Hutama Karya

Hutama Karya Pacu Proyek Tol Pekanbaru

Hutama Karya Pacu Proyek Tol Pekanbaru
Hutama Karya Pacu Proyek Tol Pekanbaru

JAKARTA - Pembangunan infrastruktur tak hanya sekadar membangun jalan, tetapi juga menjadi simbol konektivitas dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu proyek yang mencerminkan semangat itu adalah ruas Tol Lingkar Pekanbaru, bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), yang kini memasuki fase konstruksi signifikan dengan progres mencapai 69 persen dari total panjang 30,6 kilometer. Proyek ini ditargetkan rampung pada tahun 2026 dan diharapkan mampu menjadi pengungkit konektivitas di Provinsi Riau dan sekitarnya.

Dibangun oleh PT Hutama Karya, ruas ini menjadi salah satu proyek strategis nasional yang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Hingga awal Agustus 2025, kemajuan proyek menunjukkan tren positif, meski tetap dihadapkan pada tantangan-tantangan khas proyek infrastruktur besar, terutama menyangkut pembebasan lahan.

Capaian tersebut disampaikan dalam forum diskusi bertajuk “HK-Connect” Media Coffee Morning, yang diselenggarakan di Kedai Kopi Kimteng, Jalan Soekarno-Hatta. Forum ini menjadi ajang terbuka antara manajemen proyek dengan insan pers lokal, sebagai sarana memperbarui informasi sekaligus menjawab isu-isu yang berkembang di masyarakat.

Proyek Strategis yang Menghubungkan dan Menggerakkan

Menurut Mahar Muliawan, Project Director Ruas Rengat–Pekanbaru Seksi Lingkar Pekanbaru, proyek ini merupakan salah satu ruas terpanjang dan prioritas di antara JTTS lainnya di Pulau Sumatera, khususnya dibanding ruas di wilayah Jambi dan sekitarnya.

“Kami telah menuntaskan 69 persen pekerjaan. Sekitar 9 kilometer sisanya saat ini tengah dalam proses percepatan. Kami menargetkan seluruh ruas selesai pada tahun 2026,” ungkap Mahar.

Tol Lingkar Pekanbaru didesain tidak hanya untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di pusat kota, tetapi juga memperlancar distribusi logistik regional. Dengan posisi geografisnya yang strategis, ruas ini nantinya akan menjadi jalur vital bagi konektivitas antar-kota dan antar-provinsi di Sumatera bagian tengah.

Kehadiran tol ini diperkirakan akan mempercepat arus barang dan jasa, membuka akses transportasi baru, serta mendorong pengembangan kawasan ekonomi di sekitarnya. Pemerintah daerah maupun pelaku usaha disebut telah mengantisipasi dampak positif ini dengan menyusun rencana pengembangan kawasan industri dan logistik berbasis tol.

Tantangan Pembebasan Lahan Masih Jadi Fokus

Namun, seperti halnya proyek berskala besar lain, Tol Lingkar Pekanbaru tidak lepas dari tantangan pelik, terutama di tahap pembebasan lahan. Mahar menjelaskan bahwa hingga saat ini masih terdapat beberapa bidang tanah yang belum berhasil dibebaskan karena kompleksitas masalah di lapangan.

“Beberapa bidang lahan masih belum bebas karena berbagai kendala, mulai dari sengketa kepemilikan, ketidaksepakatan nilai ganti rugi, hingga tumpang tindih kepemilikan,” jelasnya.

Permasalahan ini menyebabkan beberapa segmen konstruksi mengalami perlambatan. Untuk mengatasi hal tersebut, tim proyek melakukan koordinasi intensif dengan pemilik lahan dan pemerintah daerah guna mencari solusi terbaik yang adil dan sesuai ketentuan hukum.

“Kami terus melakukan pendekatan persuasif dan dialogis. Prinsip kami adalah semua penyelesaian harus mengedepankan asas keadilan bagi masyarakat dan tetap menjamin kelancaran proyek nasional ini,” lanjut Mahar.

Pemerintah daerah pun terlibat aktif dalam menyosialisasikan pentingnya proyek ini kepada masyarakat agar tercipta pemahaman bersama tentang manfaat jangka panjang dari infrastruktur yang tengah dibangun.

Manfaat Nyata untuk Riau dan Sekitarnya

Ketika selesai nanti, Tol Lingkar Pekanbaru diproyeksikan menjadi solusi permanen atas kemacetan lalu lintas yang selama ini menghambat aktivitas ekonomi di wilayah tersebut. Tidak hanya itu, keberadaan tol ini juga akan mendorong pertumbuhan kawasan pinggiran kota, membuka akses bagi sektor pariwisata, serta menciptakan peluang ekonomi baru bagi pelaku usaha lokal.

“Tol ini juga akan memperkuat konektivitas regional, membuka akses baru bagi pertumbuhan ekonomi Riau dan sekitarnya,” tegas Mahar.

Bagi masyarakat, kehadiran tol yang efisien dan terintegrasi akan memperpendek waktu tempuh antar-daerah dan menekan biaya logistik. Sementara itu, bagi pemerintah, proyek ini akan menjadi bagian dari langkah nyata mendukung pemerataan pembangunan luar Jawa.

Proyek Tol Lingkar Pekanbaru juga dipandang sebagai perwujudan strategi pembangunan infrastruktur nasional berbasis konektivitas. Dalam konteks JTTS, ruas ini menjadi salah satu komponen penting yang menyambung jaringan tol panjang dari Lampung hingga Aceh, yang pada akhirnya mempercepat integrasi ekonomi di kawasan barat Indonesia.

Sinergi dan Harapan ke Depan

Dengan sisa 31 persen pekerjaan, Hutama Karya mengintensifkan penyelesaian konstruksi dengan pendekatan terstruktur dan efisien. Diharapkan, dengan sinergi yang terbangun antara kontraktor, pemerintah daerah, serta masyarakat, proyek ini bisa tuntas tepat waktu pada tahun 2026.

Selain penyelesaian fisik, proses administrasi, pengamanan lahan, serta aspek lingkungan juga terus dikelola dengan standar yang ketat untuk menjamin proyek ini berjalan sesuai koridor hukum dan etika pembangunan berkelanjutan.

Tol Lingkar Pekanbaru bukan sekadar jalan, tetapi cerminan arah pembangunan yang mengutamakan konektivitas dan pemerataan. Ketika nanti ruas ini dibuka untuk umum, manfaatnya akan dirasakan tidak hanya oleh pengguna jalan, tetapi juga oleh ekosistem ekonomi di sekelilingnya.

Dengan pendekatan yang transparan dan partisipatif seperti dalam forum “HK-Connect”, kepercayaan publik terhadap pembangunan infrastruktur dapat terus dibangun, sambil memastikan bahwa setiap kilometer jalan yang dibangun memberi arti bagi kemajuan bangsa.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index