JAKARTA - Ketika dunia hiburan tak lagi menjadi panggung utama, banyak selebritas memilih alur baru dalam hidup mereka. Salah satu yang mencuri perhatian adalah Pingkan Mambo. Dikenal sebagai penyanyi dengan suara khas dan hits populer pada masanya, kini ia memikat publik dengan pilihan karier yang tidak biasa: berjualan donat. Langkah ini menimbulkan pertanyaan menarik, terutama di tengah persaingan industri kuliner yang semakin sengit: masihkah bisnis donat memiliki tempat di hati pasar?
Jawabannya ternyata cukup sederhana: masih, selama pelaku usaha tahu caranya menempatkan diri dan menawarkan sesuatu yang berbeda.
Perjalanan Pingkan Mambo dari dunia tarik suara ke dunia dapur bukan sekadar perubahan profesi. Ia menunjukkan bahwa peluang di sektor makanan rumahan, seperti donat, tetap terbuka lebar. Namun tentu saja, keberhasilannya tidak terlepas dari penerapan strategi jitu yang bisa ditiru siapa saja. Berikut beberapa pelajaran penting dari kisah ini yang dapat menjadi panduan bagi siapa pun yang tertarik merintis bisnis kuliner dari dapur sendiri.
- Baca Juga Emas UBS dan Galeri 24 Naik
1. Bangun Cerita Personal di Balik Produk
Di tengah maraknya brand besar dengan sistem produksi massal dan jaringan distribusi luas, produk rumahan harus menonjolkan nilai unik. Salah satu caranya adalah dengan membangun cerita yang menyentuh sisi emosional pelanggan. Misalnya, menyebut donat yang dijual sebagai "resep warisan keluarga", atau menjelaskan bahwa donat tersebut dibuat tanpa bahan pengawet demi kesehatan.
Cerita semacam ini bisa menjadi jembatan emosional antara produk dan konsumen. Ketika pelanggan merasa dekat dengan latar belakang produk, mereka akan lebih loyal dan cenderung membagikan pengalaman mereka kepada orang lain.
2. Fokus pada Ciri Khas yang Membuat Berbeda
Menjadi berbeda adalah kunci untuk bertahan. Donat biasa memang banyak dijual, tapi donat dengan topping khas tradisional, bentuk unik, atau rasa lokal yang tidak umum tentu akan lebih mudah diingat. Jangan terjebak dalam membuat produk yang “aman” tapi tak punya identitas.
Menciptakan “donat kamu” berarti menemukan karakter unik yang membuat produk itu berbicara sendiri. Bisa jadi lewat tampilan, cita rasa, cara penyajian, atau bahkan kemasan yang menceritakan kisah si pembuat.
3. Maksimalkan Konten Storytelling untuk Promosi
Banyak pelaku UMKM gagal bukan karena produk mereka buruk, tetapi karena tidak pandai memasarkan. Dalam kasus Pingkan, membuat video sambil menyanyi dan menunjukkan proses pembuatan donat menjadi cara unik yang menarik perhatian publik. Ini contoh bagaimana memadukan kekuatan personal branding dengan strategi promosi.
Media sosial seperti TikTok, Instagram, hingga WhatsApp Story kini menjadi senjata promosi yang efektif dan murah. Cerita yang kuat, dipadukan dengan visual yang menarik, bisa menjadi alat pemasaran yang jauh lebih kuat ketimbang sekadar foto produk biasa.
4. Jual ke Lingkaran Terdekat Terlebih Dulu
Sering kali pelaku usaha baru merasa harus langsung menjangkau pasar luas. Padahal, pasar pertama yang paling potensial justru adalah teman, tetangga, keluarga, hingga komunitas kecil seperti grup arisan atau orang tua murid di sekolah anak. Lingkaran ini tidak hanya menjadi pelanggan awal, tapi juga bisa membantu menyebarkan informasi lewat rekomendasi mulut ke mulut.
Membangun pondasi yang kuat di lingkaran pertama ini akan memberikan kepercayaan diri sekaligus bahan evaluasi untuk pengembangan produk dan strategi promosi.
5. Eksperimen Harga Secara Bijak
Kesalahan umum pelaku bisnis baru adalah buru-buru menurunkan harga demi menarik pelanggan. Padahal, produk yang enak dan konsisten punya nilai tersendiri. Strategi harga harus disesuaikan dengan nilai jual yang ditawarkan.
Bisa dilakukan dengan sistem pre-order, bundling, bonus beli, atau penawaran khusus untuk pelanggan lama. Intinya, jual pengalaman, bukan cuma makanan. Pelanggan akan lebih tertarik jika merasa mendapatkan nilai lebih, bukan sekadar diskon.
Donat Masih Jadi Peluang, Asalkan Disertai Jiwa dan Cerita
Kisah Pingkan Mambo mengajarkan bahwa memulai bisnis bukan soal latar belakang atau popularitas, melainkan soal keberanian untuk memulai, kreativitas dalam menampilkan sesuatu yang baru, dan konsistensi dalam membangun kualitas produk. Usaha dari dapur sekalipun bisa menjadi jalan rezeki yang menjanjikan, selama dikerjakan dengan jiwa dan strategi yang tepat.
Di era digital saat ini, siapa pun punya kesempatan untuk menunjukkan produk mereka ke dunia. Namun agar bertahan, produk tersebut harus punya rasa yang menempel dan cerita yang melekat. Karena pada akhirnya, pelanggan tak sekadar membeli donat mereka membeli pengalaman, nilai, dan emosi yang datang bersamanya.
Dengan kisah Pingkan Mambo sebagai inspirasi, tak ada salahnya membuka peluang bisnis sendiri. Bahkan dari dapur kecil di rumah, peluang besar bisa diraih.