JAKARTA - Banyak orang beranggapan aktivitas harian seperti menyapu, mencangkul, atau naik-turun tangga sudah cukup dianggap olahraga. Anggapan itu wajar, sebab aktivitas tersebut memang membuat tubuh bergerak bahkan mengeluarkan keringat. Namun, menurut dr. Bima Baikuni, Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi RS Hermina Samarinda, olahraga sejatinya memiliki standar yang lebih terukur.
“Olahraga itu komponennya adalah dia terstruktur ya gerakan-gerakannya. Kemudian memiliki repetisi atau berulang-ulang dalam durasi tertentu atau jangka waktu tertentu. Nah, itu baru dibilang olahraga. Jadi, kayak kadang pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan sehari-hari, kuliah itu belum bisa kita bilang olahraga,” ujar dr. Bima saat menjadi narasumber di program Tonight Corner Health Pro 2 RRI Samarinda baru-baru ini.
Bedanya Aktivitas Fisik dan Olahraga
Sekilas, berjalan kaki di kampus, menyapu halaman, atau naik-turun tangga memang terlihat serupa dengan olahraga. Tetapi, menurut dr. Bima, aktivitas sehari-hari itu tidak memiliki pola, ritme, serta durasi yang jelas. Itulah mengapa belum bisa dikategorikan sebagai olahraga.
Sebagai perbandingan, berjalan kaki bisa dikatakan olahraga jika dilakukan secara repetitif dengan target tertentu. “Saya melakukan jalan kaki ya dalam 1 hari, misalnya lebih dari 7.000 langkah sehari, sampai 10.000 langkah dalam sehari kalau dilakukan secara konsisten, nah itu sudah masuk olahraga,” jelasnya.
Dengan kata lain, olahraga menuntut adanya kesadaran, perencanaan, dan konsistensi. Bukan sekadar tubuh bergerak, tetapi juga harus ada pengulangan gerakan dengan durasi terukur.
Standar Waktu Ideal
Dr. Bima menambahkan, olahraga yang efektif juga memiliki ukuran standar, yakni 150 menit dalam seminggu. Waktu ini bisa dicapai dengan membagi sesi latihan secara merata. Misalnya, 30 menit setiap hari selama lima hari, atau 45 menit setiap hari selama empat kali dalam seminggu.
“Yang penting tadi komponennya harus konsisten, durasinya cukup dan terukur. Jadi kalau cuma seminggu sekali olahraga diporsir langsung semuanya, futsal tiap weekend 3 jam itu kurang optimal, kurang ideal. Lebih baik jalan kaki 10.000/1000 langkah setiap hari atau olahraga 30 menit setiap hari selama 5 hari dalam seminggu. Itu sangat efektif menurut penelitian menurunkan berbagai macam risiko penyakit,” katanya.
Pola olahraga yang teratur lebih bermanfaat daripada melakukannya hanya sesekali dengan intensitas tinggi.
Jenis Olahraga Beragam
Menurut dr. Bima, ada banyak pilihan olahraga yang bisa dipilih sesuai kebutuhan dan kondisi tubuh. Jenis-jenis olahraga tersebut antara lain:
Aerobik, seperti jogging, bersepeda, atau berenang.
Ketahanan (endurance), untuk melatih daya tahan tubuh.
Penguatan otot, misalnya angkat beban atau latihan bodyweight.
Fleksibilitas, seperti yoga atau senam peregangan.
“Olahraga ini jenisnya banyak ya. Harus tahu kita mau pilih apa sih? Ada yang banyak, ada olahraga permainan, ada olahraga aerobik ya, ada olahraga ketahanan endurance, kemudian penguatan dan sebagainya, fleksibilitas,” jelasnya.
Dengan ragam pilihan tersebut, setiap orang bisa menyesuaikan olahraga dengan gaya hidup dan kondisi kesehatannya. Misalnya, mahasiswa dapat berolahraga dengan berjalan kaki di area kampus, pekerja bisa meluangkan waktu bersepeda ke kantor, atau masyarakat umum bisa memilih berenang, futsal, bulu tangkis, hingga yoga di rumah.
Manfaat Olahraga Teratur
Jika olahraga dilakukan dengan benar, manfaatnya tidak hanya terasa pada fisik, tetapi juga kesehatan secara menyeluruh. Beberapa manfaat penting yang bisa diperoleh antara lain:
Membakar kalori dan menjaga berat badan tetap ideal.
Menjaga metabolisme tubuh tetap seimbang.
Meningkatkan kapasitas paru-paru serta kebugaran jantung.
Mengurangi risiko penyakit kronis, seperti hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, stroke, hingga penyakit jantung.
Lebih dari itu, olahraga juga berdampak positif pada kesehatan mental, meningkatkan energi, serta memperbaiki kualitas tidur.