MOBIL LISTRIK

Meski Rugi Besar, Nissan Investasi Rp 22 Triliun untuk Pengembangan Mobil Listrik di Tiongkok

Meski Rugi Besar, Nissan Investasi Rp 22 Triliun untuk Pengembangan Mobil Listrik di Tiongkok
Meski Rugi Besar, Nissan Investasi Rp 22 Triliun untuk Pengembangan Mobil Listrik di Tiongkok

JAKARTA – Di tengah krisis keuangan yang melanda, Nissan Motor Co tetap menunjukkan komitmennya untuk masa depan dengan mengumumkan investasi besar-besaran senilai US$ 1,37 miliar atau sekitar Rp 22 triliun. Investasi ini ditujukan untuk memperkuat langkah perusahaan dalam menghadapi transisi kendaraan listrik (EV) di pasar Tiongkok yang terus berkembang pesat.

Meski menghadapi kerugian besar yang diperkirakan mencapai 700 hingga 750 miliar Yen (sekitar Rp 91 sampai Rp 97 triliun) untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2025, Nissan memutuskan untuk terus melangkah maju dengan rencana ambisiusnya di sektor kendaraan listrik. Langkah ini dianggap sebagai bagian dari strategi jangka menengah pabrikan Jepang tersebut untuk tetap relevan dan kompetitif di pasar yang semakin didominasi oleh merek lokal yang agresif mengeluarkan produk mobil listrik inovatif.

Rencana Strategis Nissan di Pasar Tiongkok

Menurut informasi yang dihimpun dari Carnewschina, Nissan berencana meluncurkan delapan model elektrifikasi baru hingga 2026. Model-model ini akan mencakup kendaraan listrik murni (Battery Electric Vehicles / BEV) serta kendaraan hybrid, yang semakin diminati oleh konsumen di Tiongkok, mengingat permintaan terhadap kendaraan ramah lingkungan terus meningkat.

Kerja sama dengan mitra lokalnya, Dongfeng Motor, menjadi salah satu kunci penting dalam strategi Nissan untuk memenangkan persaingan di pasar Tiongkok. "Investasi ini menunjukkan komitmen kami untuk beradaptasi dengan cepat dan menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen lokal," ujar CEO Nissan, Makoto Uchida, dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan perusahaan.

Investasi untuk Menghadapi Persaingan Ketat

Dengan pasar Tiongkok yang menjadi pusat inovasi kendaraan listrik, langkah Nissan untuk mengalihkan fokus pada elektrifikasi dirasa sangat tepat. Pasar kendaraan listrik di negara tersebut terus berkembang pesat, dengan merek-merek lokal seperti BYD dan Nio yang semakin mendominasi. Nissan menyadari bahwa untuk tetap kompetitif, perusahaan harus mempercepat inovasi dan produksi kendaraan ramah lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen di Tiongkok.

Sebagai bagian dari rencana strategisnya, Nissan juga akan memperluas kapasitas produksi dan memperdalam integrasi lokal, termasuk riset dan pengembangan (R&D). Hal ini bertujuan untuk mempercepat waktu peluncuran produk, sekaligus menekan biaya produksi agar lebih kompetitif. "Kami ingin memastikan produk yang kami tawarkan memiliki daya saing tinggi di pasar Tiongkok, dengan harga yang lebih terjangkau dan kualitas yang tetap terjaga," tambah Uchida.

Dampak Krisis Keuangan dan Langkah Ke Depan

Meski tengah mengalami kerugian besar yang mempengaruhi kinerja keuangan jangka pendek, Nissan memilih untuk fokus pada pengembangan teknologi dan produk kendaraan listrik sebagai upaya jangka panjang untuk memperbaiki kondisi perusahaan. "Kami memahami tantangan besar yang kami hadapi, tetapi kami percaya bahwa berinvestasi dalam kendaraan listrik akan membuka peluang baru dan menjadi langkah penting untuk memulihkan posisi kami di pasar global," ujar Uchida.

Keputusan ini mencerminkan keyakinan Nissan akan pentingnya transisi menuju kendaraan listrik, terlebih dengan perubahan tren di industri otomotif global. Meskipun beberapa perusahaan otomotif lain menghadapi kesulitan serupa, langkah agresif Nissan dalam berinvestasi pada sektor mobil listrik diyakini akan memberikan keuntungan strategis dalam jangka panjang.

Langkah Nissan di Indonesia

Di sisi lain, Nissan juga memiliki rencana besar untuk meningkatkan penjualannya di pasar Indonesia, salah satunya dengan mengandalkan model Serena e-Power yang telah cukup sukses menarik perhatian konsumen. Meskipun saat ini unit Serena e-Power masih inden hingga 4 bulan, perusahaan yakin bahwa kendaraan listrik dan hybrid akan semakin populer di Indonesia seiring dengan perkembangan kebijakan pemerintah yang mendukung elektrifikasi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index