JAKARTA - Mengembangkan desa tidak harus menunggu proyek besar atau investor luar. Di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, pembangunan sebuah rest area menjadi contoh nyata bagaimana inisiatif lokal dapat menciptakan dampak besar terhadap penguatan ekonomi masyarakat. Tak sekadar tempat istirahat bagi wisatawan, rest area ini dirancang sebagai simpul penggerak ekonomi berbasis potensi lokal, menghubungkan sektor pariwisata dan pertanian secara langsung.
Rest area tersebut berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 150 meter persegi, yang merupakan tanah kas desa (TKD). Meskipun ukurannya relatif kecil, perannya dalam mendukung ekosistem desa sangat signifikan. Bukan hanya sebagai tempat parkir wisatawan, area ini juga difungsikan untuk menunjang distribusi hasil pertanian, ruang publik serbaguna, hingga panggung UMKM dan kegiatan sosial warga.
Kepala Desa Pandanrejo, Abdul Manan, menjelaskan bahwa pembangunan rest area ini adalah wujud konkret dari visi desa untuk mandiri secara ekonomi dengan mengoptimalkan potensi yang ada. “Rest area ini tidak hanya menjadi tempat singgah kendaraan wisata, tapi juga menjadi titik distribusi hasil pertanian masyarakat yang selama ini kesulitan akses logistik di area persawahan,” ujar Abdul Manan.
Penunjang Logistik dan Transportasi Wisata
Pembangunan fasilitas ini dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dan menggunakan konstruksi rabat cor beton yang kuat. Didesain untuk menampung hingga 40 kendaraan, termasuk bus dan minibus, rest area ini juga difungsikan sebagai titik awal shuttle wisata menuju berbagai destinasi unggulan seperti Coban Lanang, Kafe Sepatu, dan wisata pertanian Pandanrejo.
Strategi ini bukan hanya untuk kemudahan wisatawan, tetapi juga menjaga kelancaran akses pertanian agar aktivitas petani tidak terganggu oleh lalu lintas wisata. “Untuk wisatawan yang datang dengan kendaraan besar, kami sudah siapkan sistem shuttle dengan kendaraan terbuka yang akan membawa mereka dari rest area ke lokasi wisata. Ini juga bagian dari strategi agar lalu lintas di kawasan pertanian tetap lancar dan tidak mengganggu aktivitas petani,” jelasnya.
Ruang Publik Gratis untuk Warga dan UMKM Lokal
Rest area ini juga tidak eksklusif untuk wisatawan. Pemerintah Desa Pandanrejo sengaja mendesainnya sebagai ruang bersama yang dapat digunakan oleh masyarakat desa. Fasilitas tersebut bisa dimanfaatkan secara gratis untuk berbagai kegiatan, mulai dari bazar UMKM, pertemuan komunitas, hingga acara keluarga.
“Ketika potensi desa mulai dikenal luas, tentu akan banyak pelaku usaha lokal seperti penjual makanan, hasil kebun, hingga oleh-oleh yang akan tumbuh di sekitar rest area. Ini bagian dari upaya memutar ekonomi warga secara mandiri,” kata Abdul Manan.
Kebijakan ini mencerminkan pendekatan inklusif dalam pengelolaan infrastruktur desa. Tidak ada retribusi yang dibebankan kepada warga, cukup dengan pemberitahuan kepada kantor desa agar penggunaan tetap tertib dan terkoordinasi.
Infrastruktur Skala Desa, Dampak Skala Luas
Meskipun terlihat sederhana, rest area ini dirancang dengan perencanaan matang. Fasilitas pendukung seperti toilet bersih, musala, dan warung kopi turut disiapkan agar pengunjung merasa nyaman. Harga makanan dan minuman pun dijaga tetap terjangkau agar bisa dinikmati semua kalangan, baik wisatawan maupun warga lokal.
Dalam jangka panjang, pemerintah desa berharap rest area ini menjadi bagian dari sistem ekonomi lokal yang berkelanjutan. Kehadirannya mampu menstimulus sektor lain, mulai dari pertanian, transportasi lokal, hingga industri kreatif desa.
Abdul Manan menegaskan bahwa semua pembangunan ini bertumpu pada prinsip kemandirian desa. “Kalau desa bisa mandiri, bisa mengelola potensi sendiri, kami tidak harus terus bergantung pada bantuan pemerintah. Kuncinya ada pada kreativitas dan keberanian untuk mulai,” tegasnya.
Mendorong Model Pembangunan Desa Berbasis Potensi
Rest Area Pandanrejo kini menjadi salah satu contoh inspiratif bahwa pembangunan infrastruktur desa tidak melulu bergantung pada proyek besar dari pusat. Dengan memanfaatkan lahan milik desa, pendanaan dari APBDes, dan perencanaan yang partisipatif, masyarakat dapat menikmati hasil langsung dari pembangunan tersebut.
Lebih dari itu, rest area ini juga memperkuat identitas Pandanrejo sebagai desa wisata dan desa pertanian. Posisi geografisnya yang berada di jalur kunjungan wisata dan dekat dengan lahan pertanian produktif membuatnya ideal sebagai pusat pergerakan logistik dan aktivitas sosial warga.
Ketika desa-desa lain di Indonesia tengah mencari cara meningkatkan kesejahteraan warganya, Pandanrejo justru telah mengeksekusi satu langkah konkret yang mampu menjembatani kebutuhan wisatawan, petani, pelaku UMKM, hingga komunitas lokal dalam satu lokasi yang terpadu.
Menjadi Katalisator Pembangunan Ekonomi Desa
Apa yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Pandanrejo bukan semata soal pembangunan fisik, tetapi juga penguatan kelembagaan desa dalam mengelola aset dan peluang. Rest area ini adalah titik awal dari banyak kemungkinan lain dari pasar tani mingguan, kerja sama dengan biro wisata, hingga pelatihan kewirausahaan untuk pemuda desa.
Dengan langkah ini, Desa Pandanrejo menunjukkan bahwa pembangunan yang berbasis potensi lokal dan dilakukan secara inklusif bisa menghadirkan perubahan nyata. Kesejahteraan petani meningkat karena distribusi hasil panen lebih lancar. Wisatawan merasa nyaman dan terlayani dengan baik. Warga desa memiliki ruang untuk berkembang secara sosial dan ekonomi.
Rest Area Pandanrejo bukan sekadar tempat parkir, melainkan fondasi dari model pembangunan desa yang inklusif, mandiri, dan berkelanjutan.