuhan yang stabil, dengan kredit yang disalurkan sebesar Rp7,39 triliun, naik 2,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Aset bank turut bertambah 15,3 persen menjadi Rp12,75 triliun.

Memasuki tahun 2024, laba bersih Allo Bank kembali naik menjadi Rp467,1 miliar, meningkat 5,07 persen YoY. Peningkatan ini didukung oleh pendapatan bunga bersih yang tumbuh 11,88 persen menjadi Rp1,48 triliun. Kredit yang disalurkan mencapai Rp7,48 triliun, naik 1,25 persen YoY, terutama didorong oleh segmen retail banking. Dari sisi dana pihak ketiga, Allo Bank mengantongi pendanaan sebesar Rp6,09 triliun, dengan produk unggulan Allo Grow yang mencatat pertumbuhan tiga kali lipat dalam total saldo.

Memasuki kuartal I-2025, pertumbuhan tetap berlanjut. Allo Bank membukukan laba bersih setelah pajak Rp113 miliar, tumbuh 2 persen YoY. Pendapatan operasional meningkat 32 persen menjadi Rp387 miliar, yang sebagian besar berasal dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Kredit yang disalurkan tercatat Rp6,95 triliun, didominasi oleh segmen retail banking.

Indra Utoyo menegaskan bahwa meskipun kondisi makroekonomi global dan domestik masih penuh tantangan, Allo Bank mampu mempertahankan kinerja yang kompetitif. Jumlah nasabah yang terus bertambah hingga mencapai 12 juta pada April 2025 menjadi bukti keberhasilan strategi yang diterapkan. “Berdasarkan kinerja tahun 2024, Allo Bank mampu menebar dividen tunai untuk pertama kalinya dalam sejarah Bank sebesar Rp233,4 miliar atau 50 persen dari laba bersih Bank pada tahun tersebut,” kata Indra.

Fokus utama Allo Bank di bawah kepemimpinannya adalah model bisnis hibrida yang mengintegrasikan segmen retail dan wholesale banking secara optimal. “Kebutuhan nasabah segmen Retail dan Wholesale dalam bertransaksi pada era digital adalah prioritas utama Bank dalam menciptakan produk dan layanan berbasis digital yang inovatif serta memberikan kemanfaatan ekonomi tidak hanya bagi Bank, tetapi juga bagi nasabah,” jelas Indra.

Indra menambahkan bahwa Allo Bank mengedepankan strategi “digital first” dan “ecosystem first” yang berarti aktivitas bank berbasis digital akan menjadi prioritas utama, serta mengintegrasikan layanan finansial dengan ekosistem mitra agar tercipta sinergi yang menguntungkan semua pihak. “Bank akan mengutamakan aktivitas berbasis digital (digital first) dan integrasi layanan finansial dengan ekosistem mitra (ecosystem first) dalam rangka menjalankan bisnis Bank,” tutupnya.

Melalui kepemimpinan Indra Utoyo, Allo Bank tidak hanya mampu bertahan menghadapi berbagai dinamika dan tantangan, tetapi juga tumbuh dan bertransformasi menjadi salah satu pemain utama dalam ekosistem perbankan digital Indonesia, memperlihatkan bahwa inovasi dan manajemen yang kuat dapat berjalan beriringan dengan integritas dan tanggung jawab.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index